Lama ya nunggu chapter sebelumnya biar bisa 17 vote. Jadi lama juga update untuk chapter ini.
Sorry.
**********
Kelsey's POV :
Mataku mengerjap terbuka, dan mereka mendarat pada jam alarm digital yang berada di sampingku, angkanya terbaca 10:24. Selagi aku berusaha untuk bangun, aku merasakan lengan Harry yang berat berada di sekitar tubuhku. Tangannya melingkar di pinggangku, dan karena kausku tersingkap, kulit Harry bersentuhan dengan kulitku yang telanjang.
Dengan perlahan, aku melepas tangan Harry dariku dan bangkit dari ranjang. Aku duduk di tepi ranjang, lalu kuambil ponselku yang berada di atas meja di sampingku dan menyalakannya. Ketika aku melakukannya, dan mataku mendarat pada tanggalnya aku membeku.
August 6th
Tanggal enam agustus. Tanggal yang sangat familiar, dan aku tahu betul ada apa di tanggal ini. Aku melirik kembali pada Harry, yang tertidur dengan salah satu sisi wajahnya menekan sofa, mendengkur pelan. Menggigit bibir bawahku, aku bangkit dari ranjang dengan ponselku yang berada di genggamanku, dan keluar dari kamar, tak berniat mengganti kaus dan celana pendekku.
Aku berjalan menuju dapur dan hendak membuatkan diriku kopi, hingga aku tersadar bahwa aku tidak ingin memakan atau meminum apapun. Malah, aku hanya duduk di salah satu kursi yang berada di dapur di sekitar meja kaca, dan menaruh sikut tanganku di atas meja selagi tanganku kuistirahatkan di tanganku.
"Kelsey?" Suara Harry membuatku mengangkat kepalaku untuk mendongak melihatnya yang berdiri di sampingku, sekarang ia mengenakan kaus, ia memandangiku bingung. "Semuanya baik-baik saja?"
Aku memutar lidahku di dalam mulutku sambil menghela napas. "Yeah, hanya saja..."
"Ada apa?" Harry mengernyit, menarik kursi lain ke arahku dan ia duduk di sana.
Aku bersandar di kursiku selagi tanganku saling terkait di atas pangkuanku. Aku menunduk menatap tanganku, merasakan air mata yang menggenang di mataku. Mereka semakin banjir dan mulai berjatuhan lalu Harry dengan cepat langsung memerhatikannya.
"Hey, hey." Suaranya melembut secara instan sambil ia lebih mendekat padaku, menggenggam tanganku dengan salah satu tangannya yang besar dan menggunakan tangannya yang lain untuk mengangkat daguku hingga aku menatapnya. "Kelsey, apa yang salah?"
Aku tersedu ketika melihatnya. "Ini, uh," aku tergagap, "Ini adalah tanggal enam agustus. Hari ini... Hari ini adalah ulang tahun ibuku."
Sebuah kesadaran terpampang di wajah Harry ketika bibirnya terbuka. Ia bersandar ke belakang dan menyisiri rambutynya menggunakan tangannya, sebuah helaan napas keluar dari bibirnya yang terbuka. "Oh, ya tuhan, Kels," ia bergumam.
Sebuah senyuman kecil bermain-main di bibirku. "Seharusnya kini ia berusia empat puluh lima tahun," kataku. "Ini akan jadi yang pertama kalinya aku tidak merayakan ulang tahunnya bersama dirinya."
"I know, love" kata Harry pelan.
Sebuah hembusan napas keluar dari bibirku selagi aku mendudukkan diriku dengan benar, melepas tanganku dari tangannya dan mengusap air mataku. "Aku tidak akan menangis karena ini, tidak hari ini," aku menyatakan, membuat Harry menatapku. "Hari ini adalah hari bahagia. Ini adalah ulang tahun ibuku. Dia tidak akan menginginkanku untuk menghabiskan hari ini dengan menangisinya."
Harry tersenyum dan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi telepon rumah langsung memotongnya. Senyumannya tergantikan oleh senyuman perminta maafan selagi ia bangun dan mengangkat telepon tanpa kabel itu. "Hello?" ia mendengarkan siapapun yang berada di balik telepon itu. "Mum, hi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound
FanfictionIbunya yang sekarat berharap agar ia menjadi istri yang bahagia, walaupun usianya baru menginjak 19 tahun. Dan sekarang, Kelsey Ross harus memenuhi keinginan ibunya itu. Sedikit yang ia tahu bahwa laki-laki yang dijodohkan dengannya adalah, Harry St...