26. Unrequited Love

6.4K 621 25
                                    

Happy reading.

Pls Vomment. Butuh banyak saran dari kalian.

********

Kelsey's POV :

@Kelsey_Ross: They bully me :( @Ashton5SOS @Luke5SOS @Michael5SOS @Calum5SOS pic.twitter.com/JDS99342

Gambarnya adalah gambarku yang tengah duduk di lantai, bersandar di sebuah sofaselagi ke empat lelaki itu duduk di atasnya, sebuah cengiran kemenangan berada di wajah mereka sedangkan aku membuat mimic wajah yang sedih ke kamera. Seakan aku adalah korban mereka di hari ini.

Aku berada di kamar hotel mereka bersama Niall dan Zayn. Awalnya Harry juga berada di sini tapi ia bilang ia ingin pergi ke kamar hotel kami, untuk menelepon seseorang mengenai sesuatu yang penting. Kami semua hanya bersantai-santai, dan karena the boys memiliki libur empat hari sampai konser mereka di New Jersey, mereka belum berangkat ke sana.

Selagi kami menonton Now You See Me, yang berada di PaperView, Luke bertanya, "Kemana sih Harry pergi?"

Aku berdiri dari lantai. "Aku akan mengeceknya," kataku, berjalan menuju pintu.

Keluar dari kamar hotel mereka, aku berjalan ke ujung lorong tempat di mana kamarku dan Harry berada, lalu aku menggunakan kartu kunci untuk membuka pintunya. Setelah membuka pintunya, aku melangkah ke dalam dan membiarkan pintu yang berat di belakangku itu tertutup. Aku melihat Harry sedang duduk di tepi ranjang sambil ia berbicara di telepon, kemudian melirikku ketika aku memasuki ruangan.

Berjalan mendekati sofa, aku duduk bersandar di sana, kepalaku beristirahat di bantalan sofa yang besar yang berada di sandaran tangan. Aku memiringkan kepalaku ke kanan dan menyaksikan Harry berbicara di telepon. "Yeah, yang satu itu," katanya. "Oh, okay, tidak apa itu bagus, sebenarnya. Secepatnya itu siap, itu lebih baik. Baiklah, trims, okay bye."

"Apa itu?" tanyaku dengan alis mata yang kutajamkan selagi ia memutuskan panggilan itu dan berdiri.

"Itu," Kata Harry, berjalan mendekati sofa, "adalah agen perumahanku. Ia memberi tahuku kapan rumah baru kita akan siap."

Mataku melebar sambil aku bertopang pada sikut tanganku, menatap lekat Harry yang tengah berdiri di sisi lain sofa, menyandarkan tubuhnya di sandaran tangan. "Rumah baru kita?" ulangku, memeriksa apakah aku mendengarnya dengan benar. "Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Kau lihat," Harry memulai, sebuah senyuman tersimpul di wajahnya yang membawa lesung di kedua pipinya menjadi pemandangan, "Akhir-akhir ini aku membeli sebuah rumah untuk kita berdua, dan itu tengah dalam penyelesaian. Tapi dari yang kuketahui, itu akan selesai sekitar satu atau dua minggu lalu kita siap untuk pindah ---barang-barang mebel yang baru akan dikirim dan diatur sebelum kita pindah."

Rahangku serasa jatuh atas paparannya. Ia membeli rumah baru; Harry benar-benar membeli rumah baru untuk kami berdua. "Itu... Itu sangat luar biasa."

"Aku senang kau berpikiran seperti itu," Harry menyengir, lesungnya semakin dalam. "Plus, itu tidak terlalu jauh dari komplek apartemen dan sedikit lebih dekat dengan mall."

"Kau sudah memikirkan semuanya, benar?" tanyaku dengan menajamkan alisku selagi Harry semakin menyandarkan dirinya di sandaran tangan.

"Pada dasarnya begitu," ia mengangkat bahunya, masih menyengir.

"Wow," aku terkekeh sebelum bersandar kembali seperti posisiku sebelumnya.

Aku merasakan sofanya bergeser dan aku melihat Harry menaikinya. Aku menatapnya dengan tampang gelid an mataku menangkap pemandangan tato yang terpampang di balik baju kotak-kotaknya yang kancing pertamanya tak dikancingkan. Harry merangkak mendekatiku dan tubuhnya berada di atasku, lalu aku memiringkan kepalaku ke samping sambil menatapnya, menunggunya bergerak.

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang