AKU DISINI

133 22 4
                                    

     “Dita-si, nanti kita akan rapat dengan wali kelas bersama pengurus kelas yang lain. Jadi, saat pulang nanti kita langsung ke ruang guru. Mungkin ini berkaitan dengan lomba kebersihan dan kerapihan kelas,”ucap Ji Seon saat bertemu Dita di koridor menuju ke kantin.
     “Ah, ia. Tapi, Lea sepertinya tidak ikut. Tadi, dia sedang tidak enak badan dan sudah dijemput kakaknya,”
    “Tidak apa-apa. Kalau begitu aku duluan,“Ji Seon berlalu, sedangkan Dita langsung ke kantin menyusul temannya yang lain.
     Taeyong berniat akan menyatakan perasaannya hari ini ke Dita. Ia berniat akan mengajak Dita untuk menonton bioskop hari ini. Namun, ia harus menerima kenyataan bahwa hari ini Dita harus ikut rapat bersama pengurus kelas yang lain dan juga wali kelas mereka.
     “Memangnya ada apa? Kenapa kau tiba-tiba mengajakku untuk menonton film?”tanya Dita.
     “Ah, itu soalnya hari ini ada film baru yang akan tayang. Kemungkinan akan dihadiri beberapa pemain filmnya juga,”dalih Taeyong. “Tapi, tidak apa-apa. Mungkin lain kali saja.”
     Taeyong kemudian memutuskan untuk menunda niatannya itu. Masih ada kesempatan dilain waktu. Taeyong sedikit dibuat kesal saat Ji Seon tersenyum seolah meremehkan dirinya.
     “Apa liat-liat? Mau kucolok matamu itu!”dengus Haechan kepada Ji Seon saat melewati mereka di koridor bersama dengan Dita dan pengurus kelas yang lain.
    Dita kini berada di ruangan wali kelas mereka bersama pengurus kelas yang lainnya, sementara teman-temannya kini telah pulang. Tidak lama berselang, Pak Han datang setelah selesai mengajar di kelas lain.
    “Sebenarnya tidak perlu banyak persiapan karena kelas kita memang selama ini masuk kelategori kelas favorit. So, tinggal dimatangkan dan dipertahankan saja,”ujar Pak Han.
    “Benar,Pak. Mungkin hanya beberapa hiasan kelas yang perlu diperhatikan,Pak,”sahut Ji Seon.
     “Ia,kau benar,”imbuh Pak Han. “Oh ia,Dita. Kau kan berteman dekat dengan Lea, jadi mungkin kau bisa menyampaikan tentang hasil rapat dan juga apa yang perlu dia lakukan sebagai bendahara dalam membantu kalian.”
     “Ia,Pak. Nanti akan kudampaikan ke Lea,”sahut Dita.
     Rapat masih terus berlanjut dengan pembahasan tersebut. Pak Han juga turut memberitahukan apa saja yang perlu dilakukan oleh para pengurus lainnya. Seperti bagian keamanan dan ketertiban kelas, bagian itu memiliki peran penting memberi peringatan dan menjaga agar para siswa bisa terkendali baik saat pelajaran maupun setelahnya. Meski hal tersebut tidak terlalu menjadi poin penting dalam lomba antar kelas kali ini, akan tetapi bisa menjadi poin plus yang akan mereka dapatkan.
     Hari ini, terlihat lebih cepat gelap dan sepertinya akan segera turun hujan. Rapat masih berlangsung dan tidak lama guyuran hujan mulai terdengar dan semakin deras. Bahkan setelah rapat selesai. Dita yang sedari tadi menahan membuang air kecil memutuskan ke toilet sejenak sebelum pulang.
     Dita keluar dari Toilet dan tampaknya kondisi sekolah juga sudah kosong. Bahkan Ji Seon yang tadi mengajaknya pulang bersama juga kini tidak terlihat. Dita memutuskan segera keluar dari gedung sekolah, untungnya hujan sedikit reda dan tinggal gerimis kecil saja. Dita berlari kecil menuju halte berharap masih ada bus yang akan datang.
    “No! ” Dita mendengus kesal kala ponselnya kehabisan daya. Belum lagi ia sama sekali tidak membawa chrager atau power bank. Padahal ia baru saja hendak memesan taksi online.
     “Omo!!!”Dita yang hendak berjalan kaki kembali urung saat baru saja ia melangkahkan kaki meninggalkan halte justru terdengar petir menggelegar. Saat kondisi gerimis seperti ini suara petir menang terdengar lebih keras dan menakutkan.
     Dita berpikir jika terus menunggu di halte ia akan sampai malam disana. Karena sejak tadi bus sama sekali tidak ada. Bahkan taksi juga sama sekali tidak ada yang lewat. Dengan terpaksa Dita memilih berjalan kaki pulang, meski akan terasa lelah nantinya.
     Ada rasa was-was memenuhi dada Dita setelah melihat dua orang asing berjalan berlawanan arah dengannya. Ia melihat dengan jelas bagaimana dua orang asing itu menatapnya dari kejauhan. Dita lalu mulai melangkah mundur pelan-pelan. Ia mulai ketakutan.
     “Kuharap seseorang lewat, atau kendaraan apapun itu!”batin Dita. Ia kemudian berbalik dan berusaha berlari sekuat tenaga.
     “Hei! Mau kemana kau?!”benar bukan, dua orang asing itu kini ikut berlari dan mengejar Dita.
     Dita kini tidak lagi peduli dengan kondisi jalan yang basah dan licin, bahkan gerimis kecil kini sedikit meningkat dan bertambah. Kedua orang asing itu terus mengejar dan berhasil mengikis jarak dan membuatnya semakin dekat dengan Dita. Sebuah dorongan berhasil membuat Dita jatuh tersungkur, Dita meringis. Kedua telapak tangan serta lututnya bergesekan dengan aspal sehingga menimbulkan goresan pedih disana.
     “Kau ingin lari dari kami,hah?!"bentak seroang dari mereka. Perawakannya tinggi tapi sedikit kurus, kepalanya botak dengan tato penuh di kedua lengannya. Akan tetapi ia menggunakan sebuah masker yang menutupi wajahnya. Sedangkan seorang lagi tampak menatap tajam ke arah Dita, yang satu ini sedikit berisi. Ia mengenakan hoodie dan sebuah topi serta masker. Hal itu membuat hanya kedua matanya yang terlihat.
     “Kumohon,biarkan  aku pergi!!!”Dita memelas, air matanya kutub disertai suara bergetar karena ketakutan. Dita bahkan masih terduduk di jalan setelah tersungkur.
     “Tidak! Kumohon lepaskan aku! Lepaskan!!!”Dita memberontak saat kedua orang asing itu memegangi lengannya dan berusaha membawanya dengan paksa. “Lepaskan aku! Tolong!!!”Dita berteriak sekuat tenaga, namun kondisi jalan saat itu benar-benar sepi. Sama sekali tidak ada kendaraan yang lewat. Jalan tersebut memang merupakan jalan yang dikedua sisinya tanah lapang yang ditumbuhi pepohonan lumayan rimbun.
     “Berteriak saja! Tidak akan ada yang menolongnya disini,”bentak pria bertubuh kurus itu, terdengar tawanya menggelar seolah mengejek Dita yang melakukan pemberontakan sembari meminta tolong.
     “Tolong! Siapapun kumohon tolong ak...”suara Dita tercekat saat ssbuah tamparan keras mendarat di pipinya, untung saja saat itu Dita tidak kehilangan kesadaran. Namun, hal tersebut berhasil membuatnya lemas seketika. Penglihatannya matanya juga sedikit buram. “Appa! Ibu!”rintih Dita.
     Saat kedua orang asing itu hendak membopong Dita pergi menjauh, Taeyong datang menghalangi. Dengan sigap ia menabrak salah satu diantara mereka dengan motornya.
     “Ya!! Breng***!!! Turunkan Dita sekarang juga!!!”teriak Taeyong kemudian melemparkan helmnya ke arah pria gempal tersebut.
     Ketiganya kemudian terlibat pertarungan. Meski sedikit kewalahan, Taeyong bisa mekesatkan banyak pukulan dengan keras di beberapa area rawan. Dengan membabi buta, Taeyong memberikan perlawanan dan serangan-serangan mematikan yang membuat keduanya terjatuh lemah.
     “Dita!!!"Taeyong kini beralih ke arah Dita yang tergelatak lemas tidak berdaya. “Dita kau  bertahan! Aku disini!”Taeyong berusaha membuat Dita tetap sadarkan diri.
     “Tae...,aku...”suara Dita tercekat, tubuhnya dingin. “Ak...,aku takut!!" Dita beringsut memeluk erat Taeyong.
     “Tidak perlu takut lagi, aku disini!”Taeyong laku mengusap wajah Dita yang basah. Dapat Taeyong saksikan bagaimana takutnya Dita sekarang, bahkan bisa menimbulkan trauma berat baginya.
     “Argh!!”sebuah tendangan mendarat di punggung Taeyong. Tampaknya dua pria asing tadi kembali bangkit. Taeyong kemudian  memindahkan Dita ke tepi jalan. Lalu kembali bangkit dan kembali menambahkan pelajaran pada di pria asing tersebut. Tidak butuh waktu lama, Taeyong berhasil membuat mereka kembali tumbang. Namun, baru saja Taeyong hendak membuat keduanya benar-benar tidak berdaya dan membuka masker yang menutupi wajah mereka, keduanya berhasil kabur. Bisa saja Taeyong mengejar keduanya saat itu, namun kondisi Dita jauh lebih penting.
     “Kita ke rumah sakit?”Dita menggeleng pelan. Kedua matanya setengah tertutup. “Aku antar pulang?”
     “Aku, aku tidak ingin pulang dalam keadaan seperti ini,Tae. Orang tuaku pasti khawatir nanti,”cicit Dita. Taeyong paham akan maksud Dita. Ia pun tidak habis pikir, bagaimana mungkin gadis ini masih memikirkan hal begitu bahkan saat keadaannya mengkhawatirkan seperti ini.
     Taeyong kemudian memutuskan membawa Dita ke apartemennya. Mungkin setelah lebih baik dan tenang, ia akan mengantarkan Dita pulang. Ditengah gerimis, Taeyong melajukan motornya dengan pelan karena kondisi jalan juga basah dan licin.
     Untunglah saat itu, kondisi diluar gedung apartemen sepi karena kebanyakan masih di tempat kerja. Dengan pelan, Taeyong membaringkan Dita di sofa. Dibersihkan ya wajah Dita menggunakan tissue.
     “Ah, kau sudah datang?”Taeyong mempersilahkan dokter Kang Min Yoon masuk ke apartemennya. Tadi ia memang sempat menghubungi dokter yang menjadi kepercayaan keluarganya itu. Sembari Dita diperiksa, Taeyong menceritakan hal yang dialami oleh Dita sebelumnya.
     “Keadaannya baik-baik saja. Hanya sedikit demam mungkin karena kehujanan ditambah lagi ketakutan luar biasa yang dia alami tadi. Tapi, semoga saja ini tidak menimbulkan trauma baginya,”tutur dokter Min Yoon membuat Taeyong sedikit lega.
     “Maaf, tapi apa boleh aku meminta tolong?”dokter Min Yoon mengangguk. “Mungkin dokter bisa membantu Dita mengganti pakaiannya!”
     Dokter Min Yoon mengangguk paham. Taeyong kemudian beralih ke dalam kamarnya mengambil sebuah kaos, hoodie tebal berwarna abu-abu serta sebuah celana training yang cukup tebal dan bisa membuat tubuh Dita tidak kedinginan. Meski akan sedikit kebesaran, karena semua itu pakaian Taeyong tapi belum pernah ia gunakan.
     Dokter Min Yoon kemudian memapah Dita ke kamar Taeyong untuk mengganti pakaian. Sementara Taeyong memilih ke dapur membuatkan minuman hangat untuk Dita. Dita dan dokter Min Yoon kembali setelah selesai.
     “Terima kasih,Dok!”ucap Taeyong sembari mengantarnya ke depan pintu. “Kumohon dokter tidak menceritakan ini kepada siapapun. Baik itu appa ataupun eommaku.”
     “Tenang saja, aku paham apa yang kau maksud. Aku pergi dulu!”pamit dokter Min Yoon.
     Taeyong kembali dan mendapati Dita yang sudah tertidur. Dapat Taeyong lihat dengan jelas, jika Dita bahkan menangis dalam tidurnya.
    Taeyong mengusap kasar wajahnya. Merutuki dirinya sendiri. Menyalahkan semua terjadi karena dirinya. Taeyong gegas mengambil ponselnya dan menghubungi seorang kenalannya untuk mencari tahu pelaku. Meski hanya bermodalkan ciri-ciri yang bersifat umum. Namun, Taeyong menaruh harap penuh temannya itu bisa menemukan informasi meski sedikit saja.
     Taeyong membawa kompresan dan menempelkannya ke dahi Dita. Taeyong mengusap lembut wajah Dita yang bisa ia rasakan suhu tubuh gadis inmtu terasa hangat.
     “Miane Dita! Harusnya aku tidak ketiduran tadi. Harusnya aku menunggumu diluar saja. Jika saja aku tidak masuk ke kelas dan tertidur, mungkin ini semua tidak akan terjadi padamu. Aku memang bodoh! Bodoh sekali!!!”Taeyong merutuki dirinya sendiri.
     Siang tadi Taeyong yang sudah setengah jalan menuju apartemen, memutuskan kembali ke sekolah. Ia berniat menunggu rapat Dita selesai. Setelah memarkirkan motor, Taeyong memutuskan menunggu di kelas sembari memainkan ponselnya. Akan tetapi ia justru ketiduran. Hujan yang turun membuat tidur Taeyong semakin nyenyak hingga ia terbangun dan mendapati Dita sudah tidak ada di sekolah.
     “Ah, gadis itu sepertinya sudah sejak tadi pulang!”ucap penjaga sekolah saat hendak menutup gerbang.
     Taeyong kemudian melajukan motornya menuju halte namun Dita tidak ia lihat disana. Taeyong beralih menghubungi Dita, namun ponselnya mati. Hal itu membuat Taeyong kini bertambah khawatir hingga ia mendapati Dita yang diganggu oleh dua orang anak sing di tengah jalan.
     Ponsel Dita yang sedang Taeyong charger berdering. Terlihat ibu Dita yang menelpon. Taeyong gegas menjawabnya dan memberitahukan jika Dita sedang bersama dengannya dan akan segera mengantarnya pulang. Kedua orang tua Dita terdengar lega setelah mengetahui jika Dita bersama Taeyong saat ini.
     “Ia, Bibi. Aku akan segera mengantar Dita pulang,”sambungan kemudian  terputus. Taeyong menghela napas gusar. Ia bingung bagaimana caranya ia menyampaikan semua ini nanti kepada kedua orang tua Dita.
     Malam kini tiba, mengingat Dita sedari tadi belum makan. Taeyong memesan makanan untuk makan malam mereka. Meski terus menggeleng, Taeyong terus membujuk agar Dita makan meski sedikit saja.
     “Kau tidak ingin orang tuamu khawatir bukan? Jika kau tidak makan, kau akan semakin sakit nantinya. Sekarang kau makan, setelah itu aku antar pulang,”Taeyong tersenyum saat gadis di depannya itu mulai memakan makanan yang ia beri.
     Setelah menghabiskan makan malam, Taeyong gegas bersiap untuk mengantar Dita pulang. Namun, ia kembali mendapati Dita yang menangis sesuaikan di sofa. Sakit! Ya, hati Taeyong teriris melihat Dita saat ini. Taeyong duduk di samping Dita dan mengusap air mata yang membasahi pipinya. Ditatapnya dalam-dalam manik mata Dita.
     “Hei, jangan menangis lagi! Semua sudah berakhir, aku disini. Semua ada, jadi jangan takut! Aku pastikan hal ini tidak akan pernah terulang lagi padamu,”ucap Taeyong meyakinkan. Sedetik kemudian Dita memeluknya erat dan menumpahkan segala tangis dan ketakutannya saat ini. Taeyong mengeratkan pelukannya juga sembari mengelus pelan pundak Dita. Ia bisa merasakan ketakutan yang Dita tanggung saat ini.
    Beberapa menit kemudian setelah Dita sedikit tenang, Taeyong kemudian membujuknya untuk pulang. Baik ransel dan  seragam Dita ditinggalkan di apartemen Taeyong. Menurut Taeyong, tidak perlu lagi Dita membawa ransel fans seragamnya yang akan mengingatkan Dita tentang kejadian tadi jika melihatnya. Taeyong sendiri sudah menghubungi pihak sekolah yang menangani tentang segala perlengkapan siswa.
     “Besok kau dirumah, ke sekolah lah saat kau merasa siap. Untuk seragam dan ranselmu, dibuang saja. Aku tidak mau saat kau mengenakannya lagi kau akan mengingat rasa takut yang kau alami tadi. Aku akan membawakan seragammu saat sudah ada,”Dita hanya mengangguk pelan.
     Taeyong memutuskan mengantar Dita pulang menggunakan mobil. Mobil yang sudah lama menganggur karena sangat jarang Taeyong gunakan. Sepanjang perjalanan pulang, Dita hanya menatap lurus sembari menempelkan kepalanya ke samping kanan. Tidak ada percakapan ataupun obrolan selama perjalanan pulang. Taeyong pun membiarkan hal itu untuk memberikan waktu kepada Dita saat ini.
     Semakin dekat dengan kediaman Dita, Taeyong justru dibuat semakin bingung. Tentu akan ada banyak pertanyaan yang akan diajukan oleh kedua orang tua Dita. Tapi, dia juga tidak bisa jika harus menyembunyikan hal tadi ke kedua orang tua Dita. Jika menunggu Dita yang akan bercerita, kasihan gadis itu jika harus menceritakan hal buruk tadi.

Bersambung...

Jangan lupa follow,like dan vote!!!
Follow juga akun tiktok author ( @sunforrose atau ketik saja SUNROSE4EVER )
Disana akan author up kapan lanjutan bab akan diposting dan tempat informasi jika akan ada cerita baru!!!
Terima kasih!!!
  
    

    
  
    
    

WHEREWHITAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang