43

357 60 2
                                    

Hufftt
Gracia kembali menghela nafas. Dari mana ia akan mendapatkan donor jantung buat adiknya itu. Donor ginjal buat Cicinya saja ia belum mendapatkan nya.

" Kamu ngelamun ya, dari tadi aku panggil-panggil juga tetap aja gak nyaut. "

Gracia hanya menggeleng.
" Lagi mikirin sesuatu aja. " Jawab Gracia.

Mirza kini paham apa yang sedang Gracia pikirkan.

" Ge, kamu gak boleh menyerah gitu aja. Pasti bakal ada jalan buat kesembuhan Cici dan adik kamu. " Ucap Mirza.

" Kamu gak boleh kaya gini, ini malah bakal bikin mereka tambah sedih. Yang harus kamu lakuin sekarang adalah temani mereka, tetap selalu ada di sampingnya. " Ucap Mirza sambil mengusap bahu Gracia.

Gracia menatap Mirza, seolah seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun, Gracia urungkan.

" Kenapa Ge? " Tanya Mirza.

" Gak tau kenapa, akhir-akhir ini aku ngerasa takut aja. Kaya akan ada yang bakal pergi. "

Huffffttt
" Aku gak mau terjadi apa-apa pada mereka,
Mir. "

" Jangan pikirin yang nggak-enggak. Kamu positif aja semoga tidak ada terjadi apa-apa pada mereka. " Mirza mencoba untuk menenangkan Gracia.

Gracia tidak menjawab ucapan dari Mirza. Benar kata Mirza, aku harus berfikir positif saja.

Mirza dan Gracia duduk di bangku taman sekolah, sampai jam istirahat selesai.

Pagi yang cerah di kediaman keluarga Djuhandar.
Seperti biasa, semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan untuk melakukan sarapan bersama. Sesekali Dio bertanya pada ketiga putrinya, perihal kegiatan sekolah maupun di luar sekolah.

" Kalo Shani sendiri gimana nak? Ada kesulitan gak di kampus? " Tanya Dio.

" Gak ada Pa, semua pada bantuin Shani. Jadi gak ada kesulitan apapun. " Jawab Shani.

" Ma, Pa. Kemarin itu aku liat Ci Shani dianter cowok tau. Siapa tu. "  Celetuk Chika.

Shani terkejut mendengar ucapan dari Chika. Shani pikir saat ia pulang kuliah adik-adiknya sedang tidak ada di rumah.

" Loh, bukannya Jinan yang anterin kamu? " Kini giliran Melody yang bertanya.

" Bukan tau Ma, orang kemaren kakak ganteng kok yang anter Ci Shani pulang. " Ucap Chika lagi.

" Emmm, itu cuma temen kok Ma. Kebetulan arah jalan pulang nya searah jadi pulang bareng deh. Jinan juga kenal kok sama orang nya. "

" Kalo gitu kapan-kapan gapapa dong kenalin ke Mama Papa. Biar Papa juga tau orang nya. "

" Iya Pa, nanti Shani ajak Arga ke rumah. " Ucap Shani.

" Jadi namanya Arga. Ganteng banget pasti tuchh " Sahut Gracia alay.

Shani tanpa sadar telah menyebutkan nama seseorang yang telah mengantarkannya pulang. Ia pun sekarang terlihat sedang salah tingkah.

" Lebih ganteng kak Mirza tuhh kak. " Celetuk Chika membuat Gracia menatap kearah Chika.

" Udah-udah, Papa mau Gracia dan Chika fokus dulu sama pendidikan kalian, jangan ada yang pacar-pacaran dulu. " Ucap Dio tegas.

..............

Gracia duduk di bangku halte depan sekolah, ia pun melirik kearah pergelangan tangannya.
Ia sedang menunggu Chika sekaligus menunggu jemputan mereka.
Sebenarnya Chika sudah memberitahu Gracia bahwa ia akan telat sedikit pulang nya karena ada tugas tambahan. Gracia tidak langsung pulang, ia menunggunya didepan halte sekolah.
Gracia pun sudah menghubungi Mamanya untuk tidak menjemputnya lebih awal.

" Lama banget sihh, udah mau sore juga. " Gerutu Gracia karena Chika belum juga muncul.

" Aku samperin aja deh ke dalem. " Ucap Gracia.

Tak jauh dari tempat Gracia menunggu jemputan.
Ada dua orang tak dikenal yang sedari tadi memperhatikan nya, Gracia yang melihat itu merasa risih.

Gracia pun menelpon Chika.
" Dek, kamu dimana sihh lama banget. " Ucap Gracia sedikit kesal.

" Iya Ci bentar Chika keluar. " Ucap Chika.

" Yaudah buruan ya dek. " Jawab Gracia.

Gracia mematikan telpon nya.

Tak lama dari itu Mama menelponnya.
" Hallo Ge, maaf Mama gak bisa jemput kalian. " Ucap Melody.

" Iya Ma, kita juga udah mau di jalan pulang kok. " Ucap Gracia.

" Yaudah kalian hati-hati ya di jalan nya, Mama tunggu kalian di rumah. " Ucap Melody mematikan telpon nya.

Keadaan mulai sepi. Dua orang yang sedari tadi memperhatikan Gracia, mereka mendekati Gracia.

" Lagi nungguin siapa neng. " Ucap salah satu dari mereka.

Gracia langsung berdiri dari duduknya dan berniat menjauh dari mereka berdua. Namun, salah satu dari mereka menahan tangan Gracia.

" Eeittss mau kemana? Main pergi-pergi aja. " Ucap pria itu.

" Lepasin gak, aku gak kenal kalian. " Ucap Gracia berusaha berontak.

Chika yang melihat dari kejauhan itu pun langsung berlari menghampiri Cici nya itu.

" Cici ! "

Mereka menengok kearah seorang gadis yang tak lain adalah Chika. Chika sangat terkejut melihat Cicinya ditarik paksa orang yang tidak dikenal.

Pria itu menarik tangan Chika.
" Cepat serahkan barang barang kalian. "

" Enak aja, emangnya kalian siapa? Lepaskan Cici saya. " Ucap Chika.

" Ohh, jadi ini kakak kamu, bagus deh lumayan jadi dapet dua kita. " Ucap pria itu.

" Lepas! "

Akhirnya mobil yang menjemput Gracia dan Chika sampai. Sang sopir yang melihat kejadian itu langsung menelpon polisi. Dan segera keluar dari mobil menghampiri majikannya itu.

" Non, non gapapa? " Tanya sang sopir.
Gracia tidak menjawab, ia bergegas menghampiri Chika yang terduduk sambil memegangi dadanya.

" Dek, " Panggil Gracia.

" Ci, " Ucap Chika lirih. Sambil meringis kesakitan di dadanya.

" Pak, sekarang kita ke rumah sakit. " Ucap Gracia.






 saudara selamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang