35. Blissful Morning To Terrified Nights

6.1K 589 44
                                    

SEMOGA KALI INI CHAPTERNYA GA ERROR :-(

*********

Kelsey's POV :

"Bisakah kita tetap pada posisi ini?"

Suara serak Harry di pagi Harry membawa sebuah senyuman di wajahku selagi kami berbari di ranjang. Aku tidur tengkurap, pipi kiriku bersentuhan dengan ranjang yang empuk. Harry juga berbaring dengan posisi seperti itu di sebelah kiriku, jarinya bermain-main di kulit punggungku yang kecil, kausku sedikit terangkat sehingga ia bisa melakukannya.

"Itu adalah rencananya," gumamku selagi aku merasakan tangannya mengusap-usap punggung bawahku, sebelum tangannya meraih ke depan, menekan perutku.

Aku melepas tawaku ketika lengan Harry memegang pinggangku sambil menarikku semakin dekat dengannya, lalu punggungku bersentuhan dengan dadanya; aku dapat merasakan abs-nya di balik kaus berbahan tipis yang ia kenakan. Aku merasakan tangannya yang kosong menyeka sebagian rambutku, sebelum aku merasakan bibirnya berada di antara leher dan rahangku.

Kaki Harry bertautan dengan kakiku di balik selimut selagi ia memelukku semakin erat, sebuah hembusan napas keluar dari mulutnya lalu memukul leherku ketika ia menenggelamkan wajahnya di lekuk leherku.

"Kapan kau akan pulang?" tanyanya, suaranya meredam.

Aku terkekeh. "Sudah ingin mengusirku?" tanyaku menggoda.

"Tentu tidak," balasnya, mengeratkan pelukannya. "Aku ingin kau berada di sini selama kau bisa bertahan."

Aku tersenyum pada kata-katanya, sampai suara ketukan berisik terdengar di pintu hotel. "Harry!" itu suara Liam. "Bangun, mate. Ada wawancara radio yang harus kita lakukan."

Harry mengeluarkan erangan sambil melepasku, membuatku tertawa ketika ia berbaring terlentang. "Baiklah," Harry balas berseru, "biarkan aku berganti pakaian."

Aku bangun dari ranjang selagi Harry turun, lututku terangkat hingga menyentuh dadaku ketika ia berjalan ke arah koper coklatnya dan membukanya. Ia mengeluarkan sebuah kaus kemudian melepas kaus yang tengah ia kenakan. Setelah ia mengancingkan baju biru kotak-kotaknya, ia mengeluarkan sebuha skinny jeans lalu mengenakannya.

Kemudian ia beralan ke kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya, dan tak lama aku mendengar suara air di wastafel setelah suara siraman di toilet. Aku terkekeh sendiri selagi aku menguncir rambutku. Lalu Harry berjalan keluar dan mengambil ponselnya di meja kecil di dekat ranjang, sebelum menaruh lututnya di ranjang dan bersandar ke arahku.

"Aku akan menemuimu sekitar satu jam lagi," ia tersenyum sebelum menekan bibirnya di bibirku.

Aku mengangguk ketika kami menjauh. "Bersenang-senanglah di wawancaramu."

Harry terkekeh selagi melangkah kea rah pintu. "Aku akan mencoba," ia mengedipkan matanya, sebelum meninggalkan ruangan.

Setelah ia pergi, aku melempar selimut dari tubuhku bersamaan dengan suara ponsel yang berdering. Melihat bahwa Loganlah yang menelepon, aku mengangkat panggilannya. "Hey, Logan," aku menyapanya.

"Apa kau sudah memberi tahunya?" adalah hal pertama yang ia katakan.

"Beritahu apa kepada siapa?" aku menajamkan alisku sambil berdiri dari ranjang.

"Apakah kau sudah memberitahu Harry bahwa kau mencintainya?" Logan bertanya dengan sabar.

Aku hampir tercekat. "Tidak," kataku. "Kenapa kau mengira aku akan memberi tahunya, Logan?"

"Um, karena kau mencintainya?" tanyanya seolah-olah itu adalah hal yang paling nyata di dunia ini.

Aku memiringkan kepalaku ke samping sambil mengernyit. "Kenapa kau --- dari seluruh orang --- adalah yang paling antusias tentang hal ini?"

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang