Nina sedang melihat tangga tinggi menuju bukit. Matanya mengerjap beberapa kali. Karena matahari bersinar begitu terik. Sehingga matanya terasa sakit.
Jalan apa ini?
Batin Nina penuh telisik. Dia penasaran sekali. Akan apa yang ada di ujung tangga ini.
Jalan pulang, kah?
Nina mulai melangkahkan kaki. Menaiki tangga ini dengan hati-hati. Karena takut jatuh dan turun hingga dasar lagi. Mengingat tangga ini tidak ada pegangan sama sekali.
Aku pasti bisa! Aku tidak boleh mati konyol di sini! Ada Hunter dan River yang harus aku temui!
Seru Nina dengan perasaaan berapi-api. Karena entah mengapa dia merasa sudah terlalu lama di sini. Tanpa anak-anak dan suami. Sehingga dia merasa rindu sekali.
Wushhh...
Tubuh Nina yang hampir mencapai bukit hampir terpelanting karena angin. Sebab tubuhnya yang kurus jelas ringan sehingga akan mudah terbawa angin.
Tidak! Aku harus kuat! Demi Indra dan anak-anak!
Nina mencengkram ujung tangga yang ada di atas kuat-kuat. Tidak peduli jika kukunya rusak. Karena dia benar-benar ingin bertahan agar bisa lekas bertemu keluarga.
Hingga sedetik kemudian dia sampai puncak. Nina tiba di atas puncak dengan raut puas. Lalu merentangkan kedua tangan dengan mata terpejam.
Tuhan, aku rindu mereka.
Nina merasa tubuhnya didorong dari bukit oleh seseorang. Namun dia tampak biasa saja. Karena hal ini sudah pernah dialami berkali-kali sebelumnya. Dia juga tahu jika ini hanya mimpi saja. Sehingga dia terus berdoa semoga lekas terbangun dan kembali ke dunia nyata.
"Dokter! Dokter! Pasien siuman!"
Damar-samar Nina mendengar suara seseorang di dekatnya. Matanya terbuka. Hingga cahaya mulai masuk di penglihatan.
Aku di mana?
Batin Nina dengan tubuh yang susah digerakkan. Dia hanya bisa berkedip saja. Karena untuk berbicara dia tidak bisa. Sebab tenggorokannya terasa sakit sekarang.
"Tenang, ya? Kami akan memeriksa anda. Keluarga anda sudah dalam perjalanan."
Nina sedikit merasa tenang. Dia mulai menitihkan air mata yang kini membasahi bantal. Karena akhirnya dia bisa bangun dari mimpi naik tangga menuju bukit yang begitu menyeramkan. Sebab mimpi ini terjadi secara berulang-ulang selama tiga tahun koma.
Iya. Nina sudah tiga tahun lebih dua bulan koma. Dia koma setelah mengalami kecelakaan saat sedang menyebrang jalan. Saat akan belanja bulanan sendirian. Karena Indra selaku suami bertugas menjaga anak-anak di rumah.
Nina sudah memiliki bayi kembar sebelum koma. Bayi laki-laki dan perempuan yang diberi nama River dan Hunter Hermawan. Bayi-bayi yang kini sudah genap berusia empat. Karena baru kemarin dirayakan di TK.
Indra!
Panggil Nina dalam hatinya. Saat melihat suami tercintanya datang. Pria bertubuh tinggi tegap yang digandrungi banyak wanita saat masa kuliah. Karena mereka memang pacaran saat maba dan berakhir dalam pernikahan saat keduanya sama-sama berusia dua puluh delapan. Hingga lahir si kembar satu tahun kemudian.
"Nina!"
Indra memeluk istrinya. Dia menangis haru sekarang. Karena wanita yang telah menyertai perjuangannya bisa kembali sadar. Membuka mata dan bisa menikmati apa yang sudah dihasilkan.
Iya. Kini Indra sudah lebih dari mapan. Karena bisnis penerbitan yang didirikan bersama Nina mulai berkembang. Sehingga kini, dia bisa tinggal di rumah yang cukup besar. Tidak lagi tinggal di unit apartemen yang hanya memiliki dua kamar seperti saat awal menikah.
"Kenapa lama sekali? Kenapa kamu membuatku menunggu selama ini?"
Indra mulai melepas pelukan. Lalu menatap Nina yang mulai menyunggingkan senyuman. Lalu mengedipkan mata karena air matanya sudah menggenang.
"Maaf, Sayang ...."
Nina akhirnya bisa bersuara. Dia juga mulai mengusap air mata Indra dengan tangan kanan yang sebenarnya masih terasa berat diangkat. Namun dia berusaha menahan rasa sakitnya, agar bisa sedikit memenangkan hati suaminya.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]
RomansNina baru saja bangun dari koma, namun dia harus menerima fakta jika suaminya telah menikahi wanita lain saat dirinya berjuang di antara hidup dan tidak. Menikahi wanita yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Wanita yang tidak dia kenal sebelumnya...