51. Donut

4.8K 500 89
                                    


Hey guys!

Sorry gue udah lama banget ga update. OMGGGGGGG, sorry sorry sorry sorry......

Sibuk tugas kuliah, her, dan lain-lain. Oh ya, gue juga baru aja produksi film pendek untuk ikut kompetisi Go-video yang diadain Gojek. Videonya ada di Media tuh, ditonton yaaaa, sekalian minta like dan comment nya juga. Thx before!!!!

So, Here's ur story. Enjoooooy!

***********

Harry's POV :

"Please, Paul?" aku memohon pada tur manajerku, sambil menyatukan kedua tanganku dan berlutut saat ia duduk di sofa di ruang berpakaian, memakan kacang mete. "Ini adalah ulang tahun Kelsey, aku harus berada di sana dengannya."

Paul menghela napas. "Baiklah," katanya, "tapi hanya untuk akhir pekan, okay? Kami ingin kau kembali untuk tampil di panggung."

Aku menyengir lebar, melompat memeluk Paul. "Terima kasih, Paul!" aku berseru, "Dan juga, jangan beritahu Kelsey, aku ingin ini menjadi kejutan."

"Yeah, yeah," jawabnya dengan keras, sambil mendorongku. "Kau bau; mandilah sebelum kau pergi."

Aku terkekeh ketika aku meninggalkan ruangan, lalu bergabung dengan Niall memasuki bus tur. Sesampainya di dalam, aku langsung meloncat ke sofa dan bersandar di sana, memandangi langit-langit bus. Aku menemukan diriku tersenyum pada khayalan diriku yang melihat Kelsey setelah tiga pekan ini belum melihatnya, Skype dan berkirim pesan tidaklah cukup ---aku ingin benar-benar bertemu langsung dengannya.

Tiba-tiba, pintu bus terbuka. "Kami membawa pizza!" suara familiar Zayn terdengar selagi ia, Liam, Luke dan Ashton masuk ke dalam bus.

Aku duduk dengan tegak saat aroma pizza berhembus ke dalam bus lalu Niall dan Louis pun muncul. Zayn meletakkan tiga kotak pizza ukuran besar di atas counter dan Liam mengeluarkan beberapa piring berbahan kertas selagi Ashton datang membawa dua pak Pepsi.

Ketika kami semua mulai makan, aku bertanya dengan mulut yang penuh dengan makanan, "Dimana Calum dan Michael?"

Saat aku berucap, pintu bus sekali laghi terbuka dan datanglah dua lelaki yang tadi namanya kusebut. "Apakah itu menjawab pertanyaanmu?" Louis menatapku, menaikkan salah satu alisnya selagi aku terkekeh dan mengangguk.

Michael dan Calum lalu bergabung dengan kami, dan entah bagaimana kami menikmati malam kami di dalam bus sambil berpesta pizza. Saat aku sedang bersandar, dengan dua potong pizza di piring kertasku, ponselku mulai berdering. Melihat ke layarnya, aku melihat kakakkulah yang meneleponku dan dengan cepat aku menerima panggilannya.

"Hey, donut," kataku, menjawab panggilannya.

Aku mendengar kakakku terkekeh, "You're an idiot," balasnya, membuatku memutar bola mataku.

"Kau meneleponku hanya untuk itu?" tanyaku, menelan sepotong pizza selagi the boys mulai menonton TV. "hanya untuk memberitahuku bahwa aku ini idiot?"

"Tidak," kata Gemma, "aku menghubungi karena aku sedang bosan. Mum sedang pergi dan Kelsey sedang tidur, jadi aku sendirian."

"Kau tidak mengganggu my hormonal girl, kan?" tanyaku, menyeringai pada diriku sendiri.

Gemma mencemooh, "Oh yang benar saja," katanya, dan aku bisa membayangkan kakakku tengah memutar bola matanya sekarang. "Akiu adalah kakak ipar terbaik yang pernah ada. Tapi tidak, kita baik-baik saja. Apakah aku sudah memberitahumu soal betapa gilanya aku saat merasakan tendangan bayi kecilmu?"

Aku mengeluarkan erangan keras sambil berdiri dan melangkah menjauhi the boys menuju ke tempat dimana ranjang kami berada. "Shut up!" aku berseru, "Semua orang merasakan tendangan bayiku kecuali aku sendiri. Itu tidak adil!"

"Maaf, mister pop star," balasnya dengan nada menggoda, selagi aku duduk di pinggir ranjang dan meletakkan kakiku di atas ranjang yang ada di seberang. "Tapi kau harus menghargai Kels ---ia tetap menjaganya walaupun anak kembar perempuanmu itu menendangi perutnya seperti bola sepak."

Aku terkekeh. "Mungkin ia akan mengikuti Louis dan bermain sepak bola dengannya ---kita semua kan tau aku payah dalam hal itu."

"Amin, adikku," balas Gemma. "Oh ya, apa kau akan datang pada hari ulang tahun Kelsey?"

Aku menyengir lebar. "Yeah," kataku, "Akhirnya Paul mengizinkanku, jadi, ya aku akan datang."

"Dan kutebak, pasti ini akan menjadi kejutan, benar?"

"Yup; jadi jangan beri tahu Kelsey."

"Tidak akan, tidak akan. Percayalah sedikit padaku."

Aku terkekeh sambil melanjutkan percakapan dengan kakakku, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi tidur. Mengakhiri panggilannya, aku pun berjalan kembali ke ruang tamu dimana aku melihat Luke mengambil pizzaku.

"Don't ever think about it!" aku berteriak lalu duduk di sofa dan meraih kembali piringku, membuat Luke menarik dirinya kembali, dengan mata melebar.

Ia cemberut, menyilangkan tangannya di dadanya,berkata dengan suara anak kecil. "Posesif."

**********

"Jadi hadiah apa yang akan kau berikan pada Kelsey?" Louis bertanya padaku, bergabung denganku di sofa bus.

Aku menyeringai. "Aku memberikannya tas baru merk Burberry yang selama ini dia incar." Kataku padanya, "dan aku akan mengisi tas nya dengan parang-barang yang ia sukai."

Louis menatapku, terkesan. "Itu sangat keren," katanya, "memangnya barang-barang seperti apa?"

Aku kesal, bersandar di sofa, "Aku masih mencari tahu," kataku pada Louis, membuatnya tertawa. "Maksudku, aku sudah mendapatkan banyak barang, tapi aku masih membutuhkan beberapa."

"Berikan ia beberapa peralatan bayi," Louis menyarankan,"Kudengar tanda kerutan setelah melahirkan adalah hal yang tidak disukai wanita. Berikan ia krim untuk itu."

Aku memandanginya, benar-benar merasa dibodohi. "Apa-apaan itu?"

"Itu hanya saran!" serunya membela diri, mengangkat kedua tangannya. "Aku biasa membantu ibuku saat dia tengah hamil adik-adik perempuanku, termasuk si kembar!"

Aku memutar bola mataku, terkekeh pada sahabatku. "Akan kupikirkan soal itu, kawan," kataku, menepuk punggungnya sebelun akhirnya berdiri dan pergi menuju lemari pendingin kecil. "Namun sejujurnya aku benar-benar ingin berada di sana bersama Kelsey selama masa kehamilannya."

"Aww," suara Louis terdengar, membuatku memutar bola mataku sekali lagi selagi aku kembali ke hadapannya, dengan membawa botol beer. "si kecil Harry khawatir pada istrinya yang tengah hamil!" ia kemudian terdiam sejenak, sebelum menatapku sambil mengeluarkan kekehan dari bibirnya. "Tak pernah kusangka, aku akan mengatakan itu."

Aku ikut tertawa, menyesap beerku. "Begitupun aku, kawan."

***********

Sorry kalo banyak typo.

I NEED YOUR HELP, GUYS! PLEASE WATCH THE VIDEO AND GIVE SOME LIKES AND COMMENTS! IT MEANS A LOT TO ME. THANKS





BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang