Dari arah lantai dua terlihat seorang gadis tengah menangis sambil menutup mulutnya. Ia terkejut mendengar pembicaraan kedua orangtuanya.
Shani duduk di bangku taman rumah sakit. Ia hanya seorang diri. Ia menatap lurus kedepan. Tanpa sengaja pandangannya menangkap seorang anak yang menangis dan anak yang sedikit besar darinya mencoba menenangkan. Sepertinya mereka kakak adik. Terlihat sangat adik yang masih menangis karena balon yang ia pegang terbang jauh. Sang kakak berusaha menenangkan nya.
" Nanti kita beli lagi ya. " Ucap anak itu pada adiknya.
Sang adik menangguk sambil menghapus kasar air matanya." Kakak? Gendong.,, " Ucap sang adik sambil merentangkan kedua tangannya kearah sang kakak.
Sang kakak langsung berjongkok dihadapan adiknya. Ia menggendong adiknya meninggalkan taman rumah sakit. Sang adik tampak tertawa senang berada di gendongan Sang kakak.
Shani ikut menarik kedua sudut bibirnya. Ia jadi teringat masa kecilnya dan kedua adiknya.
" Mereka keliatan bahagia banget ya. " Ucap seseorang yang kini sudah duduk di sebelah Shani.
Sontak Shani langsung menoleh." Chika? "Ucap Shani menatap kearah Chika.
Chika tersenyum manis pada Cici nya itu." Hai Ci. Rasanya udah lama banget gak liat dan ketemu Cici. " Ucap Chika.
" Cici apa kabar? " Tanya Chika.
Shani tidak menjawab. Ia langsung menarik Chika kedalam dekapannya.
" Cici kangen sama kamu dek. " Ucap Shani sambil memeluk Chika.
" Chika juga kangen sama Cici. " Ucap Chika dengan suara bergetar.
Shani terlebih dulu melepas pelukannya. Ia terus menatap Chika. Tangannya terangkat menghapus air mata yang mengalir dipipi Chika. Mereka saling menatap dan tersenyum.
" Ci Shani kurus banget sekarang. " Ucap Chika.
Hufftt.......
" Sejak kamu pergi, semua yang dirumah terasa beda. Kayak ada yang kurang. Gracia yang sering melamun, dia juga lebih banyak diam sekarang. "
Chika masih menatap Shani,menunggu ucapan Shani. Ada sedikit rasa tidak enak mendengar penjelasan Shani tentang kakak keduanya.
" Mama juga berubah. Bahkan Mama udah beberapa kali drop. "
Chika terkejut mendengar ucapan Shani. Ia merasa bersalah telah memilih pergi meninggalkan keluarganya.
" Maafin Chika Ci. " Ucap Chika lirih
Sambil menundukkan kepalanya.
" Maaf suka bikin kalian susah. " Lanjutnya." Kamu gak salah dek. Kita semua sayang sama kamu. Cici harap kamu mau balik lagi sama kita. " Ucap Shani menatap dalam mata coklat Chika.
Gracia berjalan menghampiri Cici nya dan adiknya. Gracia menatap kearah Chika.
" Kamu gak kangen sama Ci Ge? " Tanya Gracia." Chika juga kangen banget sama Ci Ge! " Ucap Chika membuat Gracia tersenyum mendengar nya. Gracia membalas pelukan Chika.
Gracia melepas pelukannya. Chika kembali duduk dan Gracia mengambil posisi duduk ditengah-tengah mereka.
Membuat Chika sedikit kesal." Cici.,, dikira badan Cici kecil apa. " Ucap Chika.
Gracia hanya tersenyum kearah Chika.
" Badan Ci Ge kecil kok. " Ucap Gracia." Kecil apaan. Badan bongsor gitu kecil. "
" Mulai hari ini, kita akan hadapi semuanya sama-sama. Ci Shani, Gracia, dan Chika. Saling menjaga dan menguatkan satu sama lain. Jika nanti salah satu dari kita pergi. Jangan pernah berpikir apapun, selain yakin kalo suatu saat kita akan berkumpul kembali. Karena kita adalah tetap saudara selamanya. " Ucap Gracia sambil merangkul Cici dan adiknya.
Kehilangan itu hal yang wajar. Dari kehilangan, kita belajar mengerti betapa berartinya kehadiran seseorang. Tunjukkan lah kasih sayang mu mulai sekarang, karena ketika keberadaan nya tak ada disampingmu lagi. Kita sudah terlambat menyadarinya.
Menyesalkah kita ?Tiga hari berlalu. Melody sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Selama tiga hari juga Chika berada
Disamping Melody. Veranda juga sempat
Menjenguk Melody, sekalian membawa perlengkapan Chika, karena Veranda tau Chika masih ingin bersama Melody.Saat datang ke rumah sakit ada yang berbeda dari Veranda. Ia hanya datang seorang diri tanpa David dan Christy.
Saat ditanya pun Veranda hanya menjawab kalo mereka sedang sibuk.
Chika sempat heran karena menurutnya sesibuk apapun Papi David, pasti akan menemani Maminya.
Chika juga mengerutkan keningnya saat melihat wajah Maminya yang terlihat lesu, matanya yang sembab seperti habis menangis.
' apa ada sesuatu yang terjadi sama Mami. ' batin Chika.Hubungan David dan Veranda pun semakin hari semakin tidak baik. David sering keluar malam bahkan sampai tidak pulang ke rumah. Bahkan David memilih keluar dari kamar mereka berdua. Membuat Veranda setiap malam menangis melihat sikap David padanya.
Christy pun sedikit menjaga jarak dengan Veranda. Ia juga kecewa dengan Maminya. Ia mengira apa yang dituduhkan Papinya benar, bahwa Mami sudah menghianati Papi.
Christy berjalan menuruni anak tangga. Ia melihat Veranda sedang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan. Veranda yang melihat Christy turun, langsung memanggilnya untuk sarapan.
" Dek, sarapan dulu yuk. " Ucap Veranda sambil menghampiri Christy. Veranda merangkul pelan Christy untuk ia ajak ke meja makan. Christy hanya menurut.
David terlihat berjalan menuju ke ruang makan.
" Vid, kamu sarapan dulu gih. Aku udah siapin. " Ucap Veranda pada David.
" Kitty, kita berangkat sekarang. " Ucap David melihat kearah Christy.
" Vid, biarin Christy sarapan dulu. Kamu juga. " Ucap Veranda.
David hanya memandang kearah meja makan kemudian kembali menatap Veranda. Christy sedari tadi hanya diam, ia merasa akhir-akhir ini kondisi keluarganya semakin buruk.
" Kamu mau bareng Papi atau berangkat sendiri? " Ucap David datar.
Perlahan Christy beranjak dari duduknya.
" Kitty berangkat Mi " Pamit Christy pada Veranda." Kitty.,, " Ucap Veranda lirih.