40. Bungalow Nights

2.7K 360 38
                                    

THANKS FOR FOLLOWING ME, GUYS.

Chapter ini gue privat, jadi cuma followers gue tercinta yang bisa baca HAHAHAHA

Hope u guys enjoy it!

********

Kelsey's POV :

"Ia adalah orang sangat kami sayangi!" Barbara tersenyum selagi kami berdua tengah duduk di sudut toko roti, masing-masing dari kami memakan sepotong kue keju. "Salah satu pekerja terbaik yang kumiliki, jika kuperhitungkan."

Aku tersenyum selagi kami berdua memandang ke pada sosok Harry, yang tengah berdiri di balik counter tertawa bersama wanita paruh baya lainnya yang bekerja di sini. Kami sedang berada di toko roti di mana tempat biasanya Harry bekerja, dan seluruh wanita yang masih bekerja di sini sangat senang bahwa Harry datang, senang bahwa mereka dapat melihat Harry lagi. Bahkan aku juga bertemu dengan Barbara, yang kini kuketahui bahwa biasanya mencubit bokong Harry ketika ia bekerja.

Kami sudah berada di Holmes Chapel selama dua hari sekarang, dan selama itu, yang dilakukan aku dan Harry adalah menonton film di malam hari bersama dengan Robin dan Anne juga bahkan kami pergi keluar untuk makan malam bersama, meskipun rasanya tidak sama jika tanpa Gemma. Dan kini, di sini di toko roti tempat biasa ia bekerja, aku dapat melihat betapa bahagianya ia bisa kembali lagi. Semua wanita di sini menyayanginya---lagipula kenapa tidak? Dan rasanya sangat luar biasa ketika melihat betapa bahagianya mereka semua saat Harry melangkah masuk ke toko roti.

"Yeah, ia sangat bersemangat untuk datang ke sini," kataku padanya dengan senyuman yang nyaman. "Dan aku lihat ia sangat baik pada wanita-wanita," tambahku dengan tawaan.

Barbara melepas tawanya juga, sambil menghabiskan kuenya. "Ia adalah kesayangan," ia tersenyum.

Aku dan Harry tetap berada di sana selama beberapa saat, hingga akhirnya sudah waktunya toko rotinya tutup kemudian kami berdua pun pulang. Selagi kami duduk di mobilnya, alu bersandar di pintu mobil menghadap Harry. "Mereka semua orang-orang yang manis," kataku dengan senyuman.

Sebuah senyuman teroamoang di wajah Harry sambil ia mengemudi. "Aku tahu," katanya. "Itulah mengapa aku memilih untuk bekerja dengan mereka. Mereka adalah wanita yang hebat."

"Apa kau rindu untuk bekerja di sana? Barbara mengatakan padaku bahwa kau selalu senang ketika kau bekerja di sana," kataku selagi harry berhenti di lampu merah.

"Aku merasa senang selama aku bekerja di sana," balas Harry, menolehkan kepalanya untuk memberiku senyuman manisnya. "Namun bagaimana pun, kurasa mereka merasa beruntung ketika aku pergi ---dulu aku adalah tukang roti yang mengerikan."

Aku melepas tawaku, menggelengkan kepalaku selagi Harry mengemudi kembali. Kami berdua kemudian pergi menuju rumah Harry, tetapi aku menajamkan alisku ketika aku melihat Harry melewati jalan menuju ke rumahnya.

"Uh, Harry, kau kelewat jalan," kataku padanya.

"Aku tahu," ia menyengir, melirik ke arahku sebelum melihat ke jalanan lagi. "Kita sedang menuju bungalow milik Robin. Ia membiarkan kita menginap di sana untuk beberapa hari."

"Tapi barang-barang kita?"

"Itu semua ada bagasi mobil," katanya. "Aku menaruhnya di sana ketika aku hendak menjemputmu dan Mum saat makan siang."

Aku menggelengkan kepalaku, terkekeh pelan. Ia sudah merencanakan ini semua.

**********

"This is some killer chicken roast, Harry," aku memujinya saat aku mengunyah makan malamku, "Kau memasak lebih jago dari yang kupikirkan."

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang