20 | Let's Do This

235 25 3
                                    

The Relationship

________________


William menunggu di bawah. Kamis pagi ia baru terbang pulang ke Jakarta. Hari ini tanggal merah dan ia mengambil cuti di hari Jumat supaya bisa berada di kota kelahirannya lebih lama.

Ia sedang berpikir sambil menunggu Anya siap. Berpikir soal bagaimana Anya bertanya sempat bertanya.

"I don't think we are there yet, Will. I just.... Are we?"

Memangnya apalagi yang sedang ia lakukan kalau bukan untuk hal ini? Bukankah mereka dipertemukan untuk jadi satu? William sedikit tak paham. Ia jadi penasaran apakah papinya berbicara sesuatu dengan Tante Shinta.

Setelah mendapat jawaban jadwal dari Anya ia memang menugasi Pak Rahmat untuk mengantar jemput. Mobil Anya pasti masih dibengkel. Pak Rahmat menjawab siap dan sering beliau mengiriminya laporan setiap hari. Foto ketika menjemput dan mengantar Anya, William jadi punya foto depan bangunan rumah sakit dan apartemen Anya dari berbagai sudut.

Ia pernah menanyakan sebuah tempat yang tidak familiar. Pak Rahmat menjelaskan kalau itu rumah sakit tempat praktik Anya yang baru. Pada awal-awal, Pak Rahmat bercerita bahkan mengantar Anya ke tiga tempat kerja yang berbeda, tetapi hanya beberapa hari. Setelahnya Anya bekerja di dua tempat ini.

William berpikir apakah Anya bekerja begitu keras untuk mencukupi saldo yang tempo hari ia sempat baca. Ia bertanya sendiri kenapa ia harus berjuang sekeras itu kalau ia masih punya dua orang tua yang bekerja. Terakhir ia mengecek, Tante Shinta masih jadi konsultan bisnis senior di salah satu merek perhiasan dan jam tangan mahal.

Pak Rahmat pernah melaporkan kadang Anya tidak mau dijemput kalau pulangnya terlalu malam, di atas jam 11. Kalau Anya tidak memberi kabar, kadang Pak Rahmat tidak tahu kapan jadwal perempuan itu pulang dan pergi bekerja. Pak Rahmat pernah menunggui tetapi Anya menyuruhnya pulang sebab masih hendak lembur. Pak Rahmat meminta maaf kepada William.

Will: kamu sering nginep di rumah sakit? kok malem gak mau dijemput?

Anya: kalau jamal ya sampai pagi

Will: selain itu. pas kamu masuk dari pagi

Anya: Bukan gitu, aku cuma nggak enak sama Pak Rahmat soalnya pulang malem.

Will: aku minta Pak Rahmat untuk itu, Nya. biar kamu aman

Anya. Nggak papa, Will. Aku dianterin temen kok, ada banyak temenku di sini

William pernah melihatnya. Pria berkacamata yang becakap dengan Anya saat menunggu jemputan. Orang yang sama, ada tiga atau empat kali yang tertangkap kamera Pak Rahmat, buktinya masih berada di penyimpanan ponselnya.

Maka dari itu ia memilih mengambil cuti. Ia ingin berbicara dengan Anya setelah serentetan cerita yang hanya ia dengar bukan dari orangnya langsung.

Pagi tadi ia bahkan masih mendapat kisah baru. Saat mengantarkannya pulang dari bandara, Pak Rahmat menceritakan Anya seringkali ketiduran di mobil, padahal jarak antara rumah sakit dan apartemennya tidak sampai 10 menit kalau lancar.

"Saya juga sering dikasih coklat dan permen sama Mbak Anya. Kalau pagi, Mbak Anya biasa berangkat sambil makan pisang dan yoghurt. Oh, kemarin ada yang tumpah sedikit belum saya cucikan."

"Nggak apa-apa, Pak."

Saat sudah membawa mobilnya sendiri baru William bisa memperhatikan. Ia melihat noda samar yang sepertinya tumpahan minuman yang dimaksud Pak Rahmat. Di dashboardnya juga ada bekas coklat yang meleleh. William mengambil tisu dan mengelapnya. Sesaat kemudian Anya mendekat ke mobilnya.

Salted CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang