Harry's POV :
7 Januari 2014. Pukul 4:39 p.m., putri pertamaku bernama Klara Darcy Styles lahir. Dua menit kemudian, pukul 4:41 p.m., Putri keduaku bernama Leah Lavender Styles lahir. Mereka, sejauh ini, adalah hal paling indah yang pernah kulihat.
Aku harus berterimakasih pada Kelsey --- ia telah melakukan pekerjaan yang sangat sulit. Dari kelihatannya, melahirkan bukanlah hal yang sulit bagi Kelsey. Ketika ia bersiap-siap, mereka melebarkan sebuah tirai untuk menutupi tubuh Kelsey selagi aku berdiri di sampingnya, menggenggam tangan kirinya sementara Gemma menggenggam tangan kanannya. Mum belum sampai di sini hingga Leah dilahirkan. Maka kami memilih Gemma untuk menggantikan.
Kelsey meneteskan air matanya berkali-kali selagi ia menarik napas dan mendorong bayinya keluar. Namun aku terkejut ketika ia hanya mengeluarkan dua atau tiga teriakan. Mereka bahkan tidak terdengar seperti teriakan, lebih tepatnya mengerang. Dan bagaimana pun, ia telah melakukan hal yang menakjubkan dan aku sangat-sangat bangga mengetahui bahwa ia mampu melewati ini.
The boys menunggu di luar bersama Mum dan Robin, dan juga bersama ayahku, Des, yang langsung dihubungi oleh Gemma. Dr. Webs telah membawa bayinya untuk dibersihkan, sebelum akhirnya menyerahkan Leah kepadaku dan Klara kepada Gemma. Kelsey bersandar di ranjang rumah sakit, sedikit terengah-engah selagi aku berjalan mendekatinya, menunduk memperhatikan bayi yang ada di gendonganku.
Putri kembar ini keduanya memiliki mata biru Kelsey dan berambut pendek berwarna pirang yang menutupi kepala mereka. Mereka sungguh sempurna dan cantik. Selagi Kelsey menggendong Leah, sebuah senyuman terpampang di wajahnya. Dr. Webs perlahan-laham membiarkan Mum, Dad dan Robin masuk dan mereka terpesona melihat bayinya.
"Apa nama yang kau berikan kepada mereka?" tanya Dad, tersenyum kepada Klara yang tengah digendong oleh Mum.
"Ia Klara Darcy Styles," aku tersenyum, memandangi Klara sebelum akhirnya menoleh kepada Leah. "Dan ia Leah Lavender Styles."
"Klara?" Mum tersenyum, menatap Kelsey. "Kau menamainya dengan nama ibumu?" Kelsey tersenyum hangat, mengangguk. "Mereka cantik."
Orang tuaku kemudian keluar dari ruangan dan masuklah the boys. Zayn mengambil Klara dari Gemma lalu the boys mengelilinginya, melongo melihat bayinya.
"Jangan berikan dia ke Niall," Gemma cekikan ketika Liam bergantian menggendong, "ia tidak tahu bagaimana cara menggendong bayi."
Semuanya tertawa selagi Niall mengerutkan wajahnya ketika lagi-lagi ia dijauhkan dari bayinya kemudian Louis berjalan mendekati Leah. Beberapa saat kemudian, seorang suster memerintahkan untuk keluar ruangan kecuali aku gara Kelsey bisa beristirahat, dan sebelum mereka keluar, Kelsey mendorongku untuk melakukan sesuatu lalu aku pun menoleh ke arah Louis yang berada di pintu.
"Louis," kataku, berjalan melwati ranjang rumah sakit Kelsey dan mendekati kawanku itu. "Ada yang ingin kami bicarakan denganmu."
Ia berbalik dan mengangguk, menutup pintu dan melangkah kembali. "Ada apa?" tanyanya, mata birunya mendarat di mataku dan juga mata Kelsey.
Aku menatap Kelsey, yang tersenyum dan mengangguk sebelum aku menatap Louis kembali. "Aku dan Kelsey sudah berencana untuk menjadikanmu ayah baptis dari anak-anak kami."
Mata Louis melebar mendengarnya, menatap Kelsey lalu menatapku. "Apa kalian serius?" tanyanya, sebuah semangat terdengar dari suaranya.
"Seratus lima puluh persen," Kelsey tersenyum di ranjangnya dengan posisi setengah duduk. "Kau adalah sahabat dekat Harry, dan sepertinya itu hal yang benar."
Louis meresponnya dengan menyengir dan menarikku dalam pelukannya lalu aku tertawa dan membalas pelukannya. "Terima kasih!" ia berseru sebelum menunduk dan memeluk Kelsey. "Serius, ini menakjubkan."
"No problem, mate," aku tersenyum ketika ia pergi menuju pintu.
Aku tersenyum lagi ketika ia menutup pintunya, seelum kembali menatap Kelsey, yang tengah memandangi boks bayi di samping ranjangnya tempat dimana kedua bayi kami tengah tertidur. Melangkah mendekatinya, aku menunduk dan mencium keningnya. "Istirahatlah," perintahku dengan lembut. "kau sangat lelah."
Kelsey terkekeh pelan, menenggelamkan dirinya di ranjang rumah sakit dan menyelimuti seluruh tubuhnya selagi aku duduk di kursi disamping boks bayi. "Night," ia bergumam sebelum terlelap dengan cepat.
Kemudian aku bangkit dari kursi memandangi putri kembarku. Putri kembarku. tak bisa kugambarkan bagaimana mereka ketika mereka tengah tertidur dengan damai, tubuh kecil mereka bergerak naik-turun ketika mereka bernapas. Sebuah senyuman tyak dapat kubendung ketika aku menatap putri kembarku dan juga Kelsey; mereka tengah tertidur dan mereka sehat.
Pintu kamar rumah sakit terbuka dan muncul Mum yang dengan perlahan melangkah masuk ke arahku, menatapku sambil tersenyum melihat Kelsey.
"Ia adalah seorang pahlawan." Mum tersenyum. "Seperti ibunya."
Aku tersenyum. "Aku tahu," kataku pelan selagi Kelsey sedikit bergerak.
Mum lalu memelukku, tanganku meligkat di punggungnya sambil menariknya ke pelukanku. "Kau melakukannya dengan sempurna, Harry," ia tersenyum, menatap Klara dan Leah. "Kau mendapatkan karir yang cemerlang, seorang istri yang cantik dan dua putri kembar yang manis. Kau telah tumbuh menjadi seorang gentleman yang sempurna." Ia menarik tubuhnya, menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. "Apalagi yang dapat diminat oleh seorang ibu?"
"Come on, Mum," aku terkekeh pelan ketika ia mengusap matanya. "Jangan menangis."
"Maaf," katanya, tertawa dengan sedikit malu. "Ini hanya terasa menakjubkan, kau tahu? Kau telah menyelesaikan banyak hal, dan bahkan kau belum genap dua puluh tahun. Biasanya, seorang ibu tidak ingin putranya menjadi ayah diumut belasan, namun aku sangat bangga padamu."
Aku tidak bisa menahan senyumanku ketika mendengat pernyataan Mum yang begitu emosional, memeluknya dengan erat. "Terima kasih, Mum," bisikku, "Ini semua karenamu, kau tahu? Kau, seperti, mempertemukanku dengan Kelsey dan karena itulah aku terjebak bersamanya dan belajar, seperti, bagaimana jatuh cinta padanya," aku menjelaskan kepadanya, tersenyum. "Itu adalah hal terbersar yang pernah kau lakukan untukku."
Dan aku bersungguh-sungguh di setiap kataku. Jika Mum tidak memperkenalkanku kepada Kelsey, dan jika tidak ada paksaan pernikahan di antara kami, mungkin aku takkan pernah menemukan petualangan sesungguhnya dalam mencintai seseorang. Seluruh hari yang kuhabiskan bersama Kelsey; mulai dari sebelum Ibunya meninggal hingga sekarang, itu adalah benar-benar ajaib. Dalam setahun, aku menikah, jatuh cinta, dan dikaruniai dua putri dan kurun waktu yang terbilang sedikit. Dan jika melihat ke belakang, I wouldn't have changed a single thing.
***********
BOUND SUDAH SELESAAAAAAAAI!!!!!!
YEAAAAAY, FINALLY!!!!!
MAKASI YA BUAT YANG UDAH MAU NUNGGUIN UPDATE AN DARI GUE YANG LAMA BGT, SEABAD KALI YAK...
TETEP VOTE DAN COMMENT YA, WALAUPUN BOUND UDAH SELESAI.
BIG THANKS FOR THE ORIGINAL AUTHOR : SUMNAWAZ. THANKS FOR GIVING ME A PERMISSION TO TRANSLATE YOUR MASTERPIECE FANFICTION.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound
FanficIbunya yang sekarat berharap agar ia menjadi istri yang bahagia, walaupun usianya baru menginjak 19 tahun. Dan sekarang, Kelsey Ross harus memenuhi keinginan ibunya itu. Sedikit yang ia tahu bahwa laki-laki yang dijodohkan dengannya adalah, Harry St...