38. Always There

6K 555 52
                                    

Thanks for keep vote & comment, guys. It means a lot for me, you have no idea. Seriously, i love u all!

*********

Harry's POV :

Perlahan mataku mulai mengerjap ketika aku menggerakkan bola mata, terganggu oleh silau matahari yang menerpa wajahku melalui tirai-tirai. Tak menggubris cahaya itu, aku menunduk ke bawah menatap gadis berambut blonde yang tengah tertidur di pelukanku, dan senyumanku mengembang sambil memandangi sosok Kelsey yang terlelap.

Punggungnya yang telanjang bersentuhan dengan dadaku yang telanjang, lenganku melingkar di pinggangnya. Selimut yang berada di sekitar kami menutupi tubuh kami yang tak berbusana, kakiku bertautan dengan kakinya di balik selimut. Aku melontarkan senyuman kecil, mengingat kegiatan kami semalam. Sungguh taku kusangka bahwa Kelsey sangatlah sempurna; aku tahu itu.

Menolehkan kepalaku, aku menatap kea rah jam digital yang menunjukkan jam sepuluh lewat lima belas menit. Aku menghela napas, sadar bahwa kurang dari dua jam lagi, Kelsey akan terbang untuk pulang ke London.

Dengan hati-hati, aku melepas tanganku dari pinggangnya, namun tetap menjaga agar tubuhnya terus tertutup selimut. Menemukan celana pendekku, dengan cepat aku menariknya dan mengenakannya sambil berdiri, menunduk menatap sosok Kelsey yang tertidur pulas. Tersenyum pada diriku sendiri, aku bersandar ke bawah dan mengecup keningnya, sebelum akhirnya berjalan ke kamar mandi.

Aku membasuh wajahku dan menyisiri rambutku yang kacau dengan jari-jariku, menariknya ke belakang. Setelah menyikat gigiku, aku membuka pintu kamar mandi dan menangkap pemandangan Kelsey yang sudah mengenakan tank topnya dan celana pendek tidurnya, ia mengangkat tangannya selagi ia menguncirkan rambutnya menjadi satu. "Pagi, sayang," aku tersenyum sambil berjalan ke arahnya.

Kelsey mendongak dan tersenyum padaku sebelum berdiri. "Pagi," ia menguap kecil. "aku akan kembali lagi."

Aku tersenyum dan ia pergi menuju kamar mandi, menutup pintu di belakangnya. Ia pun kembali beberapa menit kemudian, terlihat segar ketika ia memberiku sebuah senyuman. "Apa kau sudah mengemas semua barang?" tanyaku ketika ia mendekatiku.

Kelsey menghela napas, mengangguk selagi tanganku melingkar di lehernya. "Yeah," katanya. "Pesawatku akan terbang pada jam dua belas lewat dua puluh menit."

Aku menghela napas. "Jadi apa kau mau sarapan denganku dan kawan-kawan yang lain?"

"Tentu," Kelsey tersenyum.

Setelah kami berdua mengenakan pakaian yang layak, kami bertemu dengan the boys di restoran hotel. Aku memesan toast bagel dengan krim keju, jus jeruk dan telur. Kami semua berada di satu meja bundar, dan aku berada di antara Kelsey dan Liam ketika kami sarapan.

Seusainya kami sarapan, Kelsey dan aku kembali ke kamar hotel kami. Dan ini sudah hampir jam sebelas tepat. Semua barang yang sudah dikemas oleh Kelsey, beserta tiket dan passportnya sudah berada di dalam tas yang diletakkan di samping meja ranjang.

"Jadi apa kau mau melakukan sesuatu sebelum kau pergi?" aku bertanya ketika ia duduk di kursi putar di depan meja komputer kamar hotel, yang di atasnya terdapat majalah-majalah.

Kelsey menatapku. "Apakah kita harus melakukan sesuatu?" tanyanya sambil tertawa. "Tak bisakah kita hanya, ya seperti, bersantai?"

"Baiklah jika itu yang kau inginkan," aku mengangkat bahu. "Aku hanya bertanya padamu karena kupikir mungkin kau inginpergi keluar."

Kelsey menggelengkan kepalanya sambil mendekatiku yang tengah duduk di tepi ranjang. Ia tetap duduk di kursinya bahkan ketika ia berada tepat di depanku, dan memberiku senyuman. "Aku sungguh baik-baik saja di sini." Katanya di tengah senyumnya, memberiku kecupan kecil di bibir.

Aku tak dapat melakukan apapun selain tersenyum padanya. "Jadi apa yang akan kau lakukan ketika kembali ke London?" tanyaku, menggenggam tangannya dengan tanganku. "Pasti akan sangat membosankan tanpaku, aku berani bertaruh."

Kelsey melepas tawanya. "Well, aku akan pergi bekerja dan menghitung mundur hari hingga kau pulang," katanya, tangannya berada di belakang kepalaku selagi kursi yang ia duduki berputar ke arahku.

"Aku sungguh membenci ini," aku menghela napas sambil tangannya bermain-main dengan rambutku sedangkan tanganku berada di pinggulnya. "Situasi setiap kali salah satu dari kita harus pergi."

Ia memberiku senyuman simpati. "Aku tahu," katanya.

"Kenapa kau tidak tetap di sini saja?" aku merengek, cemberut selagi Kelsey melepas tawanya.

"Aku tidak bisa ikut denganmu dalam seluruh tur, Harry," Kelsey terkekeh. "Aku punya pekerjaan."

"Persetan dengan pekerjaan."

"Cobalah untuk tidak naik darah."

"Maaf."

Kelsey tertawa sambil tangannya menangkup wajahku. "Jangan cemberut," katanya, mata birunya bertemu dengan mata hijauku. "Hanya tinggal beberapa minggu lagi hingga turnya selesai, dan kemudian kau bisa pulang," tambahnya sambil ia menjauh dan berdiri dari kursinya.

"Itu, rasanya seperti, selamanya," kataku selagi menyaksikannya berjalan ke kamar mandi, pintunya terbuka lebar sehingga aku dapat melihatnya menyalakan keran air.

Aku pun ikut berdiri, berjalan ke meja ranjangku dan mengambil ponselku, lalu bersandar di dinding. "Hadapi itu," Kelsey tertawa sambil ia mengeringkan tangannay dan berjalan mendekatiku. "maka itu akan terasa cepat."

Ketika ia cukup dekat denganku, aku meraih pinggulnya dan menariknya mendekat, membenamkan bibirku di atas bibirnya. Kelsey tersenyum di bibirku ketika punggungku bersentuhan dengan dinding, ia membalas ciumanku.

Setelah kami berdua menjauh, aku menyandarkan keningku di keningnya lalu memberinya senyuman nakal. "Tidak bisa melakukan itu untuk beberapa minggu kedepan, eh?"

Sebuah kikikan imut keluar dari bibirnya selagi Kelsey menggelengkan kepalanya sedikit. "Bagaimana kita bisa bejuang?"

Aku memberinya kecupan sekali lagi. "Aku tidak tahu bagaimana denganmu, tapi aku sendiri tidak bisa berjuang."

*************

Kelsey's POV :

Kala itu hujan ketika aku kembali ke London---namun aku tidak begitu heran. Aku sudah menelepon taksi untuk mengantarku pulang, tapi sebelumnya ada beberapa gadis di bandara yang mengenaliku dan memintaku untuk berfoto. Tapi ketika aku selesai, aku pun kembali ke rumah besar yang kosong.

Aku menghabiskan lima belas sampai dua puluh menit pertama untuk membereskan barang-barangku, dan kemudian makan siang. Walaupun sudah malam di sini, aku masih terpengaruh oleh waktu bagian America. Maka tidak seperti kebanyakan penduduk London lainnya yang pergi tidur, aku memutuskan untuk menonton TV sambil mengunyah chips. Semabri melakukan itu, aku mengambil ponselku dan membuka Twitter.

@Kelsey_Ross : Jet lagggg. Menonton TV & memakan chips pada jam 12:30 di pagi hari. #inilahhidup

@Harry_Styles : @Kelsey_Ross Lihat, sekarang kau di sana & harus menghadapi jet lag. Kau seharusnya tetap di sini.

@Kelsey_Ross : @Harry_Styles Tidak, aku baik-baik saja di sini. Aku benci padamu.

@Harry_Styles : @Harry_Styles :D :D :D

Percakapan itu berlanjut ke pesan singkat, dan pada dasarnya aku menghabiskan sisa malam itu dengan bertukar pesan dengan Harry. Walaupun ketika ia berada di bagian lain bumi yang sialan ini, rasanya seperti ia selalu berada di sini, tepat di sampingku. Dan percayalah padaku, aku tidak sedang mengeluh sedikit pun.

*********

QOTD : So, Gimana tanggapan kalian tentang Infinity??? Dan bagian mana yang paling kalian suka di lagu itu?

Kalo gue, lagu itu bagus bangetZ pake z, ya walaupun agak bikin ngantuk wkwk

Dan bagian yang paling gue suka itu pas pertengahan, yang ada music electronic atau apalah itu (gue gatau namanya). Sama suara-suara kyk biola di akhirannya, itu bagus bangeeeeeet.

Love it so much lah pokoknya. Good job banget buat the boys.

35 Vote for NEXT CHAPTER


BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang