MENYALA ABANGKU

114 23 0
                                    

     Malam ini, Dita berencana mengantarkan makan malam untuk ayahnya ke tempat kerja. Malam itu juga cuaca normal saja, meski sore tadi terlihat agak mendung.
     Hari ini, Kwang Soo memang masih berada pada shift malam karena teman yang ia gantikan sementara posisinya masih belum selesai cutinya. Meskipun masa cuti yang diberikan oleh atasan mereka telah selesai. Ia masih belum masuk kerja, sehingga Kwang Soo belum bisa ditempatkan kembali ke shift pagi.
     “Berikan juga jaket ini pada appamu,Dit. Tadi, dia hanya membawa jaket yang tipis. Sepertinya udara lebih dingin daripada biasanya,”Ratna menyisipkan jaket tebal ke dalam ransel Dita. “Kau juga jangan lupa pakai  sweater yang tebal!”
     “Siip,Ibu!”Dita memeriksa kembali ranselnya. “Kopinya apa sudah ibu masukkan juga?”
     “Oh ia, hampir saja,”Ratna kemudian gegas ke dapur dan mengambil sebuah tumbler yang bisa menjaga kehangatan kopi. “Ini!”
     “Semuanya sudah siap, kalau begitu aku pergi dulu,Bu!”pamit Dita.
     “Hati-hati,ya!”Ratna mengantar putrinya itu hingga ke ambang pintu rumah.
    
*****

     “Besok aku tidak sekolah,Appa. Jadi, biarkan aku lebih lama lagi disini,kumohon!”pinta Dita memelas saat sang ayah memintanya segera pulang karena cuaca yang semakin dingin menusuk kulit.
     “Baiklah,tapi tidak lama-lama. Appa akan patroli ke dalam mall, setelah itu kau segera pulang,ok!”Dita mengangguk antusias. Ia lantas menemani sang ayah patroli ke dalam mall.
     Bagaikan seorang anak kecil, Dita terus mengekor dibalik punggung sang ayah. Dita sedniri mengagumi kejelian sang ayah dalam memeriksa setiap sudut mall ditengah orang yang lalu lalang. Beberapa pemilik maupun pelayan toko yang sudah lama mengenal sang ayah tampak menyapa dengan ramah saat mereka melewati toko mereka.
     Saat berada di lantai tiga, Dita memicingkan kedua matanya. Berusaha memastikan apa yang ia lihat meski dari kejauhan.
     “Ia, itu Taeyong dan neneknya,”batin Dita. “Tapi, gadis itu siapa? Kenapa Taeyong terlihat acuh padanya? Nenek juga tampak sedang mengomelinya?” batin Dita penuh pertanyaan.
     Dita yang sedari tadi memperhatikan Taeyong, nenek Taeyong dan gadis tadi yang berada di lobi mall terkejut saat sang ayah mengejutkannya.
     “Kau ini, Appa terus berjalan mengira kau juga mengikuti terus dari belakang. Nyatanya tertinggal disini,ada apa?”Dita menggeleng. “Kalau begitu ayo, masih ada beberapa lantai lagi.”
    Dita kembali mengikuti ayahnya berkeliling mall dan memeriksa setiap sudutnya. Sesekali bertanya kepada para pemilik toko, apakah keadaan aman?
    Tadinya Dita ingin menyala Taeyong dan juga neneknya. Namun, ia pikir suasana tidak pas. Apalagi melihat hal tadi. Mungkin ia bisa menanyakan hal itu saat di sekolah nantinya,pikir Dita.
     “Dita, Appa tidak bisa mengantarmu sampai keluar. Ada pemilik toko diatas sana yang sepertinya membutuhkan bantuan appa. Kau tidak apa-apa?” Kwang Soo kembali memasukkan talkie walkie miliknya ke dalam saku seragamnya. Setelah Dita mengangguk, ia mengecup kening putrinya sebelum kembali ke lantai tempat si pemilik toko yang tadi menghubunginya.
    Dita kemudian berjalan pelan untuk keluar. Dita merapatkan resleting sweater miliknya setelah berada di luar. Malam semakin larut dan cuaca semakin dingin. Beberapa kali Dita menggosok kedua telapak tangannya agar tidak kedinginan. Ia memang sengaja tidak memakai kos tangan karena tidak menyangka jika akan sedingin ini.
     Tentang yang ia lihat di lobi hotel tadi, kini kembali muncul dibenaknya. Entah kenapa Dita terus memikirkan hal tersebut. Sesekali Dita kembali menoleh ke arah mall sebelum melangkah ke tepi jalan dan menuju ke halte bus yang ada di dekat sana. Ia sudah berusaha memesan taksi namun tidak mendapatkan sama sekali driver saat itu.
     Sembari menunggu, Dita memutuskan memotret random suasana jalan di depan halte laku mengunggahnya ke story aku media sosialnya. Tentunya dengan membuat setelan private dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat storynya itu. Termasuk ayah,ibu dan teman-temannya.
     “Kalau posting sesuatu jangan di-posting saat kau masih berada ditempat itu. Akan berbahaya jika ada orang dengan niat jahat melihatnya!”Dita terperanjat saat Taeyong kini sudah berada di depannya dengan raut wajah seolah marah. “Lah, kau ini diperingati malah melongo seperti itu.”
     “Hei, Tuan Lee. Siapa yang tidak akan melongo jika seseorang tiba-tiba saja datang dan mengomel seperti kau tadi. Kau ini,”Dita tertawa kecil. “Lagipula postinganku tadi hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang memang kuizinkan saja. Jadinya, tidak bersifat publik. Kenapa? Khawatir,ya?!”goda Dita lalu tertawa puas melihat Taeyong yang salah tingkah jadinya.
     “Kau baru saja belanja atau,”Taeyong melihat sama sekali tidak ada barang belanjaan di dekat Dita saat ini.
     “Tidak, aku kesini hanya mengantar makan malam untuk appaku,”Taeyong tampak sedikit terkejut. “Appaku bekerja disini sebagai kemanan. Sebelumnya dia shift pagi, tapi saat ini ia menggantikan temannya yang cuti.”
     Taeyong mengangguk pelan.
     “Oh ia, tadi aku tidak sengaja melihatmu di lobi bersama nenekmu. Apa kau sedang menemaninya berbelanja?”Dita sama sekali tidak menyinggung soal gadis yang sempat juga ia lihat bersama dengan mereka. Taeyong terdiam sejenak.
     “Ia, tadi nenek menghubungiku agar menemaninya ke mall. Tapi, sekarang dia juga sudah pulang,”jawab Taeyong. “Apa Dita melihat Ji Yun juga tadi?”batin Taeyong.
     “Kenapa Taeyong tidak menyinggung soal gadis tadi,ya?”batin Dita bertanya.
     Taeyong kemudian pamit sejenak dan meminta Dita tetap menunggu disana. Dita yang bertanya bahkan tidak ia jawab. Tidak lama berselang, Taeyong datang membawa dua buah kopi hangat dan memberikannya satu untuk Dita. Kopi hangat itu bisa membuat tubuh sedikit hangat ditengah cuaca dingin.
     “Tadi aku bertemu Paman Kwang Soo. Aku sudah mengatakan akan mengantarmu pulang,”Dita hanya mengangguk kecil sembari menyeruput kopinya. “Kau kedinginan,ya!”Taeyong menatap Dita yang tampak masih kedinginan.
     Taeyong lalu menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya sesaat lalu menempelkannya ke kedua sisi pipi Dita. Diperlakukan seperti itu cukup membuat jantung Dita seolah berhenti berdetak. Tatapan Taeyong benar-benar membuatnya tidak bisa berkedip ditambah lagi senyumannya itu. Sungguh, hawa seolah meningkat drastis hingga membuat Dita membeku ditempat. Hal sederhana nan singkat yang mampu membuat Dita akan teringat dalam waktu yang lama atau bahkan selamanya.
     “Oh,no! Dita are you ok?” Dita membantunya sembari menghela napas.
     “Kajja!
     “We?”
     “Pulang. Kau masih ingin disini,”Taeyong terkekeh melihat Dita yang kebingungan entah kenapa.
   
*****

WHEREWHITAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang