Kelsey's POV :
Sebuah ketukan terdengar di pintu kamarku. "Apakah gadis yang berulang tahun sudah bangun?" Suara Anne bertanya dari balik pintu.
Aku terkekeh selagi pintu kamarku terbuka, aku duduk ketika Anne muncul sambil membawa kopi panas. "Gadis yang sedang berulang tahun ini tidak pernah tidur," kataku ketika ia melangkah masuk. "Manusia-manusia kecil yang ada di perutku ini menendang-nendang tak karuan."
Anne terkekeh pelan sembari memberiku mug yang berisikan kopi dan aku berterima kasih padanya. Ia duduk di sisi ujung ranjangku. "Apa rencanamu untuk hari ini? Kini kau berusia dua puluh tahun."
Aku pun terkekeh, menyesap kopiku. "Nothing, really. Aku tidak begitu sering merayakan ulang tahunku."
"Tidak bisa begitu!" Anne berseru, memukul kakiku pelan. "Kau sungguh tetap merayakan ulang tahunmu, terlebih ini adalah tahun pertama kau tidak berusia belasan lagi."
Aku mengerang sebelum menyeruput kopiku sekali lagi. "Jangan ingatkan aku," aku terkekeh, "aku suka berusia belasan."
"Bukankah semua orang seperti itu," Anne bergumam, tersenyum padaku sebelum bangkit dari ranjang. "Ayo bangun dan sarapan. Aku dan Gemma sudah menyiapkan sarapan."
Aku terkekeh sambil ikut bangkit dari ranjang. "Alright, I'm coming."
Ketika Anne meninggalkan kamarku, aku menaruh kopiku dan pergi menuju kamar mandi. Butuh waktu beberapa menit untukku berkaca di depan cermin; rambut blondeku berantakan dan perutku semakin besar dan bulat. Dari sekarang, tak ada pakaian lamaku yang muat untuk kukenakan dan aku harus berbelanja pakaian hamil. Aku tak menyadari bahwa perutku bisa sebesar ini hingga aku menyadarinya sekarang, dan perutku akan terus bertambah besar.
Setelah membasuh wajahku, aku mengikat rambutku lalu melangkah keluar kamar, hanya mengenakan celana tidurku dan salah satu kaus lama Harry yang awalnya tak kuduga fit dengan tubuhku yang sedang hamil. Dengan membawa mug yang setengahnya berisi kopi, aku melangkah menuruni tangga dan berjalan menuju ke dapur dimana Anne dan Gemma sedang duduk.
Di sana ada omelet dan toast yang sudah disajikan di meja, membuat perutku bergetar kelaparan. Duduk di samping Gemma, aku menghirup aroma sedap dari makanan tersebut dan menghela napas. "Semua ini terlihat enak," kataku pada mereka. "Sepertinya tidak akan ada sisa makanan untuk kalian." Tambahku dengan kekehan.
Gemma tertawa, "Tak apa," katanya. "Ini hari ulang tahunmu. Makanlah!"
Aku terkekeh lalu kami bertiga mulai menyantap sarapan, dan segera melahap omelet keju yang lezat. Setelah kami selesai sarapan, aku naik ke lantai dua untuk menyikat gigiku, tak ingin bau telur menjadi aroma mulutku dan kemudian kembali ke lantai satu. Sesampainya aku di lantai satu, bel pintu berbunyi.
"I'll get it," aku berseru sambil mengambil langkahku menuju pintu utama.
Membuka pintunya, mataku melebar ketika aku melihat Harry berdiri di ambang pintu. Ada senyuman di wajahnya, senyuman yang paling kurindukan selama ini yang mampu memunculkan lesung di pipinya, dan tas coklatnya bergantung di bahunya.
"Harry!" seruku, sebuah tawa keluar dari bibirku lalu ketika aku memeluknya dengan sangat erat.
Aku merasakan tangannya melingkar di sekitar tubuhku, wajahnya terkubur di tengkuk leherku selagi aku menghirup aroma tubuhku. Tanganku bertemu dengan rambutnya dan aku pun menyisiri rambutnya, sebelum akhirnya kami melepas diri.
Harry menunduk menyengir padaku, "Happy birthday, love," katanya, tangannya masih melingkar di tubuhku.
Aku kehabisan kata-kata dan hanya bisa tersenyum sebelum menariknya untuk sebuah ciuman. "Aku tak dapat percaya bahwa kau berada di sini," aku menyengir ketika kami menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound
FanfictionIbunya yang sekarat berharap agar ia menjadi istri yang bahagia, walaupun usianya baru menginjak 19 tahun. Dan sekarang, Kelsey Ross harus memenuhi keinginan ibunya itu. Sedikit yang ia tahu bahwa laki-laki yang dijodohkan dengannya adalah, Harry St...