“Kalau mereka pakai masker, itu berarti ini semua sudah direncanakan!”sahut Taeil.
“Maksudmu bagaimana?”tanya Yuta.
“Jadi, begini. Misalkan orang itu hanya secara random saja berada disana dan melihat keberadaan Dita lalu merencanakan niat buruk baru saat itu, maka untuk apa mereka memakai masker yang hampir menutupi seluruh wajah mereka? Tapi, bukankah jalan disana jarang terjadi hal seperti ini. Itu artinya kemungkinan besar memang hal yang menimpa Dita sesuatu yang direncanakan,”semua tampak manggut-manggut mendengar penjelasan dari Taeil.
“Apa yang kau katakan benar. Aku juga merasa demikian. Tapi, sialnya saat itu aku tidak sempat membuka maskernya,”Taeyong menghela napas kasar. “Nanti, sepulang sekolah aku akan menjenguk Dita. Kalian mau ikut?”semua mengangguk.*****
“We?! Bagaimana bisa mereka teledor seperti itu?”kesal Ji Yun saat sang ayah mengabari jika kemungkinan kedatangan berkasnya akan sedikit lambat dibandingkan waktu yang telah mereka tentukan sebelumnya. “Aku tidak mau tau! Berkasnya harus tiba secepatnya,appa! Bagaimana bisa aku menunggu lebih lama lagi. Ini saja aku terus berusaha menemui Tae tapi tidak bisa. Hanya dengan sekolah disana aku bisa bertemu dengannya setia hari! Akh!!!”
“Ji Yun-a! Kau bisa tenang? Anak buah Appa saat ini juga sedang mengusahakannya. Lagipula kau juga, memutuskan pindah sekolah setelah kembali tiba di Korea Selatan. Kenapa sebelum kita pulang kau bilang jika kau ingin pindah,”Park Kyung Sook, ayah Ji Yun. Ia menggeleng melihat tingkah putrinya itu.
“Ji Yun-a, kau tidak perlu khawatir. Setelah berkas-berkas itu tiba kau sudah bisa ke sekolah itu saat itu juga. Jangan khawatir,”Gi Nam ikut menenangkan putrinya.
“Lagipula, kau ini masih saja mengejar Taeyong yang sudah jelas-jelas tidak menyukaimu,”Kyung Sook memutuskan segera berangkat menghadiri pertemuan dengan beberapa rekan bisnisnya. Meninggalkan istri dan putrinya di meja makan dengan wajah kesal mereka.
Sejenak kemudian Ji Yun melangkah kembali ke kamarnya meninggalkan piring yang ia lempar ke lantai. Menambah pekerjaan para pelayan saja bukan? GI Nam menghela napas lalu meminta segera pecahan piring segera dibersihkan.
Kyung Sook awalnya juga setuju dengan perjodohan Taeyong dan Ji Yun. Tapi, melihat penolakan yang Taeyong beri membuat Kyung Sook tidak lagi memaksa, berbeda dengan istrinya,anaknya dan kedua orang tua Taeyong. Mereka masih saja ambisius melanjutkan perjodohan sepihak itu.
“Nyonya ada panggilan telepon dari rumah sakit.”serong pelayan datang sembari memberi ponsel milik majikannya itu.
“Ne, yobusseo!”
”Apakah nyonya atau perwakilan keluarga bisa ke rumah sakit sekarang? Nyonya Park sudah sadarkan diri!”ucap seseorang dari sebrang telepon.
“Ne arasso!” ucap Gi Nam kemudian memutuskan sambungan telepon. “Orang tua itu merepotkan saja!”kesalnya sembari meraih tas branded berwarna putih yang ia letakkan di kursi yang ada di sebelahnya.
*****“Menurut kalian lebih baik buah di keranjang pertama atau yang kedua?”tanya Jinny saat mereka mampir untuk membeli buah tangan yang akan mereka bawa saat menjenguk Dita nanti.
“Mungkin yang pertama!"sahut Mark yang berada tidak jauh dari sana.
“Yang ini?”Mark mangangguk saat Jinny mengangkat sembari menunjukkan buah yang ia maksud. “Ok, menurutku juga begitu. Ini bisa langsung eonnie makan tanpa harus membuka kulitnya,” Jinny lalu memasukkannya ke keranjang.
“Ekhem!!!”batuk Doyoung yang sepertinya batuk yang dibuat-buat mengangetkan mereka semua termasuk beberapa pelanggan toko. “Tampaknya editanku waktu itu berhasil mendamaikan kalian,bukan?!”goda Doyoung berhasil membuat Mark dan Jinny jadi salah tingkah. “Aaa, kalian tidak perlu salah tingkah seperti itu. Bahkan jika kalian butuh bantuan luar agar bisa mengungkapkan perasaan masing-masing, aku tidak akan menolak!”
“Doyoung-a! Shut-up!” Mark menginjak ujung sepatu Doyoung yang berhasil membuatnya merasakan sakit yang luar biasa.
Apa yang Doyoung katakan memang tidak salah. Setelah kejadian itu memang sempat baik Mark dan Jinny saling diam saat bertemu. Namun, lambat laun keduanya justru tidak lagi berdebat atau beradu argumentasi saat bertemu. Hal tersebut seolah membuat keduanya seperti telah mengakhiri masa tersebut dan kini mereka sudah semakin memperbaiki hubungan pertemanan. Meski dugaan teman-teman mereka jikalau keduanya sebenarnya saling tertarik satu sama lain.
“Kalian semua sudah selesai?”semua mengangguk, para gadis juga menunjuk buah tangan yang mereka telah pilih. “Satukan saja semuanya di keranjang. Nanti akan kubayar.”
Setelah belanjaan mereka dibayar, gegas mereka untuk segera ke kediaman Dita. Para gadis memutuskan naik taksi karena ada buah tangan yang harus mereka bawa, sementara para laki-laki mengendarai motor mereka. Baru saja Taeyong hendak naik ke motornya sebuah suara terdengar memanggil namanya. Suara yang membuat Taeyong mendengus sebal.
“Ji Yun!”ucap para lelaki bersamaan saat melihat keberadaan Ji Yun disana. Selama yang mereka tahu bahwa sejak kelulusan mereka Ji Yun pindah ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.
“Hyung! Sejak kapan dia di Korea lagi?”tanya Jaehyun menjadi pertanyaan yang mewakili semuanya.
“Siapa gadis itu?”bisik Lea pada Soodam yang hanya dijawab dengan gidikan bahu tidak tahu. “Kukira kau tau!”.
“Tae, kau sedang apa disini?”tanya Ji Yun basa-basi sembari memegangi lengan Taeyong membuat si empunya lengan menepis dengan kasar.
“Ya, belanja. Apa lagi coba!”celetuk Haechan berhasil membuat ekspresi dongkol Ji Yun muncul seketika.
“Ini kalian semua mau kemana? Aku ikut ya!”semua melirik satu sama lain mendengar ucapan Ji Yun.
Jonhy yang sedari tadi masih memainkan ponselnya terkejut saat sebuah pesan dari Taeyong masuk.
'Jonhy, lebih baik kalian duluan saja. Kalian berpura-pura akan pulang ke rumah masing-masing. Jangan sampai Ji Yun curiga, nanti aku akan menyusul. Segera!'
“Guys, lebih baik kita pulang duluan. Mungkin Taeyong ada urusan dengan Ji Yun,”semua heran pasalnya yang mereka tahu mereka akan ke rumah Dita. Namun, setelah Jonhy memberi isyarat mereka akhirnya mengerti. Tepat saat itu juga taksi yang mereka pesan datang.
“Hyung kami duluan. Hati-hati,ya!”seru Haechan sembari menatap ke arah Ji Yun.
“Apa maksudmu?!Hah?!”tegur Ji Yun yang merasa tersindir.
Tidak ada obrolan. Taeyong memilih diam sementara Ji Yun yang terus menerus berbicara membuatnya menghela napas. Ji Yun terus-menerus memaksa ingin ikut Taeyong. Beberapa kali ia juga mengajak Taeyong makan ke restoran namun sama saja, Taeyong menolak. Meski Taeyong terus berkata ia sibuk, Ji Yun tetap saja kukuh ingin ikut.
“Lalu, bagaimana dengan mobilmu?”pada akhirnya Taeyong bertanya.
“Soal itu, aku tidak menyetir sendiri. Ada sopir yang akan membawanya,”jawabnya antusias.
Taeyong gegas menaiki motornya lalu memasang helm. Satu helm ia beri pada Ji Yun yang diterima dengan sangat antusias. Senyumnya merekah tidak berkurang sedikitpun. Ia lantas naik dan langsung memeluk Taeyong dengan erat, Taeyong terus berusaha melepasnya namun Jika Yun juga terus memeluk Taeyong.
Namun, ekspresi Ji Yun seketika berubah saat ia menyadari jika Taeyong justru membawanya ke tempat yang sangat ia kenali. Ya, bukannya membawa Ji Yun ke restoran atau cafe, Taeyong justru mengantarnya pulang. Hal ini satu-satunya cara yang Taeyong lakukan agar Ji Yun tidak mengikutinya nanti.
“Tae, kenapa kau membawaku pulang?!”protesnya. Ia masih betah duduk di atas motor Taeyong. “Tidak! Aku tidak mau turun!”kukuhnya saat Taeyong memintanya untuk turun.
“Ji Yun-si!!! Turun!!!”bentak Taeyong dengan nada yang naik beberapa oktaf membuat Ji Yun ciut seketika. Bahkan Taeyong enggan meminta balik helm yang Ji Yun kenakan saat ini. Ia segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan kediaman Ji Yun. Sementara Ji Yun tampak berkaca-kaca sembari melangkah masuk ke dalam rumahnya. Ia menangis disertai kekesalan yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
Fiksi PenggemarBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.