18

432 59 3
                                    

Di depan ruang UGD. Dio, Shani, dan Gracia sedang menunggu Melody yang masih ditangani dokter. Mereka semua terlihat cemas. Pasalnya Melody tidak pernah sakit sampai separah ini. Gracia sedari tadi meneteskan air matanya. Ia sangat khawatir dengan keadaan Mamanya. Dan semoga tidak terjadi apa-apa pada Mamanya.

Shani mendekap Gracia dan membawanya untuk duduk di kursi tunggu. Shani mengusap bahu Gracia yang tampak bergetar.
" Mama.,, " Gumam Gracia.
Ia menunduk sambil terisak pelan.

" Kamu yang tenang ya. Mama akan baik-baik aja kamu jangan khawatir,do'ain Mama ya. " Ucap Shani mencoba menenangkan sang adik. Tak dapat dipungkiri bahwa Shani sendiri juga sangat mengkhawatirkan keadaan Mamanya.

Dio perlahan mendekat lalu berjongkok didepan kedua putrinya. Tangan Dio terangkat mengusap puncak kepala kedua putri.
" Mama pasti baik-baik aja. " Ucap Dio menatap keduanya. Dio beranjak lalu memeluk Shani dan Gracia.  Berusaha memberikan ketenangan untuk kedua putrinya.

Gracia terlihat menyandarkan kepalanya di bahu Shani.
Dokter keluar dari ruang UGD. Dio yang melihat itu langsung beranjak menghampiri dokter diikuti Gracia dan Shani.

" Dok? Istri saya baik-baik aja kan? " Tanya Dio cemas.

" Istri anda terkena Typus karena terlalu kelelahan, dan banyak pikiran juga. Jadi sebaiknya dirawat disini sampai keadaannya benar-benar pulih. " Penjelasan dari dokter membuat pundak Dio merosot.

" Sebentar lagi istri anda akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Kalau begitu saya permisi dulu. " Lanjut dokter.
Dio hanya mengangguk. Tak lama beberapa perawat keluar dari ruang UGD dengan mendorong bangsal Melody. Dio dan kedua putrinya langsung mengikuti Melody yang akan dipindahkan ke ruang rawat biasa.

Sedari tadi Gracia duduk di kursi samping bangsal Melody. Ia terus menatap wajah Mamanya yang pucat dengan mata terpejam. Gracia menggenggam erat tangan Melody yang terbebas dari infus. Ia berharap Mamanya segera membuka mata.

" Gre ?" Dio menepuk bahu Gracia pelan. Membuat Gracia menoleh kearah nya.

" Kamu istirahat aja, besok masih harus sekolah kan. " Ucap Dio.

Gracia menggeleng lalu kembali menatap Melody.

" Gracia mau disini nemenin Mama. " Ucap Gracia pelan.

" Biar Papa yang jagain Mama. Kamu istirahat ya sama Ci Shani. Papa gak mau kalian ikut sakit. " Jelas Dio.

Gracia tetap diam ditempatnya. Ia sama sekali tidak ingin beranjak, ia ingin tetap ada disamping Melody.





Pagi hari di keluarga Prasetya.

Chika berjalan menuruni anak tangga. Saat sampai di ruang makan, ia melihat Veranda, David, dan Christy sudah berkumpul di meja makan.

" Pagi.,, " Sapa Chika.

" Pagi sayang.,, "

" Pagi kak.,, "

Chika duduk di kursi sebelah Christy.
" Kakak hari ini pulang sore lagi? " Tanya Christy.

" Gak kok. Pulang kayak biasanya. " Jawab Chika sambil memakan sarapannya.

" Kemarin kok kamu pulang sore? Kamu ikut ekskul ya? " Kini yang giliran Veranda yang bertanya.

Chika menggeleng. " Gak Mi. Kemarin Chika kena hukuman, jadi gak bisa ikut pelajaran. Dan harus pulang sore karena ngejar pelajaran yang Chika skip.

Veranda, David, dan Christy tampak mengerutkan keningnya.
" Di hukum?  Emang kamu habis ngapain ? " Tanya David.

Huuuffff...

" Jadi tuh disekolah ada murid baru. Dia tuh ngeselin banget. Gara-gara dia Chika hukum guru. Dia tuh suka banget cari masalah sama Chika. Aturan yang kena hukum dia, tapi Chika jadi ikutan kena. " Ucap Chika dengan nada kesalnya.

Veranda dan yang lain hanya tersenyum menanggapi gerutuan Chika.
" Kamu juga salah kali, makanya ikut di hukum. " Ucap Veranda.

" Selama Chika sekolah disitu Chika gak pernah kena yang namanya hukuman Mi. Tapi semenjak dia datang Chika tuh berasa sial mulu. Kayaknya dia sengaja banget deh. "

" Lain kali jangan diladenin kalo gak mau ikut kena masalah. " Ujar Veranda lembut.

" Ya gimana.,, dianya ngeselin. Kalau didiemin jadi makin-makin. "

" Oh iya kak, kemarin kakak dianter pulang sama siapa sih? " Tanya Christy.

" Temen. " Ucap Chika singkat.
Chika meminum susunya pelan.

" Yakin temen? Pacar kali. "

Uhuk... Uhuk...

Chika merasa tenggorokan nya panas, dengan cepat Veranda memberikan segelas air putih pada Chika.
" Ehhh kakak kenapa? "

" Pelan-pelan sayang. " Ucap Veranda sambil mengusap leher Chika.

Hahhh....

" Yang kemaren nganterin ya anak baru itu. " Ucap Chika kesal.

" Lagian mana mungkin kakak mau pacaran sama dia. Ketemu aja ogah. "
Lanjut Chika.

" Ogah ketemu tapi dianter pulang. " Saut David.

" Papi ihhh.,,, "

" Udah-udah.,, kamu kalo kelewat benci sama orang nanti malah jadi suka loh. " Goda Veranda.

" Dihh.,, amit-amit ya Pi. "

" Tapi lumayan loh kak. Ganteng gitu. "

" Ganteng dari mananya coba. " Ucap Chika kesal.

Veranda tersenyum melihat pemandangan pagi hari ini. Ia senang karena perlahan Chika bisa menerima menjadi bagian dari keluarganya.

" Udah selesai kan ? Yuk berangkat, nanti telat. " David beranjak dari duduknya diikuti kedua putrinya. Mereka berjalan menuju halaman depan rumah.

" Mami gak ke kantor? " Tanya Chika pada Veranda yang terlihat tidak memakai pakaian kantor seperti biasa.
Veranda hanya menggeleng.
" Mami ada janji ketemu temen. "

" Cieee janjian nih,,,, Papi gak cemburu. " Goda Christy.

" Gak lah.,, Mami kamu kan udah jelas cinta mati sama Papi. " Ucap David dengan senyum tengilnya.
Veranda hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan David. Chika terkekeh mendengar candaan keluarganya. Mungkin Chika sudah mulai merasa nyaman dengan keluarganya yang sekarang.

" Mi, kita berangkat dulu ya. " Ucap Chika sambil menyalami tangan Veranda diikuti Christy.

" Hati-hati ya. Belajar yang bener. Nanti Mami yang jemput. "
Chika dan Christy mengangguk lalu bergegas masuk ke mobil.

" Aku berangkat ya. " Pamit David mengecup singkat puncak kepala Veranda.

" Hati-hati jangan ngebut. "
David mengangguk dan tersenyum kearah Veranda. David masuk mobil soalnya sudah ada kedua putrinya yang menunggu.

Perlahan mobil David melaju menjauhi halaman rumah nya. Veranda masuk ke dalam. Di harus siap-siap karena akan ada janji dengan seseorang.
Yaitu teman lamanya saat masa SMA.




















 saudara selamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang