Jaehyun dan Yuta bagaikan dua pengawal yang terus mengikuti kemana Taeyong pergi. Bahkan saat Taeyong hendak keluar guna mendatangi kantor jasa ekspedisi kurir tadi, keduanya juga ikut serta. Selain karena rasa penasaran, keduanya tidak ingin jika kejadian tahun lalu terulang saat Taeyong dibiarkan keluar seorang diri dalam keadaan panik dan buru-buru.
“Maaf, tapi paket yang Anda maksud merupakan paket yang sudah lama disimpan oleh pengirim dan memang ia sudah menentukan kapan paket tersebut dikirimkan,”ujar salah satu pegawai kantor ekspedisi tersebut.
Taeyong hanya bisa menghela napas kecewa saat mendengar penjelasan tersebut. Hal itu berarti, Dita membawa paket hadiah ulang tahun untuknya sebelum ia pindah. Pegawai disana bahkan menunjukkan sebuah rekaman cctv saat Dita datang membawa paket tersebut. Ya, sesuai dengan tanggal yang tertera di rekaman cctv.
“Mungkin memang belum waktunya,”ucap Yuta sembari menepuk pundak Taeyong memberi semangat.
Ketiganya lantas memutuskan pulang. Yuta dan Jaehyun juga langsung pamit saat tiba. Keduanya mengikuti hingga ke apartemen hanya untuk memastikan Taeyong tiba dengan selamat. Taeyong gegas kembali ke flat apartemennya dan mendapati ibu serta neneknya sudah ada disana. Sebuah kue lantas diarahkan pada Taeyong. Setelah meniup lilin mereka lantas duduk.
“Nenekmu saja yang duluan!"usul Haneul agar Taeyong menyuapi neneknya terlebih dahulu.
Haneul dan nenek memberikan doa terbaiknya untuk Taeyong yang berulang tahun hari ini. Taeyong sedikit mencurahkan isi hatinya tentang ia yang sempat mengira jika Dita sudah kembali.
“Jika saja appamu bisa mengontrol emosinya dan sedikit berpikir lebih jernih,”ucap Haneul pelan menyesalkan segala hal yang telah suaminya perbuat.
“Tae, kamu tidak boleh menyerah! Kamu harus tetap yakin dan percaya pada dirimu. Jika memang kalian ditakdirkan untuk bersama, maka sejauh manapun jarak memisahkan kalian suatu saat jika waktunya tiba pasti akan bertemu,”ujar nenek menyemangati cucunya itu.
Taeyong tersenyum dan mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh mereka. Hingga saat ini, Taeyong masih terus mengukuhkan dalam dirinya untuk tidak putus asa sampai kapanpun itu.*****
Taeyong POV
Kecewa. Lagi dan lagi aku merasakannya. Kupikir paket berisikan kado itu dikirim oleh Dita hari ini. Namun, ternyata sebelum ia pindah paket itu telah ia bawa ke kantor ekspedisi.
“Sebenarnya kau dimana?”batinku lirih. Gegas kembali kuraih kotak kado berwarna ungu pastel tersebut. Warna yang khas Dita. Aku teringat saat ia memberiku sebuah kukus dan brownies dengan menggunakan kotak kue berwarna ungu pastel juga. Gadis itu memang benar-benar menyukai warna ini.'Dear my love Tae.
Selamat ulang tahun. Semoga segala hal baik menghampirimu. Kau selalu disertai oleh orang-orang baik yang terus memberimu banyak cinta.
Bagaimana keadaanmu sekarang? Terakhir aku melihatmu kau sudah sadarkan diri. Aku memang yakin sedari awal, kau pasti bisa melewati masa kritismu. Karena aku tau kau adalah orang kuat. Kau bisa melewati segalanya.
Maaf! Sekali lagi maaf karena pergi tanpa pamit bahkan tanpa memberitahu siapapun. Maaf,Tae! Maafkan aku! Kamu jangan salahkan siapapun atas semua ini. Ini murni karena keinginanku sendiri,Tae. Ini semua demi kebaikanmu,Tae.
Segala yang paman katakan itu benar. Segala hal buruk yang menimpamu itu karenaku. Kecelakaan yang hampir merenggut nyawamu itu karenaku,Tae.
Oh ia, satu lagi. Kamu jangan lagi mabuk-mabukan,ya! Itu akan berakibat buruk bagi kesehatanmu.
Sekali lagi, selamat ulang tahun! Semoga saja kau menyukai kalung yang kuberi untukmu. Kalung yang dulu rela kau ambil malam-malam aku bawa. I like It. Thank you so much! Semoga kau bisa menemukan yang lebih baik dariku.- Dita'
Aku tersenyum getir membacanya isi pesan darinya. Kalimat terakhir itu benar-benar membuatku tidak habis pikir dengannya. Sejak dulu dan sangat sering kukatakan padanya bahwa hanya dia, hanya dia yang akan kujadikan pendamping hidupku kelak.
“Apa ini? Kenapa kau mengatakan ini demi kebaikanku?! Sedangkan kau tau jika aku akan baik-baik saja jika bersamamu!!!”teriakku. Tidak lagi kupikirkan bagaimana respon dari penghuni flat apartemen yang lainnya.
Kuremas surat itu lalu kuhempas ke sembarang arah. Jika saja saat hari pertama sadar aku langsung menemuinya, mungkin hal ini tidak sampai terjadi. Kuhempaskan tubuhku ke sofa. Kupeluk hoodie yang dulunya sempat kuberikan pada Dita saat di sekolah. Mungkin saja jika ada orang lain yang melihatku akan mengatakan jika tindakanku itu berlebihan. Tapi, apa dayaku? Tidak ada yang bisa kulakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
FanfictionBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.