BENAR-BENAR MENGEJUTKAN

49 10 1
                                    

     Taeyong meninggalkan kantor polisi menuju ke tempat Ryun Woo. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada kawannya itu. Ia merasa saksi mata yang melapor ke kantor polisi memiliki banyak kejanggalan dalam benak Taeyong.
     “Aku sudah membaca pesanmu tadi. Kemungkinan sebelum melapor ke kantor polisi, segala informasi tentang pria itu sengaja dihilangkan. Baik itu latar belakang maupun segala foto-fotonya yang ada di sosial medianya,”ujar Ryun Woo apa adanya.
     Taeyong menghela napas kasar. Harapan besar yang ia dapat tadi seketika pupus sudah. Ryun Woo ternyata masih kalah cepat dibandingkan orang tersebut. Namun, Taeyong tidak menyalahkan Ryun Woo. Justru ia merutuki dirinya yang telat memberitahu Ryun akan hal ini.
    
*****

     Dita melamun, berdiam diri di dalam kamar. Ia masih syok dengan segala sesuatu yang terjadi dengan begitu cepat. Hal yang terungkap begitu cepat mengubah suasana. Bahkan, baru saja kemarin malam mereka duduk bersama menikmati makan malam yang nikmat. Namun, hari ini semua berubah. Segala keharmonisan yang tercipta hancur lebur sudah.
     “Apakah ini semua berkaitan dengan perubahan sikap paman Hwan Jae padaku. Apa mungkin dia sendiri juga sebenarnya hanya berakting seolah-olah mendukung kami,”lirih Dita.
     Dita meringkuk di balik selimut seraya memeluk boneka Kukang berwarna abu-abu pemberian Taeyong beberapa waktu lalu. Bertanya kembali memanas hingga ia tidak lagi kuasa menahan tangisnya.
     “Apakah pertemuanku dan Taeyong salah? Apakah salah jika kami memilih untuk bersama, sampai orang-orang melakukan segala cara untuk memisahkan kami?”batin Dita.
     Nyatanya Dita salah. Ia mengira jika natal dan liburan ini akan ia lewati dan menjadi orang yang paling bahagia. Namun, nyatanya suram. Matahari yang tidak menampakkan sinarnya seperti hari-hari sebelumnya seolah representasi keadaan Dita dan Taeyong saat ini. Suasana keceriaan yang terlihat disekitar sama sekali tidak terlihat diantara keduanya.
     Di ruang keluarga, tampak Kwang Soo dan Kyun Sook sedang membahas beberapa pekerjaan yang tadinya tertunda. Salah satunya tentang pembukaan cabang perusahaan di Indonesia.
     “Tidak masalah, pertemuan di Indonesia bisa ditunda beberapa hari ke depan,”ujar Kyun Sook. Ia yang baru saja mendapatkan informasi dari tim yang ada di Indonesia bahwa rencana pembukaan cabang perusahaan di Indonesia sudah berjalan lancar dan kini tinggal rapat pertemuan sebagai pengukuhan. Selain itu, akan diadakan pertemuan dengan investor lainnya yang akan dilaksanakan dengan beberapa rangkaian acara.
     Kyun Sook sebelumnya sudah sepakat bahwa Kwang Soo yang akan ke Indonesia karena mengingat Ratna yang sudah lama ingin mengunjungi Indonesia. Namun, melihat keadaan saat ini yang tidak memungkinkan membuat rencana itu diundur beberapa hari. Setidaknya sampai permasalahan ini mereda dengan sedikit titik terang.
     “Apakah kalian akan terus muram seperti ini? Sedangkan besok adalah hari ulang tahun Dita yang bertepatan dengan natal,”ucap sang ibu yang menghampiri kedua putranya di ruang keluarga dengan dipapah oleh Ratna. “Aku sama sekali tidak paham masalah apa yang terjadi saat ini. Tapi, setidaknya jangan buat Dita bersedih saat dia harusnya menyambut hari lahirnya dengan gembira.”
     Mereka lantas merencanakan memberi kejutan sederhana esok harinya untuk Dita. Padahal sang nenek sudah merencanakan perayaan yang besar namun lagi-lagi karena kondisi saat ini yang sangat tidak memungkinkan membuat semua urung terlaksanakan.
     “Dita, kau hendak kemana?”tanya Kyun Sook saat melihat Dita yang menuruni anak tangga. Melihat sebuah tas selempang yang Dita bawa membuat Kyun Sook yakin jika Dita hendak keluar.
     “Appa,ibu,paman,nenek! Aku izin sebentar,”ucap Dita meminta izin.
     “Mau kemana? Nanti diantar sopir,kan?"Dita menggeleng tampaknya ia memang ingin sendiri.
     “Tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Aku hanya sebentar,”Dita lantas pamit setelah mendapatkan izin.
     Meski Kwang Soo dan Ratna terlihat khawatir, namun Kyun Sook meminta mereka agar percaya pada Dita. Mereka harus paham jika saat ini Dita butuh waktu sendiri untuk berpikir.
     Dengan menaiki bus, Dita memutuskan untuk ke apartemen Taeyong. Ia takut jika sangat mengkhawatirkan keadaan Taeyong saat ini. Dita masih teringat bagaimana keadaan wajah Taeyong siang tadi yang pucat. Bisa Dita pastikan jika saat itu kekasihnya itu belum makan apapun.
     “Dia kemana sekarang?”batin Dita bertanya saat melihat Taeyong tidak berada di apartemen. Dita melangkahkan kaki mencari dan berharap Taeyong ada di kamar. Namun, nyatanya nihil. Dita kini memutuskan ke arah dapur, melihat persediaan di kulkas membuat Dita memutuskan memasak setidaknya jika Taeyong pulang ia bisa memakan masakannya.
     Dita melihat jarum jam dinding kini menunjuk angka 10. Ia bahkan sudah selesai memasak namun belum ada tanda-tanda Taeyong pulang. Berulang kali Dita menghubunginya juga tidak ada jawaban. Namun, terdengar suara bel berbunyi membuat Dita gegas keluar dan membuka pintu.
     “Tae, kau sudah...,”ucapan Dita terhenti saat melihat ternyata bukan Taeyong yang pulang.
     “Dita-si, kau disini? Aku kira Taeyong,”ucap Jonhy yang datang bersama Doyoung dan Haechan. Ketiganya memang sengaja datang karena sama halnya dengan Dita, mereka terus menghubungi Taeyong tapi nihil. Oleh karena itu, Jonhy mengajak Doyoung dan Haechan untuk ke apartemen Taeyong untuk sekedar memeriksa keadaanya.
     “Dia belum pulang. Aku kesini juga karena mengira dia ada di apartemen,”sahut Dita.
     “Dita noona maaf jika kami lancang. Tapi, sebenarnya ada apa?”Haechan memberanikan diri bertanya. Meski pagi tadi mereka mengira jika perihal kepergian Taeyong yang tergesa-gesa tidak berkaitan dengan Dita. Namun, melihat Dita yang murung tadi membuat mereka merasa jika semuanya berkaitan pula dengan Dita.
     Pada akhirnya, Dita menceritakan semuanya. Tentang dirinya dan Ji Yun yang ternyata bersepupu hingga penangkapan ibu Taeyong. Ketiganya hanya bisa terdiam mendengar penjelasan dari Dita. Mereka sama sekali tidak menyangka jika permasalah sahabat mereka saat ini ternyata serumit ini. Belum lagi masing-masing orang tua yang tampak terkuasai oleh amarah.
     “Kalau begitu, biar kami saja yang me cari Taeyong Hyung. Kau disini saja,”ucap Doyoung pada akhirnya.
     “Aku akan pulang. Orang-orang di rumah pasti khawatir jika aku tidak pulang. Kalian kabari saja jika sudah menemukan Taeyong,”sahut Dita.
     “Kalau begitu aku antar Dita noona,”sambut Haechan.
     “Terima kasih, Haechan-a. Tapi, tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Kalian pergi saja mencari Taeyong. Jangan lupa minta dia makan. Aku sudah membuatkannya makanan. Kalian juga makan,”ujar Dita.
     Setelah kepergian mereka, Dita lantas merapikan beberapa peralatan dapur yang tadi telah ia cuci. Setelahnya, ia gegas keluar. Namun, saat akan masuk ke dalam lift ternyata ia bertemu dengan Hwan Jae. Dita lantas menyapanya.
     “Paman ingin menemui Tae,kan? Aku juga baru saja dari apartemennya ingin menemuinya tapi dia tidak disana,”ujar Dita sedikit menunduk.
     Hwan Jae diam. Sama sekali tidak ada respon yang ia beri pada Dita. Bahkan walau hanya sebuah ekspresi ramah tidak ia tampakkan. Dita lantas memutuskan pamit.
     “Jauhi Taeyong mulai dari sekarang!”kalimat dari Hwan Jae sukses membuat Dita menghentikan langkahnya dan terdiam di tempat. “Sejak kehadiranmu di kehidupan kami membuat banyak masalah bagi keluargaku. Bahkan saat ini istriku di sel.”
     Hwan Jae lantas pergi mendahului Dita yang masih diam berdiri. Sejenak kemudian pertahanannya luruh. Air mata yang sejak tadi ditahannya lolos begitu saja. Rasa pesimis kian masuk ke relung Dita. Kembali berbagai pertanyaan konyol ia lontarkan pada dirinya sendiri.
     “Setidak pantas inikah kami untuk bersama?”lirih Dita.
     Untung saja tetangga flat apartemen Taeyong yang saat itu baru pulang melihat dan membantu Dita untuk berdiri. Sepasang suami istri itu memang sudah mengenal Dita, apalagi saat mereka berpapasan atau sekedar saling menyapa kala Dita ke apartemen Taeyong bersama yang lainnya. Keduanya sempat menawarkan diri ingin mengantar, namun Dita tetap menolak dan memutuskan pergi dengan langkah tertatih.
     “Appa?!”lirih Dita saat melihat ayahnya yang berada di lobi apartemen.
     Kwang Soo yang khawatir memutuskan menyusul Dita dan menebak jika Dita ke apartemen Taeyong. Ia gegas menghampiri Dita yang tampak baru saja menangis. Meski Dita berbohong dengan dengan mengatakan jika ia hanya kelelahan, namun Kwang Soo mengenal dengan baik putrinya itu.
     “Apa ayah Taeyong mengatakan sesuatu padamu?"tanya Kwang Soo memastikan. Pasalnya ia sempat berpapasan dengan Hwan Jae tadi. Bahkan, Hwan Jae kembali memperingati Kwang Soo untuk menjauhkan Dita dari keluarganya terutama Taeyong.
     Diamnya Dita seolah menjadi jawaban yang bisa Kwang Soo mengerti. Ia juga sempat berpikiran untuk meminta Dita menjauhi Taeyong. Apalagi mengingat hal yang menimpa Dita tempo lalu sebab tidak langsungnya karena Taeyong,pikir Kwang Soo. Namun, kembali lagi. Baik Kwang Soo dan Ratna tidak ingin gegabah dan membiarkan putri mereka mengalami apa yang mereka alami di masa lalu. Maka dengan sebisanya mereka berusaha membuat masalah yang saat ini agar selesai.

*****

     “Dita noona tadi kesini. Bahkan sempat memasakkan makanan untukmu! Kau makanlah!”ucap Haechan pada Taeyong yang terlihat masih dalam pengaruh alkohol.
     “Ya, bagaimana bisa kau masuk ke tempat itu?”tanya Jonhy tidak habis pikir.
     Ketiganya yang memang sempat kebingungan mencari keberadaan Taeyong dibuat terkejut saat dihubungi seseorang menggunakan ponsel Taeyong. Seorang tersebut memberitahukan jika Taeyong sedang berada di sebuah bar dan dalam kondisi mabuk berat. Ia juga menjelaskan jika seorang pria bersamanya dan sudah pergi lebih dulu.
     “Kau tau bagaimana jika Dita sampai tau hal ini? Harusnya kau tidak pergi ke tempat itu. Jika saja kau berada di apartemenmu mungkin saja kau dan Dita bisa berbicara dan mungkin saja bisa menemukan solusi atas masalah diantara kalian dan keluarga kalian,”omel Jonhy. Ini kali pertamanya ia mengomeli Taeyong.
     Dengan langkah lunglai Taeyong memutuskan ke kamar mandi membasahi tubuhnya di bawah guyuran shower. Setidaknya rasa sakit di kepalanya sedikit berkurang. Ia lantas ke meja makan. Jonhy, Doyoung dan Haechan masih disana. Setelah mereka mengabari Dita, mereka diminta untuk tetap disana bersama Taeyong.
     “Hyung, kau mau kemana?"tanya Doyoung yang masih menyantap makanan saat melihat Taeyong menyambar kunci motornya yang ada di sofa.
     “Hyung! Biar kami antar!”imbuh Haechan.
     “Tidak perlu, kalian disini saja! Aku bisa sendiri,”ucap Taeyong kemudian gegas melangkah meninggalkan apartemen.

*****

     Sepulangnya Hwan Jae dari apartemen Taeyong, ia gegas memacu mobilnya menuju apartemen tempat Gi Nam. Ia ingin memastikan sesuatu padanya. Sebelumnya Hwan Jae sudah mengirim pesan pada Gi Nam untuk turun menemuinya. Karena tidak mungkin jika Hwan Jae naik sementara Ji Yun ada disana.
     “Kau tau, aku sudah melakukan apa yang kau inginkan. Membebaskanmu dari penjara, memberimu sebuah apartemen, memberimu uang serta meminta agar Dita menjauhi Taeyong. Kau tau benar jika yang terakhir itu sangat berat aku lakukan. Aku harus mempertaruhkan hubungan baikku dengan putraku sendiri. Tapi, tapi kenapa kau kembali ikut campur tentang Haneul saat di kantor polisi tadi? Kenapa kau seolah datang untuk memberatkan Haneul,hah?!”geram Hwan Jae yang justru ditanggapi tawa oleh Gi Nam.
     “Bukankah itu semua pantas didapatkan oleh kalian? Semua itu sebagai balasan atas sikap dan keputusan sepihak yang telah kalian ambil,”balas Gi Nam. “Jadi, sekarang teruskan saja usahamu menjauhkan Dita dan Taeyong. Karena jika tidak, maka semuanya akan aku bongkar!”
     Hwan Jae hanya bisa mengeram kesal meluapkan amarahnya.
    

Bersambung...

Tanggapannya readers bagaimana,nih?

Kok makin kesini makin gaje ya ni cerita?😌😴🙏
    
    

    

WHEREWHITAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang