2. Death

9.6K 903 22
                                    

Hey Hey! Vomment yaaaw :)

*********

Aku menunduk menatap berlian silver yang digunakan sebagai cincin pertunangan berada di jari manis tangan kananku. Ini adalah cincin yang sederhana, ada sebuah berlian kecil di depannya. Bersamaan dengan ini, itu menjadi cincin kawinku, polos, silver dan sederhana. Rupanya aku harus memakai kedua cincin itu, agar pernikahan ini terlihat lebih nyata, katanya. Aku dan Harry sudah menanda tangani dokumen itu, jadi sekarang kami sudah resmi menikah. Pasangan yang telah menikah.

Ini terasa aneh, memikirkan bahwa aku telah menikah. Ketika aku kecil aku selalu membayangkan pernikahanku akan menjadi sesuatu yang mengagumkan. Ketika ayahku meninggal, pemikiranku yang paling besar kala itu adalah, who was going to walk me down the aisle. Bisa kau percaya itu? Saat itu aku mengkhawatirkan hal itu daripada mengkhawatirkan siapa yang akan kunikahi nantinya. Tapi kurasa itu tidak begitu berpengaruh sekarang, aku menghela napas, menatap cincin itu.

Tidak ada perayaan pernikahan, aku tidak melihat maknanya dari itu. Pernikahan adalah sesuatu yang tidak akan ingin kalian ingat bagiku, itu bukanlah kasusnya. Sejauh ini aku memerhatikan, aku tidak menikahi pria yang aku cinta. Aku menikah dengan seseorang yang belum pernah aku temui sebelumnya. It was a bullshit, sekali lagi kukatakan, aku harus menjalani ini demi ibuku. Ini adalah keinginannya.

Napasku berhembus dari bibirku seraya aku meraih ponselku dan membuka aplikasi twitter, meng-scroll timeline-ku hingga sesuatu mampu tertangkap oleh mataku, membuatnya semakin melebar keheranan. Followersku telah bertambah yang awalnya berjumlah sekitar dua ratus, kini menjadi tujuh ribu lebih! Bagaimana ini bisa terjadi? Ketika aku mengklik mentionku, aku melihat itu semua dipenuhi oleh pertanyaan dari orang-orang yang tidak kuketahui.

"Itu semua dari fans." Sebuah suara yang berat membuatku terlompat, mengejutkanku, ketika aku mendongak untuk melihat Harry duduk di kursi berbentuk hati di seberangku. "Sepertinya mereka menemukan twittermu."

"Sepertinya begitu," gumamku, mengunci ponselku dan meletakkannya di sofa di sampingku. "By the way, apa kau memberi tahu penggemarmu? Tentang kita? Tidakkah mereka menanyai bagaimana mungkin aku tak pernah di sebut-sebut sebelumnya? Dan tiba-tiba kau menikahiku?"

"Yeah, tentang itu," Harry berkata secara perlahan, mendudukkan dirinya dengan benar. "Aku telah memberi tahu mereka bahwa kita diam-diam telah saling mengenal selama beberapa tahun. Kita hanya menyembunyikan ini dari publik, dan kauselalu menyamar kapanpun kau datang untuk 'mengunjungi' kami di konser atau apapun."

Alisku terangkat. "Dan mereka mempercayaimu?" Penjelasan omong kosong, tapi aku terkejut jika mereka mempercayai itu.

"Kami sangat meyakinkan," Harry mengangkat bahu dengan tersenyum bangga.

Aku memutar bola mataku yang biru, "Kenapa kau setuju dengan ini semua, anyway?" aku bertanya padanya, menyondongkan tubuhku kembali ke sofa, sambil menyipitkan mataku padanya, menanyakan apa yang selama ini ingin kulontarkan. "Kenapa kau menyetujui untuk menikah denganku?"

"Rasanya seperti aku tidak memiliki pilihan lain," balasnya dengan nada yang kasar, menyilangkan tangannya ke dada. "Ibuku pada dasarnya memaksaku untuk ini – untuk membuat sahabatnya bahagia. Aku tidak bisa menolak, mengetahui apa yang terjadi pada ibumu." Aku memberinya senyuman kecil untuk itu, tapi dengan cepat itu semua memudar ketika mendengar kata-katanya yang selanjutnya. "Plus, sedikit membantu bahwa kau sangatlah seksi."

Aku mencemooh, "Pig," kataku, berdiri.

"Kata-kata yang sangat tidak baik untuk dilontarkan kepada suamimu," Harry menyeringai, ikut berdiri.

Aku tersentak pada kata itu, membenci bagaimana caranya kata itu keluar dari lidahnya. Aku melototinya, mata biruku yang dingin bertemu dengan mata hijaunya. "Tujuh milyar manusia di muka bumi, dan aku terjebak untuk menikah denganmu," aku sudah membenci bocah ini.

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang