Dari balik pintu kamar rawat Shani, seseorang yang sedari tadi berdiri, ia telah mendengar semua pembicaraan Mama dan juga Cicinya. Chika membalikkan tubuhnya, bersandar dibalik pintu. Ia memejamkan matanya, menahan air mata nya sedari tadi ingin menetes. Saat ia telah membuka matanya, saat itu pula air matanya menetes.
Mengetahui kenyataan bahwa Cicinya mengalami masalah dengan ginjal nya, tentu itu menjadi pukulan berat untuk dirinya dan juga keluarga.
Hati Chika ikut sakit, kenapa harus Cicinya, kenapa harus orang yang ia sayangi. Tubuh Chika luruh ke lantai, ia menangis meluapkan semua yang sedari tadi ia tahan.
" Chika., " Panggil seseorang.
Chika mendongak, menatap seseorang yang kini sedang berjongkok dihadapan nya............
Rangga menuntun Chika untuk duduk di salah satu bangku taman rumah sakit. Chika sana sekali tidak menolak, ia hanya menurut saja saat Rangga menuntunnya.
Chika menatap kearah Rangga yang sudah duduk disebelahnya. Pria dewasa yang tak lain itu adalah ayah biologis Chika. Sedari tadi mereka duduk, hanya keheningan lah yang menyelimuti keduanya.
" Mungkin kamu masih menyimpan kebencian pada ayah. "
Suara Rangga memulai pembicaraan." Ayah benar-benar menyesal. Ayah ingin memperbaiki semuanya. Ayah ingin kembali bersama kalian. "
" Lalu kenapa anda tidak pernah mencari kami? "
" Sudah Chika. Ayah sudah berusaha untuk mencari kalian bahkan Naomi juga ikut mencari kalian. "
Chika menoleh, ia menatap kearah Rangga yang juga sedang menatap nya." Tapi ayah sudah terlambat. Saat melihat kalian sudah bahagia dengan kehidupan baru kalian. " Ucap Rangga sambil menundukkan kepalanya.
Chika menggelengkan kepalanya, air mata jatuh di pelupuk mata Chika.
" Anda tidak mengerti penderitaan kami. Dan anda itu orang jahat yang pernah saya kenal. " Ucap Chika sambil menangis.
Ucapan Chika membuat Rangga semakin menyesal, dia memang pantas untuk disebut seperti itu oleh putri kandungnya sendiri.
" Kalo boleh memilih aku lebih baik gak pernah tau siapa orang tua kandung ku. "
" Maaf Chika, maafkan ayah. " Ucap Rangga dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Suaranya juga terdengar bergetar.
" Aku sangat merindukan kalian. Aku sangat ingin bertemu kalian, tapi kalian tidak menginginkan ku. " Ucap Chika lirih dengan air mata yang terus mengalir dari pipinya.
" Ayah jahat, kenapa ayah pergi. " Ucap Chika sesegukan.
Perlahan tapi pasti Rangga menarik Chika kedalam pelukannya. Anak yang selama ini ia cari, anak yang sangat ingin ia dekap. Titipan Tuhan yang seharusnya ia jaga sejak dulu.
Chika hanya diam didalam pelukan Rangga. Ia tidak menolak. Pelukan hangat seorang ayah yang sudah sedari dulu ia ingin rasakan.
Sebelumnya Chika hanya tau bahwa Dio adalah satu-satunya ayah yang ia punya." Ayah tidak akan memaksa kamu untuk menerima ayah kembali. Ayah hanya ingin kamu memaafkan ayah. Ayah sangat menyesal Chika, ayah sangat lah menyesal., " Air mata Rangga menetes.
Rangga melepaskan pelukan nya. Ditatapnya lekat wajah Chika. Tangan Rangga terulur mengusap air mata Chika.
" Satu hal yang ingin ayah minta dari kamu. "
Chika mendongak, menunggu Rangga melanjutkan ucapan nya.
" Ayah ingin mendengar kamu memanggil ayah. Kali ini saja, ayah sangat ingin mendengar itu. "Chika menatap wajah Rangga. Bagaimanapun juga pria yang ada dihadapannya itu adalah ayah yang sangat ia rindukan kehadirannya. Meskipun ia kecewa, ia benci. Tapi tetap saja ikatan ayah dan dirinya tidak akan putus.
" Ayah., " Ucap Chika.
Rangga menangis mendengar Chika memanggilnya dengan sebutan ayah. Rangga langsung kembali memeluk Chika. Hatinya benar-benar bahagia akhirnya bisa mendapatkan maaf dari Chika.
Dari kejauhan seseorang sedang menatap keduanya. Ia menangis terharu melihat ayah dan anak saling melepas rindu.
" Terimakasih Tuhan. " Ucap Naomi dalam hati.