BERCERITALAH SAAT KAU SIAP

111 18 3
                                    

     Taeyong baru saja hendak berangkat ke sekolah, namun ia sudah dicegah oleh ayah dan ibunya yang telah menunggunya.
     “Appa ingin bicara padamu,Tae!”
     Taeyong kemudian mengajak kedua orang tuanya untuk ke apartemennya. Tidak mungkin ia akan menjamu mereka di halaman gedung apartemen.
     “Ji Yun akan kembali ke Korea,”ucap Haneul memulai pembicaraan.
     “Lalu, apa urusannya denganku?!”ketus Taeyong, ia membuang muka lalu berdecih paham akan maksud kedua orang tuanya.
     “Kau tau, kerja sama dengan keluarga Park Ji Yun sangat kita butuhkan. Terjalinnya kerja sama bisnis ini akan bisa membuat keadaan bisnis keluarga kita stabil kembali,Tae!”Hwan Jae menghentikan ucapannya lalu menatap dalam Taeyong yang bahkan enggan menatapnya balik. “Tae, apa tidak bisa kau setuju atas perjodohannmu dengan Ji Yun?”Taeyong tetap diam, tidak ada respon.
     “Tae, kami tahu kau sama sekali tidak mencintai Ji Yun. Kami juga meminta maaf jika saat itu kami terlalu cepat mengatakannya padamu dan seolah memaksamu,”imbuh Haneul.
     “Bukankah saat ini juga sama seperti waktu itu. Memaksaku!”batin Taeyong.
     “Jika kalian telah selesai, silahkan keluar. Aku ingin ke sekolah. Silahkan!”Taeyong menunjuk pintu keluar dari apartemennya.
     Baik Hwan Jae dan Haneul tampaknya tidak kehabisan kata-kata. Keduanya masih kukuh membujuk Taeyong untuk menerima dan belajar mencintai Ji Yun. Namun, Taeyong tetap pada pendiriannya.
    
Flashback on

     Setiap kali melakukan pertemuan bisnis, Hwan Jae dan Haneul akan mengajak Taeyong jika sedang tidak bersekolah. Baik sejak saat Taeyong SD bahkan kini saat menginjak bangku SMP, Taeyong sangat senang ikut dikarenakan ia senang bisa bertemu dengan anak-anak dari teman kedua orang tuanya.
     Tidak terkecuali Ji Yun, mereka bahkan sudah saling mengenal sejak awal memasuki sekolah dasar. Bersekolah di sekolah yang sama membuat hubungan keduanya begitu dekat, bahkan Taeyong sudah menganggap Ji Yun layaknya adiknya sendiri. Setiap kali ada yang mencoba mengusili Ji Yun, maka Taeyong akan pasang badan mencegahnya.
     Namun, semua itu berakhir saat keduanya masih duduk di bangku SMP kelas IX. Ji Yun mengungkapkan perasaan suka pada Taeyong yang tentu saja ditolak. Taeyong berusaha memberikan pengertian jika ia menganggap Ji Yun sebagai saudarinya, adiknya. Tapi, ternyata segala perhatian yang Taeyong berikan selama ini dianggap berbeda oleh Ji Yun.
     Sejak saat itu, Taeyong mulai menjaga jarak dengan Ji Yun. Tapi, cara tersebut sama sekali tidak berdampak. Ji Yun terus-menerus mendekati Taeyong kapanpun. Puncaknya saat mendekati kelulusan. Pertemuan kedua orang tua mereka, ternyata Ji Yun sudah mengatakan semuanya pada mereka.
     “Tae, kau mau kan dijodohkan dengan Ji Yun?”ucap ibu Ji Yun saat itu yang langsung mendapat gelengan dari Taeyong. “Kami tidak meminta kalian menikah sekarang atau dalam waktu dekat. Kalian bisa tetap bersekolah dan menikah setelah kuliah kalian selesai nantinya.”
     “Maaf,Bibi! Tapi, aku sudah mengatakan jika Ji Yun itu aku anggap saudariku. Adikku! Aku sama sekali tidak memiliki perasaan lebih padanya dan selamanya tetap begitu!”Taeyong berlari meninggalkan restoran saat itu dan tidak mempedulikan Ji Yun yang mengejarnya.
     Dengan cepat Taeyong menghentikan sebuah taksi dan pergi dari sana. Sejak saat itu, Taeyong mulai menunjukkan sisi lain dirinya. Ia tidak lagi sepatuh seperti yang dulu kepada orang tuanya. Ia tidak lagi suka ikut mereka ke acara pertemuan bisnis maupun pesta. Saat di sekolah ia juga tidak lagi banyak berbicara, bahkan kepada teman-temannya. Taeyong seolah menjadi pribadi yang baru. Berbanding terbalik dengan pribadi Taeyong yang dulu.
     Lalu, bagaimana sekarang? Disaat dia mulai sembuh dan kembali, Ji Yun akan kembali ke Korea. Apakah gadis itu akan menerima kenyataan atau justru memaksakan kenyataan sesuai keinginannya? Sama seperti yang dulu selalu ia lakukan.

Flashback end

     Taeyong melepas seragamnya dan melemparnya asal-asalan. Tubuhnya ia rebahkan ke sofa. Menghela napas kasar. Ingin rasanya ia teriak sekarang juga. Namun, ia tidak seegois itu yang bisa mengganggu penghuni apartemen lainnya.
     Dering notifikasi terdengar dari ponsel yang ada di meja. Sebuah pesan  dari Dita yang menanyakan keberadaan Taeyong.
     “Dia mencarimu rupanya,”Taeyong menarik ujung bibirnya membaca pesan singkat dari Dita. Baru saja Taeyong hendak membalas pesan Dita, sebuah panggilan dari gadis itu kini masuk. Segera Taeyong menjawabnya.
     “Kau tidak lupa kan jika hari ini kita ada penilaian dan juga tes dari mata pelajaran lainnya? Jangan bilang jika saat ini kau berniat tidak ke sekolah! Tae! Kau masih disana?”cerocos Dita dari sebrang telepon. “Tae! Taeyong-a!”
     “Bagaimana bisa aku menjawab pertanyaanmu jika kau terus saja berbicara,”ucap Taeyong-pada akhirnya. “Aku akan segera di sekolah,sebentar lagi aku sampai!”
     Taeyong memutus sambungan telepon dan meraih seragamnya. Gegas ia menuju ke arah lift menuju ke bawah. Niatnya tadi kini urung dilakukan.

WHEREWHITAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang