21. Surprises

5.7K 635 45
                                    

Gue benci chapter ini, sumpah. Gua cuma mau bilang, "STFU." buat si Logan.

Vomment ye

***********

Kelsey's POV:

"Have a nice day," aku tersenyum sambil memberikan kantung belanjaan pada si wanita.

"Terima kasih," balasnya, sebelum mengambil kantung itu dan berjalan keluar dari toko.

Aku tengah ditugaskan di meja kasir hari ini, dan ini terasa lebih baik daripada berkeliling mengitari toko dan menanyai pelanggan apakah mereka membutuhkan bantuan padahal aku benar-benar bisa melakukan sesuatu di balik counter ini. Ini sudah hampir jam tiga sore, jadi shift-ku sudah hampir berakhir. Sejauh ini, semuanya berjalan dengan baik dan terkadang aku dikenali oleh beberapa orang.

Beberapa fans datang masuk dan keluar toko, diam-diam memotretku dan menyebabkan keributan di luar toko. Sebelum para gadis itu ---dan juga aku--- mendapat masalah, aku mengambil ponselku dan dengan cepat membuat sebuah tweet.

@Kelsey_Ross: Aku menghargai kalian semua para gadis yang ingin bertemu denganku, tapi pihak keamanan di mall akan segera mengusir kalian, dan aku tidak ingin kalian mendapat masalah!

Bersandar di atas meja counter, aku melihat ke dinding kaca di mana aku masih bisa melihat para gadis berdiri. Beberapa dari mereka tengah memainkan ponselnya, mungkin membaca tweet-ku, tapi tetap tidak pindah. Menghela napas, aku mulai menulis tweet lainnya.

@Kelsey_Ross: Serius, guys! Shift-ku akan berakhir 10 menit lagi, & jika kau mau, aku akan menemui kalian semua. Tapi jangan mengerumuni tokonya, karena manajerku dan pihak keamanan tidak akan senang dengan itu.

Aku bersyukur, ketika para gadis membaca tweetnya, mereka tersenyum dan berjalan menjauhi toko. Aku menghembuskan napas lega dan menyapa pelanggan berikutnya.

Sepuluh menit kemudian, shift-ku berakhir dan aku segera mengambil tasku lalu berjalan keluar dai Ulta. Seperti yang diharapkan, aku bertemu dengan beberapa fans yang sudah menunggu di luar toko. Karena telah berjanji, aku pun tinggal beberapa saat dan berfoto dengan mereka, walau aku tidak pernah mengerti bahkan mengapa mereka ingin mengambil foto bersamaku. Yeah, aku adalah istri Harry tapi benarkah? Aku tidak terkenal.

Setelah mengambil beberapa foto, aku mengucapkan kata perpisahan pada mereka dan berjalan keluar dari mall kemudian ke area parkir. Memasuki mobil, aku mengendarainya menuju apartemen tempat di mana aku menemukan diriku sendirian lagi.

Harry's POV :

"Terima kasih, Nashville!" Liam berteriak di microphone-nya sebelum kami menghilang ke backstage, teriakan para fans masih terdengar.

Aku memasuki dressing room yang ber AC, menghela napas dengan lega ketika udara yang dingin menerpa tubuhku yang kegerahan, kulitku yang berkeringat. Aku memegang kausku di depanku, menariknya ke belakang dan ke depan untuk mendinginkan diriku. Bandana di kepalaku melakukan pekerjaannya dengan baik yaitu mendorong rambutku ke belakang, tapi aku masih bisa merasakan keringan merembes melalui tengkorakku.

Lou, yang tengah memegang Lux dan melompat-lompatkannya di atas pahanya, mengernyitkan wajahnya jijik. "Apakah ini hanya perasaanku, atau memang kalian tercium lebih buruk dari biasanya?" tanyanya.

"Sangat panas di sini," kata Zayn membela diri, "Tentu saja kita akan tercium tidak enak."

Caroline, stylist kami, menggelengkan kepalanya selagi ia mengambil beberapa pakaian di rak. "Kalian semua bau; mandilah sebelum kalian tidur." 

Louis mencemooh, sambil melepas bajunya. "Tidur?" ia menajamkan alisnya. "Aku tidak tahu tidur seperti apa yang kau bicarakan."

Dengan mudah aku terkekeh selagi mengambil ponselku, dan memutuskan untuk menelepon Kelsey. Menjauh dari semua orang, aku men-dial nomor telepon Kelsey dan menunggunya mengangkat panggilanku. "Hello?" aku mendengar suaranya bertanya.

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang