Akhirnya kompetisi yang sangat ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga yaitu
Kompetisi basket putri tingkat SMA. Chika memaksa untuk ikut kompetisi tersebut.
Setelah beberapa saat berdebat dengan keluarganya, ia dibolehkan untuk ikut kompetisi itu. Asalkan jangan terlalu memaksakan dirinya jika sudah sedikit lelah." Chika janji Ma, Pa, Mi. Kalau Chika udah gak sanggup Chika gak bakal paksain kok. " Ucap Chika.
" Yaudah tapi benar ya, kalau dirasa udah gak kuat jangan di lanjut. " Ucap Melody masih khawatir.
Di lapangan basket.
" Chik, lu beneran dibolehin sama keluarga lo? " Tanya Lulu.
" Iya, udah lu tenang aja gue udah diizinin kok. " Ucap Chika.Chika sudah bersiap-siap di pinggir lapangan.
Dug dug dug
Suara bola basket yang menghantam lantai lapangan indoor yang ada di sekolah. Disisi lapangan duduk berjejer murid-murid yang memakai seragam putih abu-abu.
Murid-murid tidak ada hentinya bersorak-sorai dengan wajah yang antusias. Melihat lapangan yang dipenuhi dua anggota tim basket yang sedang bertanding.
Didalam lapangan.
Lulu men dribble bola kedepan lalu ia oper ke Chika, Chika lari dan langsung men shoot dari jarak yang cukup jauh dan bola pun masuk kedalam ring." Ayo Chika semangat " Teriakan dari teman satu sekolah nya.
Chika yang mendengar itu akhirnya tersenyum dan memaksimalkan kemampuannya.
Memasuki menit akhir pertandingan, Chika sudah merasakan sesak di dadanya. Chika sebenarnya sudah tidak kuat dan terus memaksanya. Hingga peluit terakhir berbunyi
Dan penonton bersorak-sorai atas kemenangan tim dari sekolah Chika.Hingga akhirnya..
" Chika!! " Teriak Lulu.
Dan Chika pun pingsan tak sadarkan diri.
Chika pun segera dilarikan ke rumah sakit diantar oleh Lulu yang sudah panik.Setelah mendapat kabar bahwa Chika pingsan pun keluarga Djuhandar dan Veranda pun segera menyusul ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit.
Veranda duduk sambil menggenggam
Tangan putrinya. Chika terlihat
Masih betah menutup matanya dengan
masker oksigen yang menutupi mulut dan
Hidungnya. Sedari tadi pandangan Melody
Tidak lepas dari Chika. Veranda sadar ia
Bukan ibu yang baik. Tapi ia begitu sangat
Menyayangi Chika. Ia takut kehilangan Chika.Ada pergerakan kecil ditangan Chika.
Melody langsung menghapus air matanya
Kemudian menatap Chika. Perlahan Chika
Membuka mata, mencoba membiasakan
Pandangannya dengan ruangan bernuansa
Putih itu. Pandangan Chika terhenti pada
Seorang wanita yang kini menatapnya
Dengan sendu.Chika membuka masker oksigen di
Mulutnya lalu tersenyum kearah sang
Mama." Mami gak usah khawatir aku gapapa kok. " Ucap Chika pelan.
Tak lama dokter Naomi masuk ke ruangan Chika. Ia melihat semua keluarga Chika tengah berkumpul. Ia juga melihat Mirza. Putranya yang sedang duduk disamping Gracia.
" Dokter mau periksa Chika ya? " Tanya Veranda.
Dokter Naomi hanya tersenyum.
Saya hanya ingin memastikan kondisi Kesehatan Chika, kenapa gak istirahat aja." Dokter gak usah di periksa, aku udah sehat jadi gak usah diperiksa. " Mohon Chika.
Chika hanya menunjukkan senyum gummy smile nya, mendengar omelan dari dokter Naomi.
" Bandel banget tuh dok, marahin aja. " Saut Gracia.
" Yahh dokter, Chika udah sehat kok. " Ucap Chika.
Dokter Naomi hanya menggelengkan kepalanya.Pintu ruangan kembali terbuka, menampilkan sosok pria dewasa . Semua yang berada disana langsung menatap kearah pria tersebut. Sebagian dari mereka bingung dengan kehadiran pria tidak dikenal yang tiba-tiba datang. Dokter Naomi, Veranda, David, Melody, dan Dio pasti sudah tidak asing dengan pria yang satu ini.
Pria itu adalah Rangga.Rangga berjalan perlahan menghampiri Chika. Mirza yang melihat itu mengerutkan keningnya, ia heran dengan ayahnya yang tiba-tiba datang.
Chika terlihat bingung dengan seseorang yang kini sudah berdiri dihadapan nya. Chika tidak mengenal pria tersebut. Tapi hatinya terasa begitu dekat dengan pria yang ada dihadapan nya ini.
Tanpa berkata apapun Rangga langsung memeluk Chika. Chika semakin bingung, tapi ia tidak menolak ataupun membalas pelukan itu. Terlihat tubuh Rangga bergetar. Rangga memeluk Chika dengan erat air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya.
Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama akhirnya ia bisa dekat dan memeluk anak kandungnya. Anak yang telah ia tinggalkan, anak yang selama ini ia cari-cari keberadaan nya.
" Maafkan Ayah nak, maaf. " Ucap Rangga lirih ditengah tangisnya.
" Ayah menyesal telah meninggalkan Mami mu dan kamu. " Ucap Rangga
Chika terkejut mendengar pria itu menyebut dirinya Ayah.
' Ayah? Dia Ayah ku? ' batin Chika dalam hati.Pov Chika
Mengapa setelah ia berdamai dengan masalahnya
Dan memaafkan Maminya, mengapa masalah baru datang lagi. Sebenarnya ia juga penasaran siapa ayah kandungnya. Dan setelah ia bertemu langsung dengan ayah kandungnya, ia bingung harus bagaimana, apa harus senang apa kecewa? Karena telah meninggalkan Maminya saat sedang mengandung dirinya.Di satu sisi Chika mau senang, sedih atau kecewa
Ia pun jadi bingung dengan semua nya.
' Chika bingung Tuhan harus bersikap bagaimana? ' batin Chika.Chika POV End