JANTUNG AMAN,DIT?

259 30 3
                                    

     Hari ini merupakan akhir bulan. Sepulang bekerja, Kwang Soo terlihat ekspresi wajahnya penuh senyum. Ia melihat amplop cokelat yang baru saja ia terima. Gaji beserta sebuah bonus yang cukup besar ia dapatkan. Berkat kinerjanya yang memuaskan selama sebulan ini.
     “Rencana untuk mengembangkan toko bisa kita mulai. Tabungan khusus untuk Dita juga tidak akan terganggu,”ujar Kwang Soo disambut gembira oleh Ratna.
     “Ya,kau benar. Syukurlah uangnya bisa terkumpul dengan cepat. Sebisa mungkin pengembangannya kita mulai bulan ini,”ia memeluk bangga suaminya.
     Rencana yang sudah lama mereka simpan pada akhirnya akan segera terlaksana. Dengan mengubah konsep toko dengan cafe kecil-kecilan akan bisa menambah penghasilan mereka.
     “Aku pulang!”terdengar suara Dita memenuhi ruangan. Hari ini, dia memang pulang telat karena ada kegiatan di sekolah. Beberapa hari terakhir ini, ada beberapa kegiatan yang memang melibatkan semua pengurus kelas yang ada di sekolah. “Ada kabar bahagia apa ini?”tatapan Dita silih berganti dari ayah ke ibunya.
     “Aduh, tatapannya itu!”goda Ratna pada putrinya itu.
     “Duduk dulu,Nak!”pinta Kwang Soo. Jika Ratna senang menggoda sang putri dan membuatnya merajuk, maka Kwang Soo kebalikannya. Ia benar-benar tidak sanggup bahkan untuk sekedar bercanda mengerjai putrinya itu. Meski demikian, begitulah cara berbeda yang mereka lakukan dalam mengungkapkan rasa sayang mereka pada putri mereka itu.
     Mendengar kabar bahagia dari kedua orang tuanya, Dita begitu antusias. Diantara mereka bertiga, memang Dita lah yang paling semangat kala mereka mengusulkan pengembangan toko. Bukan tanpa alasan, memiliki sebuah cafe meski cafe sederhana saja menjadi salah satu cita-cita Dita dari dulu.
     “Tunggu sebentar!”Dita melangkah masuk ke dalam kamarnya lalu keluar sembari membawa sebuah celengan berbentuk kucing. “Ini!”kedua orang tuanya saling menatap tidak mengerti. “Aku tahu dana untuk pengembangan cafe cukup. Tapi, bukankah menyiapkan uang lebih akan lebih baik. Untuk jaga-jaga saja!”
     “Nak! Kami sangat berterima kasih dan senang dengan apa yang ingin kau lakukan ini. Tapi, uang ini adalah milikmu. Tentu kau juga punya hal lain yang ingin kau miliki dengan uang ini,”ujar Ratna.
     “Apa yang ibumu katakan benar,sayang. Lebih baik uang tabunganku ini kau simpan saja. Suatu saat nanti kau pasti akan membutuhkannya. Lagi pula uang yang appa dan ibu kumpukan sudah lebih dari cukup. Kau tidak perlu khawatir,”Kwang Soo mengelus punggung tangan putrinya itu.
     “Baiklah, tapi jika appa dan ibu suatu saat butuh atau kurang dananya, katakan padaku! Ya!”meski sedikit kecewa Dita memahami akan maksud dari kedua orang tuanya.
     Ketiganya kemudian memulai diskusi tentang cafe mini mereka nantinya. Kualitas dari dekorasi, hingga perlengkapan cafe maupun konsep lainnya. Tidak lupa Dita mengajukan beberapa usul seperti dekorasi yang bisa menggunakan perpaduan konsep Korea-Indonesia.
     “Untuk peresmian atau pembukaannya kita adakan sederhana saja. Kau bisa mengundang teman-temanmu,kita rayakan bersama,”Dita menyambut antusias ide ayahnya itu.
     ”Ok!”Dita mangcungkan dua ibu jarinya. Beberapa hari yang lalu teman-temannya memang berniat ingin mengunjungi toko Dita namun belum ada waktu dan kesempatan. Dalam waktu dekat ini, mereka bisa berkunjung dalam waktu yang tepat.
    
*****

     Malam harinya, Dita melipat hoodie yang baru saja ia setrika. Beberapa hari ini ia lupa mengembalikannya ke Taeyong. Dimasukkannya hoodie tersebut ke dalam sebuah paper bag hitam.
    Dita bangun lebih awal, ia sudah berkutat di dapur. Ia membuat nasi goreng dengan ayam suwir yang akan ia berikan kepada Taeyong sebagai ungkapan terima kasihnya. Meski sudah agak lama, tapi tidak masalah.
     “Perfect!”ucapnya setelah mencicipi nasi goreng buatannya. Tidak lupa sebuah telur mata sapi setengah matang dan beberapa potong sayuran ia masukkan ke dalam kotak makan.
     Kwang Soo dan Ratna yang terbangun saling bertanya melihat Dita yang sudah bangun dan sibuk di dapur. Pasalnya setiap hari mereka akan lebih dulu bangun dibandingkan dengan Dita. Namun, hari ini berbeda.
     “Masak apa,sayang?”Ratna mendekat lalu memperhatikan dua buah bekal yang telah siap di meja makan.
     “Bekalnya ada dua?”Kwang Soo ikut bertanya.
     “Ini untuk ibu,ya?”tanya Ratna menggoda Dita. Ia lalu pura-pura hendak meraih sebuah bekal namun segera dicegah Dita. “Ada apa? Kau menyiapkan ini untuk Ibu,kan?”
     “Bukan. Untuk appa dan ibu ada di piring masing-masing. Ini untuk Dita dan Ta...,teman Dita,”elaknya.
     “Ia,deh. Untuk teman!”ledek sang ibu membuat Dita mengerucutkan bibirnya.
     “Ternyata anak appa sudah dewasa sekarang!”Kwang Soo mengelus puncak kepala putrinya. Ia sadar saat ini putri kecilnya telah beranjak dewasa. Padahal ia merasa baru saja kemarin ia menggendong Dita kecil ke sekolah dan sekarang sudah sebesar ini. Namun, baginya Dita tetaplah putri kecilnya dan selamanya akan begitu.
    
*****

WHEREWHITAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang