I'm baaack! Helsey are baaaack!!
Happy reading :)
************
Harry's POV :
Kembar.
Kelsey dan aku akan memiliki anak kembar. Yang berarti dua. Kami akan memiliki dua anak. Aku sudah kelewat batas bersemangat ketika pertama kali Kelsey memberitahuku tentang kehamilannya, namun sekarang mengetahui bahwa kami akan memiliki anak kembar, well, aku benar-benar sungguh bersemangat. Kami akan menjadi orang tua namun bukan untuk satu anak, melainkan dua anak.
Setelah aku dan Kelsey meninggalkan tempat dokter itu, kami kembali ke rumah, dimana aku langsung menghubungi Mumku dan memberitahunya tentang berita ini. Aku bahkan harus menjauhkan ponselku dari telingaku karena ia dan Gemma konstan berseru serta Robin yang tertawa. Aku punya keluarga yang gila.
Kelsey juga telah menghubungi Logan, dan ia telah memberi ucapan seamat kepada kami. Dan kemudian ketika aku memberi tahu the boys, teriakan mereka seperti orang yang sedang panik. Zayn dan Louis juga menyatakan bahwa mereka pasti akan menjadi paman paling favorit untuk anakku dan Kelsey. Liam berkata bahwa itu mustahil.
Dokter sudah memberitahu Kelsey bahwa ia akan mulai timbul di minggu ke sebelas atau dua belas, maka ia masih memiliki waktu sekitar tiga setengah minggu. Semuanya terasa gila saat ini, dan ini baru menginjak bulan pertama untuk kehamilan Kelsey. Kami harus mengetahui jenis kelamin bayinya terlebih dahulu, lalu kemudian membeli barang-barang untuk bayi seperti pakaian, botol-botol dan furnitur, omong-omong tentang yang satu ini--- aku juga sudah merencanakan kamar bayi di kamar tamu.
Turun dari tangga dengan mengenakan celana jogging abu-abu dan salah satu kaus lamaku, itu adalah Kelsey. Menggosok-gosok kepalanya sambil ia berjalan ke dapur tanpa melihat. "Aku butuh sebuah Advil," gumamnya, mengeluarkan sebuah gelas dari kabinet.
Aku terkekeh pelan, membuka sebuah laci temnpat dimana ia menyimpan obat-obatannya dan mengeluarkan box kecil berisi pil, sebelum mengambil salah satunya dan menyerahkan itu padanya. "Sakit kepala yang buruk?" tanyaku selagi ia mengambil pil itu dariku.
"Ini yang terburuk," gumamnya, memasukkan pil itu ke mulutnya dan menelannya dengan sedikit air. Kelsey kemudian menatapku, mata birunya meneliti. "Mengapa para gadislah yang harus selalu berhadapan dengan hal-hal sulit, selagi satu-satunya hal yang harus dilakukan para lelaki hanyalah khawatir agar tidak mendapatkan sebuah tendangan di penisnya?"
Aku mengerucutkan bibirku, menahan tawa yang mencoba untuk keluar. Aku menutup mulutku dengan tanganku, logam dari beberapa cincin di jariku mendinginkan bibirku. Akhirnya setelah beberapa bulan bersamanya, aku baru tahu bahwa Kelsey cenderung menjadi sangat lucu ketika ia sedang ngambek, maka ya, aku menganggap pernyataannya berusan itu lucu.
"Tuhan menciptakan kita seperti itu, sayang," aku memberitahunya, sedikit terkekeh.
Kelsey nampak marah, menyilangkan tangannya di dadanya. "Yeah, well, I got a bone to pick with god."
Manis sekali rasanya melihat berapa lama Kelsey berada di England, ia menyelipkan beberapa aksen yang kurasa tak diperhatikan beberapa orang---bahkan dirinya sendiri. Aksen Amerikanya secara bertahap berganti ke aksen British, dan ia terdengar manis sekali.
"Apa kau lapar?" kemudian aku menanyainya, "Aku bisa membuatkanmu sesuati jika kau mau."
Kelsey menggigit bibirnya sebelum berkata , "Aku ingin sandwich keju panggang."
Aku tersenyum. "Akan segera kubuatkan," kataku, mengecup keningnya sebelum benar-benar memasak.
Selagi aku membuat sandwich untuk Kelsey, ia keluar dari dapur menuju ruang tamu, duduk di sofa dan menyalakan TV. Sekitar sepuluh menit keudian, aku meletakkan sandwich Kelsey di piring dan berjalan ke ruang tamu dimana ia sedang duduk di sofa, menggenggam ponselnya dan mengerucutkan bibirnya seperti ia tengah berpikir keras.
"A penny for your thoughts?" tanyaku selagi ia menyambar piring dari tanganku.
"Aku sedang berpikir," ia memulai, menaruh piring itu di pangkuannya lalu menatapku. "Bagaimana jika aku merubah nama belakangku secara legal menjadi Styles? Secara teknis aku bukanlah seorang Ross lagi, melihat bahwa aku sudah menikah denganmu berbulan-bulan yang lalu. Dan aku akan merubah itu jika kau merasa nyaman dengan itu, namun sebaliknya-" ia bertele-tele, tapi aku langsung memotongnya dengan mencium bibirnya, tahu bahwa hanya itulah cara termudah untuk membuatnya diam. Dan juga karena aku suka menciuminya.
"Kurasa itu adalah ide yang yang luar biasa," aku tersenyum.
"Benarkah?" tanya Kelsey, tersenyum selagi ia nampak lega.
Aku mengangguk. "Kenapa, kaukira aku akan marah jika istriku sendiri ingin mengganti nama belakangnya menjadi Styles?" aku terkekeh kegelian, hingga terkekeh manis menyebabkan pipir Kelsey yang pucat berubah menjadi merah muda yang pudar. "Kurasa itu fantastis, Kels, dan aku tidak bisa menunggumu melakukannya."
Kelsey menyengir, tangan kanannya terangkat menuju rambutku selagi matanya bertemu denganku. "Kau manis sekali," ia menyatakan.
Aku menyengir nakal. "Aku tahu," balasku, membuatnya terkekeh, "sekarang makan sandwichmu; aku sudah bekerja keras untuk membuatnya."
************
"Oh my God!" kudengar Kelsey berseru, membuatku bangkit dari dudukku.
Bangun dari sofa, aku berlari kecil menaiki tangga, kemudian lorong dan masuk ke kamar kami. Di dalam sana, aku melihat beberapa pasang celana milik Kelsey tercecer di lantai, dan Kelsey tengah mengaduk-aduk lemari celananya, melempar sepasang celana lainnya ke lantai.
"What's wrong?" tanyaku, menajamkan alisku selagi aku melangkah ke kamar.
Ia berbalik dan menatapku, mata birunya melebar. "Tak ada satupun celanaku yang muat lagi!" serunya. "Seperti, mereka semua sangat ketat untukku."
"Itu karena perutmu semakin besar, sayang," aku terkekeh, mataku melihat ke perutnya. Kukira perutnya tak sebesar itu, namun karena Kelsey tengah mengenakan tank top, bisa dengan mudah kukatakan baby bumpnya mulai terlihat.
"Yeah, tapi belum seharusnya aku menciut di sweatpantku," kata Kelsey.
"Perlukah kuingatkan, kau tengah mengandung dua anak," kataku langsung pada intinya, melangkah lebih dekat padanya. "Perutmu mungkin sedikit lebih besar dari rata-rata wanita yang mengandung satu anak."
Kelsey menghela napas mengalah, menaruh kembali sepasang celana terakhir ke lemarinya. "Berantakan sekali," katanya, menyapu pandangannya pada kekacauan yang telah ia buat. "Aku perlu pergi belanja; mungkin membeli sepasang celana extra, extra large."
"Aku akan melakukan itu untukmu," aku terkekeh sambil membuka lemari milikku, mengeluarkan celana biru navyku, "tapi sekarang, kau bisa mengenakan punyaku."
"Kau adalah penyelamat hidup," kata Kelsey, mangambil celana itu dariku dan mengenakannya selagi aku mulai membereskan pakaian yang berada di lantai.
Ketika ia kembali ke kamar, ia membantuku mengambil calna-celananya. Namun saat ia membengkuk, ia mengeluarkan erangan dan kembali berdiri. "What's wrong?" tanyaku dengan khawatir selagi tangannya berada di perutnya.
Kelsey menggelengkan kepalanya. "Hanya keram," ia menghela napas, "dokter bilang itu normal."
"Kau tahu apa yang kau butuhkan?" tanyaku padanya sambil menaruh celana hitam Kelsey ke dalam lemarinya. Ia menatapku, menajamkan alisnya dengan mendadak. "A spa day, dan aku akan memastika bahwa kau mendapatkannya."
********
Gua tau chapter ini pendek, but keep vomment yaaaw!
Kasih feedback buat gue, ok?
110 Vote fore NEXT CHAPTER
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound
FanfictionIbunya yang sekarat berharap agar ia menjadi istri yang bahagia, walaupun usianya baru menginjak 19 tahun. Dan sekarang, Kelsey Ross harus memenuhi keinginan ibunya itu. Sedikit yang ia tahu bahwa laki-laki yang dijodohkan dengannya adalah, Harry St...