40

357 60 1
                                    

Chika duduk di bangku sebelah kursi roda Cicinya. Ia menatap Cicinya dari samping. Chika sangat senang melihat Cicinya terlihat begitu bahagia.

" Cici seneng banget ya Chika bawa ke taman? " Tanya Chika pada Shani.

Shani hanya mengangguk.

" Lagi banyak bunga yang mekar sama kupu-kupu juga. " Ucap Shani.

" Makasih ya dek, udah ajak Cici ke taman. " Ucap Shani.

" Maaf banget kalo Cici udah ngerepotin kamu. "

" Cici gak pernah ngerepotin siapapun, jadi jangan bilang kaya gitu lagi. " Ucap Chika.

" Cici mau apa?  Pengen apa? Atau pergi kemana pun itu? " Chika bakal temenin Cici terus.

Chika menggenggam erat tangan Cicinya.
" Chika janji, bakal cari donor ginjal buat Cici. "
Ucap Chika.

Shani menggelengkan kepalanya.
" Kamu gak perlu lakukan itu. " Ucap Shani sambil tersenyum, terlihat air mata yang mengalir di pipi Shani.

Tangan Chika terangkat, mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi Shani.

" Cici jangan nangis, Chika gak suka orang yang Chika sayang nangis. Kita semua sayang sama Ci Shani. " Chika memeluk tubuh Shani.

Chika berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Seharian ini ia menemani Shani, karena libur sekolah dan ia tidak memiliki kegiatan apapun. Chika berjalan menuju lobby rumah sakit, ia akan pulang untuk membersihkan diri dulu sebelum nantinya ia kembali ke rumah sakit lagi untuk menemani Shani.

Saat sudah sampai di lobby, Chika merasakan nyeri di dadanya. Perlahan ia memelankan langkah nya, tangan kanannya memegang dada sebelah kiri nya. Ia menghentikan langkahnya, bersandar di dinding sambil menahan sakit.

" Kenapa harus kambuh sekarang sihh. " Gumam Chika pelan. Nafasnya juga terlihat sesak.

Naomi terlihat keluar dari salah satu kamar rawat di dampingi seorang suster.

" Chika! " Ucap Naomi panik melihat Chika seperti menahan sakit.

" Cepat bawa kedalam. " Ucap Naomi pada suster.

Naomi menatap Chika yang masih memejamkan matanya.
Dalam hati, Naomi tidak tega melihat Chika terus menerus merasakan sakit.

" Sebaiknya aku kasih tau Mas Rangga saja. " Gumam Naomi pelan.

" Sssshhh..... " Terlihat pergerakan dari Chika.
Melihat itu Naomi langsung mendekati Chika.

" Kamu udah sadar? " Tanya Naomi.

Chika mengerjapkan mata nya.

" Aku ada dimana? " Ucap Chika.

" Kamu ada di rumah sakit. " Ucap Naomi.

Chika menoleh kearah Naomi yang sudah berdiri disebelah bangsal nya. Naomi tersenyum kearah Chika.

Chika mencoba bangun dari tidurnya, Naomi langsung membatu Chika untuk bangun.

" Kamu terlalu kelelahan Chika. " Ucap Naomi.

" Saya sudah pernah bilang sama kamu, jangan sampai kelelahan. Ingat, jantung kamu itu lemah. " Lanjut Naomi.

Chika hanya diam mendengar ucapan dari dokter Naomi.
Lagi dan lagi jantung nya kambuh lagi.

" Aku tau dok. " Ucap Chika.
Aku gak bisa kaya remaja lain.

" Aku gak pernah lelah untuk orang-orang yang aku sayangi. Dokter gak perlu ingetin hal itu. " Ucap Chika sambil tersenyum kearah Naomi.

" Kamu gak boleh nyerah ya, kamu pasti bisa sembuh. " Ucap Naomi mencoba untuk menguatkan Chika.

" Saya permisi dulu ya, kamu istirahat aja. " Pamit Naomi.

" Dokter.,, "

Naomi menoleh, " Kenapa? " Tanya Naomi.

" Dokter sibuk gak? " Tanya Chika.

Naomi menggelengkan kepalanya.

" Bisa kita ngobrol sebentar. " Ucap Chika.

Naomi terlihat nampak berfikir, tak lama ia mengiyakan permintaan Chika itu.

" Dokter udah lama kerja disini? " Tanya Chika.

" Sebelum saya menikah, saya sudah bekerja disini. " Jawab Naomi.

" Berarti udah lama juga ya dok. "

Naomi mengangguk.

" Aku merasa, dokter udah tau siapa aku ini, begitupun sebaliknya. " Ucap Chika.

Naomi terus menatap Chika, menunggu Chika melanjutkan ucapan nya.

" Awalnya aku marah, kecewa, terutama sama ayah. "

" Tapi percuma mau marah pun tidak akan bisa mengembalikan keadaan. Karena memang sudah takdir ku. "

Naomi hanya diam mendengar ucapan dari Chika.
Jika Chika saja kecewa, jelas orang yang pantas untuk disalahkan adalah dirinya. Karena sudah membuat keluarga Chika hancur berantakan, karena keegoisannya ia telah memisahkan ayah dan anak, terlebih lagi Rangga meninggalkan Chika saat Chika masih dalam kandungan. Kejam sekali bukan.

" Maafkan keegoisan ku dulu. " Ucap Naomi.

" Saya tau jika kamu membenci saya. Karena saya sudah membuat ayah kamu pergi dari kalian. "

" Dan Tuhan sepertinya seperti sedang menghukum saya. Bertahun-tahun saya merasa sangat menyesal akan hal itu. "

" Yang lebih membuat saya merasa sangat bersalah, saya mengetahui bahwa kamu membenci ayah mu. "

Chika merasa iri saat Chika mendengar ucapan dari Naomi.
Bahwa ayah nya lebih mementingkan orang lain dari pada ia dan Maminya.

Hufffttt

Chika menghela nafas, Chika hanya tersenyum kearah Naomi.

" Aku udah tau semuanya, aku udah ikhlas, dan mungkin ini sudah menjadi takdir ku. " Ucap Chika.

Dan dengan ragu Chika menggenggam tangan Naomi.

" Aku gak benci sama dokter, aku gak benci sama ayah. Aku udah Terima semuanya.

Naomi menatap Chika, dengan mudahnya Chika telah memaafkan ia yang telah menghancurkan keluarga kecilnya.
Naomi pun memeluk erat Chika, dan berterimakasih kepada Chika karena telah memaafkan dirinya.

Chika membalas pelukan dari Naomi. Ia tersenyum dipelukan Naomi.

Tanpa mereka berdua sadari sedari tadi ada dua orang laki-laki berjalan menghampiri Chika dan Naomi. Mereka adalah Rangga dan Mirza.

" Ekhmmm.... " Deheman seseorang membuat Naomi melepaskan pelukannya.

























 saudara selamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang