Rose masuk kedalam rumah dengan pikiran kosongnya. Jangan tanyakan keadaannya sekarang. Bahkan untuk beristirahat rasanya Rose tidak perlu. Pikirannya jauh melayang bersama kakaknya, Jisoo.
Rose dan Lisa terus menghubungi Jisoo. Tapi. Ponsel Jisoo tidak aktif. Rose juga ingin langsung datang pada Jennie tapi Lisa menahannya. Seperti perkataan Lisa bahwa lebih baik mencari Jisoo dulu sebelum bertemu dengan Jennie. Lisa juga berusaha agar Rose tidak meledakkan amarahnya pada Jennie ataupun CEO yang menangani Jennie.
Rose benar-benar akan menyesal jika dia tidak bisa berbuat apapun untuk kakaknya, Apalagi jika tidak bisa berbuat apapun untuk calon keponakannya. Mungkin Rose bisa selalu ada untuk Jisoo, Tapi untuk calon keponakannya? bahkan ponakannya belum lahir tapi sudah tidak diinginkan.
Apapun. Apapun akan kulakukan.
Rose berjalan dan ingin langsung masuk kekamarnya terhenti saat dua suara yang sangat Rose kenal terdengar ditelingannya.
"Ini Chaeyoung saat pertama kali masuk sekolah dasar "
Rose melangkah mendekat. Dan benar dugaannya, Suara yang dia dengar adalah suara Jisoo dan Eommanya.
Rose mematung memperhatikan dengan terkejut.
Pelan-pelan Rose mendekat tanpa menciptakan suara yang banyak, Berdiri didepan Jisoo dan Eommanya.
Jisoo awalnya belum sadar kehadiran Rose. Tapi, Rose yang terisak terdengar dan seketika itu Jisoo dan Rose bertatapan langsung dengan Rose yang tanpa aba-aba langsung memeluk Jisoo sambil menangis."Unnie... " Rose terisak. Itu juga membuat Eomma Kim bingung, Rose datang dan langsung menangis dipelukan Jisoo.
Jisoo sendiri sudah bisa menebak apa yang membuat adiknya itu menangis seperti sekarang.
Dielusnya rambut pirang itu dengan sayang, "Gwenchana Chaeyoungie.. " Jisoo menenangkan.
"Chaeyoungi, Wee? Kenapa anak Eomma menangis? hmm? " Eomma Kim mencoba bertanya, Dia cukup khawatir dengan anak bungsunya.
Jisoo perlahan meminta izin kepada Eommanya untuk membawa Rose kedalam kamar. Mereka butuh waktu berdua untuk cerita, Jisoo juga tidak ingin Eommanya tau sebelum semuanya benar-benar tenang.
Jisoo dan Rose sudah berada didalam kamar Rose. Mereka duduk dipinggir ranjang.
"Unnie.. Aku sudah tau semuanya " Rose memulai obrolan, "Tentang dirimu dan Jennie Unnie "
Jisoo menghela nafas.
"Kenapa Unnie tidak pernah cerita? " Rose ingin menangis lagi. Wajah sedih Jisoo membuatnya terluka.
"Unnie tidak bisa berbuat apapun Chaeng. " Jisoo tertunduk lesu.
Rose genggam kedua tangan kakanya yang sedang berada dipaha nya, "Apa yang tidak bisa Unnie lakukan? " Firasatnya begitu buruk tentang hal ini, Rose takut jika Jisoo berkata bahwa dia terlambat menyelamatkan anaknya.
"Aku sudah tau jika Jennie Unnie, Hamil " Lanjut Rose.
Jisoo juga sudah menduga jika Rose tau karena Joy pasti menceritakan semua.
"Apa kita terlambat? " Rose bertanya gugup. Tenggorokannya seakan mengering menunggu jawaban Jisoo.
Dengan nafas dalam Jisoo berkata, "Hampir saja " Jisoo tidak ingin menangis lagi tapi air matanya seakan selalu keluar dengan sendirinya, "Jika terlambat sedikit mungkin dia sudah tidak ada "
Sekuat tenaga Rose tahan tangisnya, "Kita bisa bersamanya Unnie, Percaya padaku "
"Aku hanya takut jika Jennie berubah pikiran dan ingin melakukan aborsi lagi "
![](https://img.wattpad.com/cover/288205317-288-k867940.jpg)