Sekuat apapun kita melawan takdir Tuhan, jika dia sudah berkehendak kita tidak mungkin mampu menghindari nya. Semua yang terjadi adalah ketetapan Tuhan, dan sudah digariskan oleh Tuhan.
Seorang gadis sedang duduk di kursi yang ada di dekat balkon kamarnya. Menatap pemandangan langit malam yang tidak nampak satu bintang pun. Mungkin karena mendung, sama seperti dirinya saat ini.
Huuuffffttt.....
Memikirkan masalah hidupnya yang rumit, bingung harus melakukan apa.
Lelah....
Capek....
Sudah pasti. Hati dan pikiran nya benar-benar lelah, memikirkan masalah tanpa ia tau bagaimana cara menghadapi nya.Beberapa hari yang lalu, saat pertemuan nya dengan ayah kandungnya. Ayah? Masih pantaskah ia menyebutnya dengan sebutan itu. Setelah semua rahasia yang tidak ia ketahui telah terungkap.
Tentang se sosok ayah yang meninggalkan nya, saat ia membutuhkan kehadirannya.Mengingat semua hal itu membuat dadanya terasa sesak. Benci, ia sangat membenci ayahnya. Ia sempat berfikir, baginya ia tak perlu tau siapa ayah nya, tak perlu ia bertemu dengan nya. Karena semua itu hanya membuka luka lama yang sudah tertutup rapat kembali terbuka lebar.
Drrrttttt.... Drrrttttt....
Chika menoleh kearah ponselnya yang ia letakkan disamping nya.
Papi
Itu nama yang tertera di layar ponsel nya." Iya Pi. " Jawab Chika.
Setelah ia menggeser tanda hijau dilayar ponsel." Chika, bisa ke rumah sakit sekarang? Mami mau melahirkan. "
Sontak saja Chika kaget mendengarnya.
" Apa? " Kaget Chika.
Pasalnya usia kandungan Maminya belum genap sembilan bulan. Dan sekarang Papinya bilang Maminya akan segera melahirkan. Tanpa menunggu lama Chika langsung bergegas ke rumah sakit." Dek ? Mau kemana kok buru-buru banget gitu? " Tanya Shani yang tengah duduk di ruang tengah rumah nya, melihat Chika berjalan sangat terburu-buru dan membuat nya heran dan sekaligus bingung.
" Ci, aku ke rumah sakit. Mami mau melahirkan, Cici tolong bilangin ke Mana ya. " Jawab Chika langsung kemudian melanjutkan langkahnya.
Shani terkejut mendengar ucapan Chika. ' bukannya ini belum waktunya ya ' batin Shani dalam hati.
Di perjalanan menuju rumah sakit, Chika tak henti hentinya untuk berdoa, dan berharap Mami dan calon adiknya baik-baik saja.
Chika berjalan sangat cepat menyusuri koridor rumah sakit.
" Kakak! "
Chika menoleh, ia melihat Christy berdiri di depan ruang UGD.
" Kitty. " Ucap Chika.
Berjalan menghampiri Christy.
Christy langsung memeluk Chika, bahunya sedikit bergetar. Chika membalas pelukan Christy. Ia mengusap lembut punggung adiknya guna untuk memenangkan nya." Mami gimana dek? " Tanya Chika pada Christy setelah melepas pelukannya.
" Masih ada didalam kak. " Jawab Christy.
" Papi di mana? "
" Papi lagi bicara sama dokter. "Ia menatap wajah adiknya, terlihat raut ketakutan dan ke khawatiran di wajah sang adik.
David berjalan menghampiri Chika dan Christy. Melihat itu Chika langsung mendekat kearah David.
" Pi, gimana keadaan Mami? "
David menatap kearah Chika dan Christy.
" Mami harus di operasi. Dokter bilang keadaan Mami tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal. " Jelas David lirih.
" Kenapa bisa Pi? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Ini kan belum waktunya Mami untuk melahirkan? " Tanya Chika pada David." Tadi malam Mami selalu ngeluh sakit diperutnya. Papi udah berusaha ajak Mami untuk pergi ke rumah sakit, tapi Mami mu tidak mau. Dia bilang mungkin hanya kontraksi biasa. Dan tadi pagi perutnya kembali sakit dan terpaksa Papi harus bawa Mami Minke rumah sakit karena Papi sangat khawatir dengan keadaan Mami mu.
Chika duduk di kursi tunggu depan ruang UGD.
" Mami harus segera di operasi Chik. " Lanjut David. Christy menangis mendengar ucapan dari Papi nya itu.
David menarik Christy kedalam pelukannya, mencoba menenangkan putrinya." Mami... " Ucap Christy dengan suara bergetar.
" Mami akan baik-baik saja dek. "Chika berdiri didepan ruang operasi. Sedari tadi perasaan nya was-was dan khawatir akan keadaan Mami nya. Dan menunggu lampu ruang operasi menyala hijau. Christy duduk sambil menundukkan kepalanya. Sedangkan David, ia berjalan mondar mandir sambil sesekali memohon doa agar istri dan anak nya selamat dan sehat.
" Chika? "
Melody datang bersama dengan Dio, Shani dan juga Gracia.
" Sayang, gimana operasi nya? " Tanya Melody setelah mendekat kearah Chika.
" Belum selesai Ma. " Jawab Chika lirih.Melody menatap kearah David dan Christy. Seorang perawat keluar dari ruang operasi Chika yang melihat itu langsung menghampiri perawat tersebut. Disusul oleh David dan Christy yang langsung berdiri.
" Sus, gimana keadaan Mami dan adik saya ?" Tanya Chika pada perawat itu.
Perawat tersebut menatap kearah Chika sejenak. Dan tersenyum.
" Kami berhasil menyelamatkan ibu dan bayi nya. " Mendengar ucapan dari perawat itu membuat Chika dan semua orang yang ada disitu bernafas lega." Dan sebentar lagi pasien akan segera dibawa ke ruang rawat. " Ujar perawat itu.
David berjalan menghampiri bangsal Veranda dan langsung mengecup dahi Veranda.
" Makasih ya Ve, kamu sudah berjuang melahirkan anak kita. " Ucap David.
Veranda yang melihat nya hanya tersenyum." Sayang lihat deh. " David menunjukkan bayi perempuan nya kearah Veranda.
" Cantik ya " Ucap Veranda menangis terharu.
" Sekarang kamu istirahat saja ya " Ucap David kepada Veranda.Di pagi hari yang cerah ini, terlihat pasangan suami istri sedang melakukan sarapan pagi mereka adalah Naomi dan Rangga.
Sejak kejadian waktu itu Rangga lebih banyak diam dan suka melamun sendirian, Naomi yang tau penyebab suaminya seperti ini hanya bisa menatapnya iba. Masalah nya sampai sekarang Rangga sama sekali belum mendapatkan maaf dari Chika. Dari arah tangga, Mirza berjalan sambil memainkan kunci motor nya." Mirza, sarapan dulu. " Ajak Naomi pada putra nya.
Mirza menoleh kemudian melihat kearah sang ayah.
" Males Bun. " Jawab Mirza datar.
Lalu berjalan keluar rumah menuju motornya.
Akhir-akhir ini sikap Mirza berubah. Naomi yang melihat sikap putranya hanya menghembuskan nafas berat.
Mengetahui kenyataan yang sebenarnya membuat Mirza seperti menyimpan kebencian terhadap Rangga. Naomi pun tidak tahu harus bagaimana menghadapi suami dan anaknya." Mas ? Sampai kapan kalian mau seperti ini? "
Rangga menatap kearah Naomi.
" Aku gak bisa liat kalian seperti ini. " Lanjut Naomi.
Rangga yang tau maksud Naomi langsung menggenggam tangan Naomi yang berada dihadapan nya.
" Semua masalah berawal dari aku. Mirza juga jadi benci sama aku. Aku janji bakal perbaiki semuanya. " Ucap Rangga pada Naomi.
Mirza menaiki motornya menuju tempat yang biasa ia datangi. Danau.
Sampai disana Mirza langsung turun dari motornya dan mengambil batu untuk dilempar." Arrrgggg..... "
Mirza melempar batu sekuat dan sejauh mungkin
Wajahnya memerah menahan amarah. Ya, Mirza marah pada seseorang yang selama ini ia hormati. Seseorang yang selalu ia banggakan, akan tetapi semua itu hilang bersamaan dengan terungkapnya rahasia besar yang selama bertahun-tahun mereka sembunyikan.