Jennie terbangun dari pingsan-nya. Membuka mata-nya dan menyesuaikan dimana dia berada, Jennie tebak ini adalah kamar tapi Jennie tidak tau ini kamar siapa. Jennie merasa badan-nya sedikit kaku mungkin terlalu lama tidak sadarkan diri jadi terasa seperti ini.
Jennie lirik ponsel-nya yang sudah tercharger entahlah siapa yang mencharger ponsel-nya. Jennie mengecek beberapa pesan dan panggilan dari Manager-nya berkata bahwa Brand yang akan bertemu dengan Jennie sudah dibatalkan Jennie sampai bingung bertanya pada Manager-nya berapa yang akan dia bayar untuk denda pembatalan sepihak kerja sama itu.
"Tidak usah kau pikirkan Jennie semua sudah selesai. Kau hanya perlu bersiap besok kita harus pulang ke korea "
Jennie tidak ambil pusing lagi yang jelas sekarang dipikirannya hanya ada satu nama, Ruby. Gadis kecil itu harus mendengarkan penjelasan Jennie sebelum dia kembali ke Korea.
Anakku lebih penting.
Pintu terbuka. Jisoo masuk melihat Jennie.
"Kau sudah bangun " Kata Jisoo berdiri didekat-nya.
"Maaf "
Jisoo menatap, "Tidak masalah "
Mereka diam lagi untuk beberapa detik.
Jennie ingin berdiri dari ranjang-nya saat pintu terbuka dari luar menampakkan tubuh kecil dengan visual mengemaskan.
Ruru.
Setiap langkah kecilnya mendekati Jennie tatapan tidak pernah terlepas sorot mata yang Jennie lihat dari Ruru membuat hati Jennie menghangat, Betapa Jennie bersyukur atas segala pertemuan mereka.
"Dada. " Jisoo berjongkok menyapa anak-nya, "Mama sulu makan malam " Ruru diutus oleh Soojoo untuk memanggil Jisoo dan Jennie agar mereka bisa makan malam.
Jisoo menatap Jennie.
"Baiklah. Beritau Mama untuk menunggu sebentar lagi " Ruru keluar dari kamar Jisoo.
Jennie perhatikan ada yang berbeda dari Ruru, Gadis kecil itu tidak menyapa atau bahkan melihat Jennie. Entah Jennie punya salah apa yang jelas perasaan itu membuat hati Jennie sakit.
Sekarang kedua gadis kecil ku.
"Jika kamu tidak sibuk Soojoo mengundangmu untuk makan malam " Jisoo melangkah lebih dulu.
"Apa mereka membenciku? " Kata Jennie tiba-tiba membuat langkah kaki Jisoo terhenti.
Jisoo menoleh kembali, "Apa maksudmu? "
Jennie menggeleng terlihat jelas dipelupuk mata-nya ada genangan air mata yang siap tumpah, "Gwenchana, Silahkan habiskan waktumu dengan keluargamu, Jisoo. Maaf mengganggu waktu kalian"
Jennie siap keluar dari kamar Jisoo. Tapi lengan Jennie dicekal Jisoo, "Aku bertanya apa maksudmu"
"Aku hanya tidak ingin mengganggu kau dan keluargamu "
Jisoo mengepalkan tangan-nya, "Jadi Ruru dan Ruby bukan keluargamu? "
Jennie menoleh cepat. "Apa maksudmu? " Tanya-nya marah.
Jisoo tertawa sinis, "Lupakan. Mereka memang bukan anakmu "
Jisoo bersiap pergi dari kamar-nya meninggalkan Jennie tapi Jennie dengan cepat berlari didepan Jisoo menutup kembali pintu yang sudah setengah terbuka.
"Tarik ucapanmu, Kim Jisoo! "
Mereka seperti tidak pernah berhenti untuk bertengkar dan berdebat, Jisoo seperti api yang selalu menyala dan Jennie bagai bensin yang siap membakar Jisoo setiap saat.
![](https://img.wattpad.com/cover/288205317-288-k867940.jpg)