15. I Like It

6.6K 753 20
                                    

Ini part gereget bgt. Gak rugi deh ninggalin Vomment di sini :)

********

Kelsey's POV :

Kami baru kembali ke London kemarin, dan the boys akhirnya memiliki waktu libur. Well, kecuali nyatanya mereka memiliki beberapa interview dan pemotretan di sana-sini. Sekarang aku berada di apartemen sendirian, tengah mengepakkan tasku.

Kurasa akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Miami, tapi hanya untuk satu minggu. Aku sudah memberitahu Harry, dan ia bilang selama aku merasa nyaman dengan itu, lalu ia membelikanku tiket pesawat ---walau aku sudah memberitahunya untuk tidak perlu melakukan itu. Lelaki ini terlalu manis untuk kebaikannya.

Ketika aku memberitahu Logan tentang kedatanganku, ia senang kelewat batas. Aku akan berangkat besok, dan aku yakin jet lag akan memukulku seperti truk ketika aku sampai di Miami.

Ketika aku sedang mengepakkan sepatuku ke dalam koper, aku melihat ke jam dan melihat bahwa the boys akan segera kembali dari manapun mereka pergi. Karena aku mengenakan skinny jeans, aku merasa tidak nyaman jadi dengan cepat aku menggantinya dengan celana yang lebih nyaman. Aku mengenakan celana pendek, dan membiarkan kau yang tadi kupakai.

Merasa agak lapar, aku memberi jeda untuk packing dan berjalan menuruni tangga menuju ke dapur. Memutuskan untuk membuat sandwich untukku sendiri, aku mengeluarkan kalkun dari kulkas dan mayones serta selada. Mencari-cari rotinya, aku melihat itu berada di atas kulkas.

"Great," gumamku, menutup kulkasnya. Berdiri di kakiku yang berjinjit, aku mencoba meraih kantung rotinya dan tentu saja, aku terlalu pendek.

Aku seperti hampir menyerah ketika tiba-tiba saja sebuah tangan dari arah belakang mengambil kantungnya. Mataku melebar melihat kemunculan seseorang yang tiba-tiba itu, aku langsung berbalik, mendongak untuk melihat Harry yang tengah menunduk menatapku dengan geli. "Roti?" ia menyeringai, memegang kantung itu.

Aku menggigit bibir bawahku sambil mengambil kantungnya dengan kedua tanganku. "Trims," bisikku.

Tak satupun di antara kami ada yang bergerak. Aku dan Harry berdiri memandang satu sama lain, punggungku menabrak kulkas ketika aku menatapnya. "Jadi, uh, apa kau telah selesai mengepakkan barang-barangmu?" tanyanya, tetap berdiri di depanku.

"Hampir," balasku pelan. Kemana perginya suaraku?

Aku mendapati diriku memandangi bibirnya; merah muda dan penuh, terlihat lembut seperti biasanya. Aku menelan air liurku di tenggorokanky ---kenapa aku malah memandangi bibir Harry? Menatap mata Harry lagi, aku melihat bahwa ia sudah menatapku sedari tadi dan rona merah merayapi pipiku ketika aku menunduk, rambutku jatuh menutupi wajahku.

"Kau tahu," suara berat Harry berbicara dan aku mendongak padanya. "kau imut ketika kau memerah."

Itu, tentu saja, membuat pipiku semakin merah dan kurasakan tangan Harry menangkup pipi kiriku, menarik wajahku untuk mendongak. Kami berdua sangat dekat satu sama lain, taka da jarak apapun di antara kami. Yang ada hanya beberapa jarak untuk roti yang masih kupegang di depanku.

Tiba-tiba, aku tersadar bahwa Harry semakin mendekat. Di dalam, jantungku berdetak dengan kencang, dan aku yakin Harry dapat mendengarnya. Rasanya seperti slow motion ketika bibir Harry terbuka sebelum menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Kenapa aku tidak menghentikannya? Apakah aku akan membiarkannya menciumku? Apa aku ingin menciumnya?

Karena aku menyukainya dan kau tidak ingin mengakuinya. Dan ya, kau sedang membiarkannya menciummu dan ya, kau ingin menciumnya.

Suara di pikiranku segera pergi melayang menjauh ketika aku merasakan sepasang bibir yang hangat dan lembut yang tak asing sebelumnya berada di bibir atasku. Mata Harry tertutup dan begitupun mataku, kantung roti jatuh di lantai dari genggamanku.

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang