45

357 64 6
                                    

Melody baru saja keluar dari ruangan dokter Naomi. Sejak tadi ia masuk dan mulai mendengarkan ucapan dari dokter, beberapa kali ia menghela nafas berat. Melody duduk di kursi tunggu depan ruangan dokter.

Air mata Melody kembali jatuh. Apa harus sampai seperti ini, apakah ia akan kehilangan salah satu putrinya.
Dokter Naomi berjalan menghampiri Melody dan mencoba menenangkan nya.

" Jangan menyerah ya Bu, Ibu harus kuat demi Chika. " Ucap dokter Naomi mengusap pelan bahu Melody.

Naomi sangat mengerti perasaan Melody. Ibu mana yang tidak sedih melihat putrinya berjuang melawan penyakitnya. Ia berjuang sekuat tenaga buat kesembuhan Chika, Naomi tidak ingin sesuatu hal buruk menimpa anak dari suaminya itu.

" Serahkan saja pada yang diatas Bu, apapun hasilnya nanti, mungkin itu yang terbaik buat Chika. " Ucap Dokter Naomi.

Melody hanya mengangguk, benar apa yang dikatakan oleh dokter Naomi. Ia harus kuat demi Chika.

" Makasih dokter. " Ucap Melody.

Dokter Naomi hanya mengangguk lalu tersenyum.

Pintu ruang rawat Chika terbuka. Terlihat Dio dan Melody datang.

" Anak kita kuat ya, kamu percaya itu kan Mel? "Ucap Dio menenangkan Melody.

" Selama ini ia bertahan untuk kita semua orang yang disayanginya. " Ucap Dio.

' apa kamu sudah lelah dek, apa kami semua terlalu memaksamu untuk terus bertahan dengan penyakit mu itu. ' batin Dio.

Perlahan jari Chika bergerak, Melody yang tau itu langsung saja memberitahu Dio.

" Yo, Chika udah sadar. Tangannya, tangannya gerak barusan. " Ucap Melody.

Dio yang melihat itu langsung saja memanggil dokter.

" Sayang ini Mama nak, kamu udah bangun sayang. " Ucap Melody.

Chika melihat Melody perlahan.

" Mama. " Ucap Chika lirih.
Melody mengangguk sambil meneteskan air matanya. Terharu akhirnya Chika sadar juga.

..........

Melody mendapatkan kabar bahwa Shani di larikan ke rumah sakit karena ginjal nya kambuh dan harus segera mendapat tindakan operasi. Kini kondisi nya kritis pasca operasi, dan kini ia dinyatakan koma selama tiga bulan.

Melody perlahan masuk ke dalam ruangan tempat Shani di rawat.

" Sayang. " Ucap Melody lembut.

" Mama. " Ucap Shani lirih.

Melody hanya mengangguk dan tersenyum.

" Mama jangan nangis, Shani gak suka liat nya. " Ucap Shani.

" Mama gak nangis kok, Mama cuma terharu akhirnya kamu sembuh juga kak. " Ucap Melody.

" Ma, yang lain pada kemana? " Tanya Shani.

Pintu ruang rawat terbuka terlihat Dio dan Gracia masuk kedalam.

" Apa kabar Cici aku yang cantik. Akhirnya kamu sadar juga. " Ucap Gracia.

" Cici baik Ge. " Ucap Shani.

" Sayang., "

Shani menoleh kearah Dio.

" Papa. " Ucap Shani.
Dio memeluk Shani. Ia sangat merindukan putri sulung nya itu.

Shani melepas pelukannya, melihat satu persatu dari mereka.

" Chika mana? " Ucap Shani.

.............

Mereka semua hanya diam ketika Shani menanyakan keberadaan Chika. Shani bingung melihat keluarga nya tidak ada yang menjawab pertanyaan nya.

" Chika mana Ma, kenapa kalian pada diem. " Ucap Shani lagi.

" Pa, mana Chika? " Ucap Shani
Mencoba bertanya pada Papanya. Namun, Dio juga hanya diam saja.
Shani mencoba untuk turun dari bangsal nya tapi ditahan oleh Melody dan Dio.

" Kamu mau kemana? " Ucap Dio.

" Aku mau cari Chika, kalian semua aku tanya pada gak mau jawab. " Ucap Shani.

" Chika dimana Pa? Dimana dia sekarang? " Tanya Shani lagi.

Dio menghela nafas berat.
" Nak, kamu ikhlas ya, Chika udah tenang disana. Dia udah gak ngerasa sakit lagi sekarang. " Ucap Dio dengan suara yang bergetar.

Shani terdiam sejenak mendengar ucapan dari Papanya. Apa yang barusan Papanya katakan? Ikhlas? Tenang, apa maksudnya? Dimana Chika Ma, Pa? "

" Maksudnya Papa apa? " Ucap Shani.

Dio tak kuat menahan air matanya, ia mendekap tubuh Shani. Perasaan kehilangan itu teringat kembali dalam benaknya.

Shani tidak membalas pelukan dari Dio. Ia masih mencerna atas ucapan dari Papanya.

" Pa., "
Dio melepaskan pelukannya.

" Maksudnya apa Pa? " Tanya Shani bingung.

" Nak, kita semua harus ikhlas ya, Chika udah dipanggil sama ALLAH. " Kini Melody yang berbicara.

Shani menatap lekat mata Mamanya mencari kebohongan disana, namun tak ia dapatkan kebohongan itu. Seketika air matanya jatuh begitu saja.

' enggak, kamu gak mungkin tinggalin Cici kan dek. '

Shani duduk ditepi bangsal. Sudah 1 minggu sejak ia sadar, ia hanya diam tidak ingin mengucapkan apapun.

" Ci, kamu marah sama Mama dan Papa? " Tanya Melody mencoba berbicara dengan Shani.

" Mama Papa minta maaf sama kamu. Mama sama Papa hanya ingin memenuhi permintaan terakhir dari adikmu. Dan Mama Papa pun sebenarnya tidak ingin memenuhinya permintaannya. Mama terpaksa melakukan itu. Mama tidak mau melihat Chika lebih tersiksa lagi dengan penyakitnya. " Ucap Melody dengan air matanya yang sudah mengalir sedari tadi.

" Chika sadar, dan orang pertama yang ia tanyakan ke Mama itu kamu, nak. "

Shani sedikit terusik dengan penjelasan dari Melody. Ia sedikit menoleh kearah Mamanya.

" Chika begitu antusias ingin bertemu kamu. Sampai suatu waktu dia mendengar bahwa kamu drop dan harus segera mendapatkan donor ginjal secepatnya,jika terlambat sedikit saja nyawa kamu tidak tertolong lagi nak. Dan itu membuat Chika drop bahkan sudah tidak bisa menahan sakit nya lagi. Dia berpesan untuk dapat mendonorkan ginjal nya buat kamu. "

" Kamu tau bagaimana perasaan Mama dan Papa pada saat itu. Hancur, sakit sekali."

" Dua kesayangannya Mama sedang berjuang melawan maut. Bahkan dokter memberi pilihan selamatkan salah satu dari kalian atau kita bakal kehilangan keduanya.

Kala itu ia harus segera menentukan pilihan. Ia terpaksa harus merelakan Chika. Saat ia mengetahui kenyataan bahwa Chika sudah lelah dengan penyakitnya.

" Adik kamu sempat sadar, itu membuat kami merasa sedikit lega. Namun, ia sadar hanya ingin meminta sesuatu pada Mama. Dia ingin memberikan salah satu ginjal nya buat kamu nak. " Ucap Melody.

Melody menarik tubuh Shani kedalam pelukannya.

" Itu permintaan dari Chika nak. Permintaan terakhir dari Chika. Mama dan Papa pun tidak bisa melakukan apapun. "

" Sebelum operasi, Chika menitipkan ini ke Mama buat kamu nak. " Melody menyerahkan lipatan kertas pada Shani.

Shani menatap Melody sejenak.

" Ma, tolong kasih surat ini ke Ci Shani ya. " Ucap Chika.

Shani menatap selembar kertas yang kini berasa di tangannya.

" Ma, aku mau ke makam Chika. " Ucap Shani lirih.

Melody tersenyum, ia menghapus air mata yang ada di pipi Shani.

" Iya sayang, besok Mama anter ya. "







































Detik-detik menuju Ending


 saudara selamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang