Gi Nam datang dengan tergesa-gesa, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa ke putrinya itu. Kabar dari pelayanan jika Ji Yun mengamuk membuatnya benar-benar resah dan cemas.
“Dimana Ji Yun?”tanya saat tiba di rumah. Pelayan hanya menunjuk ke atas kamar Ji Yun sebagai jawabannya.
Dengan langkah cepat, Gi Nam menaiki anak tangga menuju ke lantai dimana kamar Ji Yun berada. Ia tercengang saat pintu kamar terbuka. Berbagai barang kondisinya kini sudah tidak berbentuk lagi. Segala pecahan memenuhi dasar lantai marmer putih tersebut. Segala gorden yang menggantung di jendela kini telah robek.
“Ji Yun-a, apa ini? Kau kenapa? Kenapa kau lakukan semua ini?”Gi Nam menghampiri Ji Yun yang duduk menangis di sudut kamar. Rambutnya acak-acakan. “Ji Yun-a kau baik-baik saja?”
GI Nam menangkap wajah putrinya itu. Dilihatnya manik mata putrinya, berkaca-kaca namun penuh dengan amarah.
“Eomma, aku sudah melakukan apa saja untuk Taeyong. Berbagai hal telah aku lakukan, eomma. Tapi apa? Apa yang aku dapatkan. Justru dia terus menghindariku bahkan sampai membentakku!!!”adu Ji Yun membuat GI Nam meradang. Mungkin saja jika hanya sekedar menghindar, GI Nam bisa memaklumi. Akan tetapi baru saja Ji Yun mengatakan jika Taeyong membentaknya.
“Ji Yun-a kau tenang saja. Eomma akan terus membantumu untuk mendapatkan Taeyong. Bukankan Bibi Haneul serta Paman Hwan Jae juga sangat mendukungmu. Jadi, jangan khawatir!”Gi Nam berusaha menenangkan.
Ji Yun berdecih, “Bibi Haneul itu seperti tidak berguna sama sekali. Bahkan setelah kita kembali dia masih belum bisa membuat Taeyong menurut. Dasar!!!”rutuk Ji Yun sebelum ia kehilangan kesadaran dan pingsan.
Segera Gi Nam memanggil pelayan untuk membopong tubuh Ji Yun ke kamar yang lain. Ia lantas menghubungi dokter keluarga untuk segera datang dan memeriksa keadaan Ji Yun. Tidak lupa ia juga menghubungi suaminya untuk memberitahu tentang keadaan Ji Yun.
“Apa yang Ji Yun katakan tentang Haneul memang benar. Sepertinya dia tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Tidak masalah, biar aku yang bertindak!”batin Gi Nam. “Tapi, Haneul tidak bisa dilepaskan begitu saja. Dia juga tetap punya peran penting!”*****
Taeyong yang sudah hendak pulang kembali mengurungkan niatnya saat melihat kedatangan seseorang yang sangat tidak ia harapkan.
“Untuk apa juga dia kesini?!”batin Taeyong kesal saat melihat kedatangan Ji Seon. Ia bahkan berlalu melewati Taeyong begitu saja. “Tidak bisa dibiarkan!”Taeyong gegas kembali dan berdiri diantara Dita dan Ji Seon.
“Kenapa kembali lagi?”ketus Ji Seon.
“Memangnya ada masalah?”balas Taeyong. “Lagipula ini sudah malam, sudah waktunya Dita beristirahat. Jadi, lebih baik kau pulang,”desak Taeyong.
“Kau sendiri kenapa masih disini?”Ji Seon balik bertanya.
“Sudah,kalian jangan beradu argumen disini. Tae, sebaiknya kau pulang bukankah kau bilang akan bertemu nenek?”Taeyong cengengesan.
“Dengar itu!”ledek Ji Seon.
“Ji Seon, sebelumnya terima kasih karena kau sudah datang menjengukku dan membawa makanan untukku. Tapi, maaf saat ini memang waktuku untuk beristirahat. Jadi, mungkin kalian berdua sebaiknya pulang!”ujar Dita. Dapat Dita saksikan bagaimana Taeyong hendak menertawakan Ji Seon saat itu. Namun, dengan cepat ia mencubit lengannya.
“Oh ia, aku mengerti. Aku juga hanya ingin meminta maaf soal...,”
“Tidak perlu meminta maaf, semua sudah berlalu!”Dita segera memotong ucapan Ji Seon sebelum kembali mengingatkan akan kejadian kemarin.
Dengan langkah pelan Ji Seon pergi meninggalkan kediaman Dita. Tidak lama berselang barulah Taeyong juga pamit kembali kepada Dita untuk pulang. Sempat pula ia memperlihatkan tawa mengejek saat melalui Ji Seon.*****
“Dia baik-baik saja. Tadi, mungkin keadaannya benar-benar terguncang. Namun, aku sarankan Anda membawanya untuk menemui psikiater. Karena jika dibiarkan, terus menerus ini akan merusak mentalnya dan kemungkinan buruk lainnya,”ujar dokter setelah memeriksa keadaan Ji Yun.
Gi Nam merebahkan tubuhnya di sofa sembari menatap putrinya yang terbaring di atas kasur. Ia memijat pelan pelipisnya sejenak. Kyun Sook yang baru saja datang cukup mengagetkannya.
“Sebenarnya ada apa?”Kyun Sook menoleh ke arah Gi Nam yang duduk di sofa. “Kenapa Ji Yun bisa sampai begini? Tadi, aku melihat kamarnya yang sedang dirapikan,ada apa?”
“Ini semua karena putra Haneul. Padahal apa kurangnya Ji Yun baginya?”kesal Gi Nam.
“Ini bukan salah Taeyong. Ia berhak memutuskan sendiri apa yang baik mutunya bagi dirinya sendiri. Tapi, kalian semua terlalu memaksanya,”Gi Nam bangkit merasa tidak terima atas apa yang suaminya ucapkan barusan.
“Kau ini sebenarnya menyayangi putrimu atau tidak? Mengapa kau selalu saja mengatakan jika apa yang kami lakukan itu salah. Kau selalu saja menyalahkan ku, menyalahkan Ji Yun. Kenapa kau sama sekali tidak mendukung apa yang putrimu mau?!”geram Gi Nam. “Jika saja kau juga mau berusaha...,”
“Kau bertanya tentang usaha apa yang aku lakukan? Apa selama ini semua yang kulakukan itu sama sekali tidak ada artinya. Aku menyayangi Ji Yun, dia putriku. Tapi, tidak dengan cara mendukung segala apa yang diinginkannya terlebih jika jelas yang diinginkannya itu salah,”tegas Kyun Sook, kemudian berlalu keluar. Untung saja Ji Yun tidak terbangun mendengar dan menyaksikan pertengkaran mereka.
Kyun Sook menenangkan diri. Ia benar-benar tidak habis pikir akan ambisius mereka. Kyun Sook justru merasa kasihan pada Taeyong yang terus dihantui dan dibayangi Ji Yun yang terus-menerus mengejarnya.
“Pasti hidup anak itu sangat tidak tenang,”ucap Kyun Sook.
Sebuah panggilan telepon dari rumah sakit membuat Kyun Sook gegas kesana. Ternyata sang ibu sedang mencarinya. Gi Nam yang pergi begitu saja setelah menerima telepon dan tidak memberitahu mertuanya terlebih dahulu jika dia akan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
FanfictionBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.