It's Sweet (Literally)
_________________
"Lo yang cerita ya?"
"Kagak sumpah, dah. Lo cek dah cek chat gua nggak ada yang ngaduin elu."
William baru mendarat di Jakarta. Ia menyalakan sambungan data dan tiba-tiba pesan papinya datang, menyuruhnya untuk mampir. Terakhir bertemu papinya memang sudah 3 bulan yang lalu, saat ia melakukan gertakan ringan. Setiap ke kota ini ia tidak pernah menemui pria itu lagi, tidak ada urusan juga.
Papinya bertanya mengapa ia bisa sebulan sekali ke Jakarta tetapi tidak pernah mengunjunginya. Ia menelpon Ari menanyakan apakah papi yang menanyakan jadwalnya. William sudah mem-briefing Ari untuk tidak banyak membocorkan aktifitas personalnya. Tetapi ia lupa, papi punya banyak jalur untuk tahu.
"Pak, Pak Rahmat ditanyain papi ya?" Ia mengganti terdakwa.
"Ditanya apa, Pak?"
"Kalau saya pulang."
Pak Rahmat tidak biasa berpolitik. "Oh, iya. Tadi siang saya mau disuruh nganter ke luar kota karena kata Tuan supirnya izin. Lalu saya bilang sore ini mau menjemput Pak William."
"Selain itu tanya apa lagi papi?"
"Tanya apa Pak William sering, ya saya bilang sekitar sebulan sekali."
"Hmmm." William mengangguk-angguk. "Ada lagi yang ditanyakan?"
Pak Rahmat menggeleng tegas. "Tidak ada, Pak. Cuma itu."
William mengambil nafas. Ia berkata ringan, "Pak, kalau misal papi tanya-tanya lagi jawab saja nggak tahu, ya? Kalau pas saya pulang atau minta jemput. Nggak usah juga cerita soal pacar saya ke papi. Papi nggak suka sama Anya, Pak." William menambahkan alasan di akhir permintaannya.
Pak Rahmat menegakkan punggung masih menatap jalanan depan dengan fokus. "Baik, Pak. Maaf ya, Pak William, tadi saya terlanjur bilang."
"Nggak apa-apa. Eh, sama ke mami juga ya, Pak."
"Siap-siap," jawab Pak Rahmat. William mengingatkan diri untuk mem-briefing Bi Indah dan suaminya nanti kala di rumah.
"Papi, lihat progressnya lebih cepat?"
William melepaskan dengusan walau tak terlalu keras. Giliran papi saja yang ngomong, maka boleh bercakap dan membahas bisnis di meja makan.
"Memang." Secara timeline, target EC itu jadi adalah Desember, dan mereka akan launch pada tahun baru. Tetapi melihat laporan progress, bisa jadi EC rampung pada November. Dan pada bulan Desember sepertinya bisa mulai dilakukan soft-launch, untuk mem-boost penjualan pada peak sale season yakni waktu liburan x-mas and new year.
"Kok bisa?"
"Ya William kerja beneran, Pi." Ia menelan makanannya. Memangnya apa coba alasannya ia lembur? "Ada yang bikin Will semangat juga," tambahnya sengaja.
"Kamu pacaran?" Mami pun sampai ikut terheran.
William tidak menjawab. Ia membiarkan mami papinya menerka sendiri dari prasangka. Ia tak berniat membocorkan.
"Papi nggak sengaja ketemu Bu Shinta dan beliau bilang menantikan pertemuan keluarga lagi." Papinya mendengus. William tak pernah suka dengan cara papinya meremehkan orang lain. "Kamu tahu apa yang dilakukan mama anak itu supaya bisa sampai posisinya sekarang?"
"William cuma tahu apa yang papi lakukan supaya bisa masuk Railways."
"Revenue kita naik 30% setelah sebulan masuk sana. Target tahun ini sudah tercapai padahal belum masuk Q4."
KAMU SEDANG MEMBACA
Salted Caramel
General FictionPerkenalkan, dia adalah Nia, dokter muda, penyuka manis, yang sedang mengejar cita-cita, tetapi sering dijodoh-jodohkan mamanya. Ia berjabat tangan dengan William di sebuah jamuan makan malam. Pengusaha, penyuka sup asin, yang tak percaya pada cinta...