Vomment, Vomment! :)
*********
Kelsey's POV :
Di suatu siang aku memperhatikan Harry yang masih tertidur. Ia harus segera bangun untuk melakukan sound check dan juga meet and greet, tapi ia masih mendengkur di tempat tidur. Aku sudah berpakaian untuk hari ini, dan kurasa aku harus membangunkannya sebelum ia telat.
Pergi ke kamar, aku melihatnya masih tertimbun di bawah selimut dan sebuah cahaya mengenainya. AKu terkekeh pelan dan berjalan membungkuk padanya, lalu menarik selimutnya. "Harry, bangun," kataku,mengguncang-guncang tubuhnya pelan. Ia hanya bergumam tanpa membuka matanya. "Serius, kau akan terlambat."
Harry mengomel dengan kata-kata yang tidak jelas dan aku memutar bola mataku, menyadari bahwa aku tak bisa membangunkannya dengan cara yang manis dan baik-baik. Aku melihat ke sekitar sejenak, dan menyeringai. Membungkuk sekali lagi untuk mendekatinya, dan tiba-tiba aku berteriak, "Fire! Fire!"
Seperti dugaanku, Harry langsung bangun dari kasur dengan cepat dan terjatuh di lantai di sampingku, selimut ikut terselingkap olehnya sementara aku memegangi perutku dan tertawa terbahak-bahak. Ekspresinya sedikit liar dan waspada, ia memandang ke sekitar sampai ia menemukanku tengah tertawa terbahak-bahak.
"Kelsey, what the hell!" Harry berteriak sambil berusaha berdiri.
Aku duduk di tepian kasur, tertawa tanpa henti sepuas-puasnya dan Harry menunduk menatapku. Ia akhirnya bebas dari selimut lalu memandangiku yang masih tertawa dan aku melihat ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman. "M- Maaf," ucapku di antara tawaku. "Aku tidak bisa mencari c- cara lain untuk memba- membangunkanmu."
Harry menggelengkan kepalanya, terkekeh pelan sambil tangannya berjalan menyusuri rambutnya yang berantakan. "Tak apa," katanya.
"Sekarang bersihkan dirimu," kataku serius, sambil berdiri. "Kau harus sound check."
"Yes, mother," ucapnya, menyeringai sebelum masuk ke kamar mandi.
Aku tak bisa melakukan apapun selain tersenyum dan keluar dari kamar menuruni anak tangga. Aku dan Harry sudah bergaul dengan baik setelah beberapa hari yang lalu, dan aku tidak selalu diam di depannya ataupun mengunci diriku. Aku tidak akan mengatakan kita sudah berteman baik, tapi ini adalah sebuah kemajuan dan kita sudah berhasil. Harry ingin semua ini berjalan dengan baik, ia mengerti bahwa aku membutuhkan waktu dan ia bersedia untuk menunggu dan memberikan waktu yang kubutuhkan, aku sangat bersyukur.
Selama Harry mandi dan bersiap-siap, aku menjatuhkan diri di sofa dan mangambil buku yang terakhir kubaca --- For One More Day dari Mich Albom. Aku mengangkat lututku ke atas dan membaca, lima belas menit kemudian aku mendengar langkah kaki dan turunlah Harry. Aku mendongak dan memberinya senyuman kecil yang langsung dibalas olehnya lalu ia bertanya, "Apa kau akan datang ke konser malam ini?"
Aku mengalihkan perhatianku dari buku kepadanya. "Aku tidak tahu, haruskah aku?" tanyaku, memainkan alisku.
Harry menyeringai, bersandar di dinding di sampingnya. "Ini akan bagus jika kau datang," katanya. "Eleanor akan datang."
Aku menggigit bibir bawahku, merenungkan kata-katanya. Lalu aku mengangguk, menatapnya. "Tentu, aku akan datang."
Harry tersenyum kecil. "Aku punya tiket ekstra dan VIP di dalam laciku," ucapnya. "Ambil saja dan datanglah."
Aku menajamkan alisku, tertawa kecil. "Apa kau selalu menyimpan tiket ekstra?" tanyaku, menutup bukuku dan bersandar di sofa seraya memandanginya.
Seringaian muncul di wajahnya, lesung kanannya melekuk di pipinya. "Tidak," jawabnya. "Aku ingin memintamu lebih awal untuk datang, aku aku telah menyiapkan tiket."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound
FanfictionIbunya yang sekarat berharap agar ia menjadi istri yang bahagia, walaupun usianya baru menginjak 19 tahun. Dan sekarang, Kelsey Ross harus memenuhi keinginan ibunya itu. Sedikit yang ia tahu bahwa laki-laki yang dijodohkan dengannya adalah, Harry St...