49. Miami Heat

5.3K 576 118
                                    

Hey guys!!!! Gua cepet update nih karena gua masih libur heheheh.

Happy Reading!

*******

Harry's POV :

Pemandangan pantai Miami adalah hal yang kusukai dari hotel ini. Hanya dengan memandang keluar jendela maka aku bisa melihat laut biru yang luas dan pasirnya yang putih. Tak perlu kutanyakan lagi mengapa Kelsey sangat menyukai Miami --- bukan hanya karena ia tumbuh besar di sini, namun juga karena pemandangannya yang terlihat sangat cantik.

Berbicara mengenai cantik, aku menoleh untuk melihat Kelsey yang masih terlelap di ranjang, rambut pirangnya bertebaran di bantal dan perut hamilnya tertutup oleh selimut. Aku tersenyum saat memandanginya, menyisiri jari-jariku di rambutku lalu menghubungi servis penginapan dan memesan makanan untuk sarapan.

Aku mengenakan kaus sambil menunggu hingga akhirnya kudengar suara ketukan di pintu. Aku membuka pintunya, muncullah seorang lelaki, lalu aku membukanya lebih lebar sehingga lelaki itu bisa mendorong masuk cart yang membawa makanan.

"Terima kasih," aku tersenyum sambil memberinya uang tip sebelum ia mengangguk dan pergi.

Cart itu dipenuhi oleh pancake, roti bakar, beberapa buah-buahan, jus jeruk, dan juga makanan yang sedang diidam-idamkan oleh Kelsey ---bubur. Berjalan ke ranjang ke sisi Kelsey, aku membungkukkan badanku dan mengusapkan rambut yang menutupi keningnya.

"Kels," aku berbisik di telinganya, "bangun, sayang."

Kelsey bergerak sedikit sebelum mengerjapkan matanya hingga terbuka, membiarkanku melihat iris mata birunya yang indah. "Pagi," gumamnya, merenggangkan tangannya sambil menguap.

"Pagi," balasku, menunduk tersenyum padanya. "Ayo, pelayan hotel baru saja mengantarkan makanan."

Ia tersenyum dan duduk di atas ranjang, mengambil ikat rambut di pergelangan tangannya lalu mengikat rambutnya menjadi messy bun. Aku menarik cart makanan ke depan kami selagi kami duduk di pinggir ranjang, dan Kelsey langsung menyambar bubur seperti yang sudah kuprediksikan. Aku mengambil jus jeruk untukku lalu mulai memakan pancakenya.

"Jadi apa yang ingin kau lakukan hari ini?" aku bertanya pada Kelsey.

Kami sudah berada di sini selama dua hari dan akan pulang esok lusa, jadi kurasa sebaiknya kami benar-benar melakukan sesuatu sebelum akhirnya kembali ke London. Aku melirik Kelsey, yang sedang menaruh mangkuk bubur yang sudah separuh kosong.

"Aku sedang berpikir jika kita bisa..." Kelsey memulai, membersihkan tenggorokannya. "mungkin pergi ke pemakaman? Aku ingin mengunjungi makam ibuku."

Pandangan mataku melembut selagi Kelsey menggigit bibirnya. Tangan kananku melingkar di pundaknya lalu aku menariknya ke sisiku, menekan sebuah kecupan di pelipisnya. "Of course, love," kataku, memberinya senyuman. "Kau ingin berangkat setelah sarapan atau nanti?"

"Bisakan kita berangkat setelah sarapan?" tanyanya, menatapku, "aku merasa lebih cepat kita kesana akan lebih baik."

Aku mengangguk, meremas tangannya. "Tentu."

Usai kami sarapan, aku dan Kelsey pun bersiap-siap. Setelah itu, kami langsung keluar dari hotel, dimana banyak fans sudah berdiri menunggu di pintu keluar. Ketika mereka melihat kami, beberapa dari mereka berteriakan sedangkan yang lainnya tetap tenang. Aku berhenti untuk berfoto ria sebelum aku dan Kelsey lanjut berjalan, dan yang mengejutkan adalah, tak ada yang mengikuti kami.

"Pemakamannya tidak jauh dari sini," katanya selagi kami berjalan. "Kita bisa berjalan."

Aku menatapnya. "Apa kau yakin kau baik-baik saja untuk berjalan?" tanyaku.

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang