17

467 67 4
                                    

"Iya, iya Gre. " Ucap Veranda pasrah.

" Kamu istirahat gih. Besok masih sekolah kan. " Ucap Melody.

Gracia hanya mengangguk menanggapi Ucapan Melody. Lalu detik berikutnya Gracia memeluk tubuh Melody yang masih berbaring. Melody mengusap lembut punggung Gracia.

" Mama jangan sakit. Gracia gak mau ngeliat Mama sakit. " Gumam Gracia masih memeluk Melody. Melody hanya
Menganggukkan kepala di balik pelukan Gracia.
Gracia melepaskan pelukannya lalu berjalan keluar kamar Melody.

Sampai di depan pintu kamarnya,
Pandangan Gracia menatap kearah pintu kamar yang sudah lama ditinggal penghuninya. Gracia berjalan kearah pintu itu lalu membukanya perlahan.
Ia masuk ke dalam sambil mengitari pandangannya ke sekeliling kamar. Tidak ada yang berubah sejak terakhir ditinggal penghuninya.
Beberapa bingkai foto yang masih tersimpan di meja Chika. Ia melihat satu persatu foto tersebut. Ada satu foto yang menarik perhatiannya. Foto ia dan Chika saat duduk di bangku sekolah dasar.
Tapi bagian tengah foto terlihat ada bekas sobekan.

Gracia ingat, dulu Chika meminta Papa untuk mencetak salah satu foto di ponsel Papa. Saat itu Chika kecil bilang ia ingin fotonya dan Gracia ada dikamarnya.

Karena hanya foto Gracia yang belum ada dikamarnya. Saat foto itu sudah dicetak, Chika berlari menemui Gracia dan menunjukkan hasil cetakan fotonya.

Gracia yang pada saat itu sangat membenci Chika, langsung meraih foto itu dan merobeknya menjadi dua bagian.
Gracia melempar foto itu ke lantai dan meninggalkan Chika yang masih diam sambil menatap foto yang sudah terbagi menjadi dua.

Chika berjongkok mengambil foto itu. Terlihat air mata mengalir dari kedua matanya. Ia terisak kecil melihat fotonya yang rusak. Chika menghapus kasar air matanya.
Ia berdiri lalu berjalan menuju kamarnya. Chika mengambil sesuatu dari laci belajar nya. Foto yang tadi telah sobek ia satukan kembali dengan lem.

Hasilnya tidak sebagus tadi, tapi Chika sudah terlihat senang melihat fotonya dengan sang kakak menyatu kembali.

Gracia tersenyum kecut mengingat itu semua. Masih banyak lagi hal-hal menyebalkan yang pernah dia lakukan pada Chika dulu. Gracia kembali menatap foto-foto itu. Ada fotonya bersama Shani dan Chika saat mereka menghabiskan malam minggu mereka di salah satu mall di jakarta.

Itu pertama kalinya mereka berfoto setelah ia dan Chika. Gracia meraih foto itu kemudian mendekapnya.
" Cici kangen sama kamu dek. ' ucap Gracia lirih dan terdengar memilukan.

Chika baru saja selesai mengerjakan tugas sekolah. Ia melihat jam di meja belajarnya. Pukul 22.00.
" Cepet banget, perasaan tadi masih jam tujuh. " Gumam Chika.
Ia jadi teringat saat tadi pulang diantar oleh Gito. Anak baru yang selalu membuat masalah dengannya. Kalau dipikir, sebenarnya dia anak yang baik. Buktinya dia mau mengantar Chika pulang karena dia melihat Chika sendiri di halte. Cowok yang cukup peduli dengan sekitar. Tapi tetap saja bagi Chika
Dia cowok yang sangat menyebalkan. Sejak dia datang, dia selalu membawa masalah untuk Chika. Tanpa sadar Chika menarik sudut bibirnya, mengingat pertemuan yang menyebalkan dengan Gito.

' Eh, kok gue jadi mikirin tuh cowok sih. ' Chika tersadar dari lamunannya.
Dasar cowok sok kegantengan. ' gumam Chika.
Ia lalu membereskan bukunya dan beranjak untuk merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Matanya sedari tadi sudah lelah.

Sebelum memejamkan mata, Chika melirik ke nakas samping tempat tidurnya. Ia mengambil sebuah bingkai foto yang ia simpan di nakas. Ini adalah satu-satunya foto yang ia bawa dari rumah lamanya. Foto dirinya Mama, Papa, dan kedua kakaknya. Foto itu diambil saat Chika baru saja keluar dari rumah sakit. Di foto itu mereka terlihat bahagia sebagai keluarga yang harmonis.
Chika memandang satu-persatu wajah mereka. Ia tersenyum saat mengingat kebersamaannya bersama keluarga nya dulu.  Perlahan Chika mendekap bingkai foto itu.

" Chika kangen kalian. " Gumam Chika lirih.



Tengah malam Dio terbangun karena Melody mengeluh pusing dan mual.
Berkali-kali muntah.  Duo terlihat sedang mengurut tengkuk leher Melody.
" Udah ?" Tanya Dio.
Melody mengangguk lemah.
Wajah Melody tampak pucat. Baru beberapa langkah Dio memapah Melody, ia merasa tubuh Melody terasa berat.  Saat ia melirik wajah Melody, Melody sudah tidak sadarkan diri.

" Mel? Melody.,, " Ucap Dio panik sambil menepuk pelan pipi Melody.

" Mel.,, bangun Mel.,, " Dio masih berusaha menyadarkan Melody.

Dari luar kamar Dio dan Melody.
Shani baru saja berjalan dari arah dapur.
Saat melewati kamar orangtuanya,  ia mendengar suara Papa seperti orang panik. Shani bergegas mengetuk pintu
Kamar orangtuanya dan langsung masuk ke dalam.  Ia membulatkan matanya melihat sang Mama tak sadarkan diri dalam dekapan Papa.

" Pa.,, Mama kenapa Pa? " Ucap Shani tak kalah panik.

" Mama tadi pingsan, kita bawa Mama ke rumah sakit. " Ucap Dio lalu mengangkat tubuh Melody.

Gracia yang memang sedari tadi tidak bisa tidur berjalan keluar kamar karena mendengar ada kegaduhan diluar. Betapa terkejutnya Gracia saat melihat sang Papa menggendong Mama yang tak sadarkan diri. Gracia langsung berlari menuju Papa nya.

" Mama? " Panggil Gracia dengan suara yang bergetar.

" Dek, kita sekarang ke rumah sakit. " Ucap Shani kepada Gracia. Mereka pun bergegas masuk ke mobil dan pergi ke rumah sakit.


















 saudara selamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang