Taeyong POV
Hari itu aku benar-benar kacau. Sebuah fakta yang membuatku hancur seketika. Selama ini aku berusaha mencari dalang dibalik hal buruk yang menimpa Dita kala itu. Namun, nyatanya orang tersebut adalah orang terdekatku sendiri. Bagaimana jika Dita dan keluarganya mengetahui hal ini? Bagaimana tanggapan mereka?
Di kantor polisi setelah diinterogasi eommaku terus mengatakan jika dirinya tidak bersalah. Meski beberapa tuduhan yang dilabeli padanya memang benar dilakukannya. Akan tetapi, tentang kejadian itu ia sama sekali tidak tahu menahu. Kalian tahu, saat itu aku benar-benar merasa kecewa pada eommaku. Tapi, setelahnya aku bisa melihat kejujuran dimatanya. Lagipula, sedikit mencurigakan jika secara tiba-tiba orang tersebut menyerahkan diri ke kantor polisi dan saat ditanya mengenai dua orang suruhannya itu ia tidak tahu. Aneh bukan?
Aku berusaha menjelaskan semampuku pada Dita dan kedua orang tuanya kala itu. Namun, appaku yang datang justru semakin membuat suasana menjadi tegang. Nampak jelas kekecewaan di wajah Dita dan kedua orang tuanya. Belum lagi selesai soal appaku, datang bibi Ginam disusul Ji Yun dan satu lagi yang cukup mengagetkan adalah Ji Seon. Dia juga secara tiba-tiba ada di kantor polisi dengan dalih mengantar Ji Yun yang ia dapati di tengah jalan. Ingin rasanya ketiganya kubungkam saat mereka malah memanas-manasi suasana yang ada.
Setelah mengejar Dita hingga ke parkiran, paman Kwang Soo mencegahku dan menunggu bukti dariku jika memang benar eommaku tidak ada kaitannya dengan kejadian yang menimpa Dita saat itu. Aku masih punya harapan. Gegas kulakukan motorku menuju ke kost Ryun Woo. Aku harap dia bisa membantuku. Namun, nyatanya aku terlambat memberinya informasi hingga ia sama sekali tidak bisa mendapatkan informasi tentang mantan anak buah eommaku itu.
Malam tiba, aku masih berada di kost Ryun Woo. Seketika otakku buntu, kuajak Ryun Woo ke sebuah bar yang tidak jauh dari tempatnya. Awalnya Ryun Woo menolak dan beralasan aku masih seorang pelajar. Tapi, karena terus kudesak akhirnya ia setuju. Aku tidak lagi bisa berpikir jernih hingga menenggak banyak minuman memabukkan itu. Hingga Ryun Woo memilih pulang sementara aku masih di bar. Aku tidak mengingat dengan pasti berapa lama aku disana.
Saat kesadaranku sedikit kembali, aku melihat Jonhy bersama Haechan dan Doyoung yang sudah membopongku di apartemen. Meski kepalaku masih terasa sakit, bisa kudengar dengan jelas bagaimana Jonhy mengomeliku. Aku cukup tersentak saat mereka mengatakan jika sebelumnya Dita berada di apartemen karena mencariku. Bahkan ia sempat memasak untukku. B*doh! Kukatakan itu untukku, jika saja aku tidak ke bar dan pulang ke apartemen maka aku bisa lebih leluasa berbicara dengan Dita tentang hal ini. Namun, nyatanya semua sudah terlambat.
Setelah mengguyur tubuhku dengar air dan mengganti pakaianku, kesadaranku sudah lebih membaik. Sakit kepalaku juga sedikit berkurang. Segera aku santap makanan yang telah tersusun rapih dimmeja bersama mereka. Namun, saat melihat jam dinding aku baru sadar jika sebentar lagi pukul 12 dan setelah masuk tanggal 25 yang merupakan ulang tahun Dita.
Meski Jonhy bangkit ingin menemaniku keluar, kutolak. Aku gegas melajukan motor meski hanya sekedar menggunakan Hoodie. Aku bisa merasakan bagaimana hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Sialnya ditengah perjalanan rasa sakit dikepalaku kembali memuncak. Untungnya aku bisa tiba di sebuah toko dan melakukan kesepakatan untuk memberikan sebuah kejutan untuk Dita esok pagi. Aku juga sempat mampir di toko tempatku memesan sebuah kalung untuk Dita.
Kusunggingkan bibirku saat membayangkan bagaimana cantiknya Dita saat kalung ini melingkar sempurna di lehernya. Kembali kulihat jam di ponselku dan sebentar lagi hanya tersisa beberapa menit saja pukul 12 tiba. Motor kembali kulajukan ditengah jalan bersalju. Namun, ditengah perjalanan aku hilang keseimbangan saat penglihatanku mulai kabur bahkan sebuah mobil tidak aku sadari keberadaannya. Aku lantas membanting stir motorku hingga menabrak dengan keras pembatas jalan hingga aku terpental dan hilang kesadaran.
Setelah sadar ternyata aku sudah berada di rumah sakit dan sudah cukup lama koma. Karena efek benturan dan durasi koma yang lama membuatku yang baru saja sadar hampir tidak mengenali langsung beberapa orang. Termasuk appaku. Namun, itu hanya berlangsung singkat saja.
Kalian tahu siapa yang paling aku tunggu saat aku sadar? Ya, Dita. Aku menunggunya bahkan saat melihat jam dinding di rumah sakit seolah aku ingin agar berjalan lebih cepat agar Dita bisa pulang segera. Aku menunggunya. Namun, saat melihat kedatangan yang lainnya, aku sama sekali tidak mendapati keberadaannya disana. Kemana dia? Katanya Dita ada urusan, tapi aku tahu mereka telah membohongiku.
Keesokan paginya setelah melihat suasana yang sepi, eomma dan nenek yang pulang ke rumah sementara appa menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda. Untung saja saat itu ada beberapa pakaian yang telah dibawa untukku sebelumnya. Meski harus menahan perih kugerakkan badanku, bahkan aku jalan sedikit tertatih karena kaki kananku yang sakit. Kutinggalkan rumah sakit setelah menghentikan sebuah taksi dan memberikan jam tanganku yang memang ada di saku hoodie sebagai bayaran. Aku tiba di depan rumah keluarga 'PARK'. Sejenak aku beristirahat lalu memnecet bel hingga seorang yang merupakan satpam disana datang membuka gerbang.
Melihat kondisiku ia lantas memapahku masuk ke dalam rumah. Aku terus menanyakan tentang keberadaan Dita, namun semakin lama aku terasa semakin lemah. Melihat kedatangan paman Kyun Sook segera kutodong ia dengan pertanyaanku. Namun, setelahnya aku kembali hilang kesadaran.
Kembali aku sadar bahkan hingga aku pulih dan diperbolehkan pulang namun Dita sama sekali belum datang. Sampai saat ini aku belum melihatnya. Nomor ponselnya terus kuhubungi namun tidak aktif. Sosial medianya juga kini telah menghilang bukan sekedar nonaktif saja.
Aku sengaja ke sekolah pagi-pagi berharap Dita ada di sekolah. Kulangkahkan kakiku menuju rooftop, bukankah selama ini kami sering datang lebih awal agar bisa menikmati sunrise dari atas sana. Tapi, sama saja dia tidak disana. Belakangan baru saja kami ketahui jika Dita sudah pindah bersama kedua orang tuanya, itupun karena Haechan yang protes karena nama Dita yang tidak lagi disebutkan saat sesi absensi.
Sejak saat itu, aku setiap paginya mendatangi paman Kyun Sook untuk menanyakan hal yang sama berulang kali berharap ia mau memberitahu. Akan tetapi ia tampaknya benar-benar tidak bisa memberitahu. Apakah semua ini Dita yang memintanya? Bahkan, karena muak terus melihatku ia memberiku peringatan keras akan berhenti datang setiap pagi dan terus menanyakan perihal Dita padanya.
Aku memutuskan kembali tinggal di apartemen saat mengetahui jika ternyata appa terus memojokkan Dita atas apa yang menimpaku. Bahkan ia memintanya untuk menjauhiku. Itu semua aku dapatkan dari cerita nenek. Kecewa? Aku tidak tahu lagi bagaimana menggambarkan semuanya. Duniaku benar-benar berubah. Tidak seperti dulu lagi.
Aku bahkan hampir sudah tidak bicara lagi, bahkan saat di sekolah. Hanya sesekali aku berbicara saat teman-teman bertanya dan akan aku jawab sesingkat mungkin. Hal menjengkelkan saat Ji Yun yang semakin gencar mengejarku. Berkali-kali aku beri peringatan, akan tetapi tampaknya ia tidak peduli. Hingga hari ini kucengkram tangannya kuat-kuat hingga bisa kulihat manik matanya menahan tangis karena rasa sakit yang ia terima. Hal yang setimpal untuk dirinya yang hanya memandang sebelah mata peringatan dariku. Kejam? Terserah bagaimana ia menganggapku. Aku hanya lelah saja terus bersabar sedangkan dia tidak bisa menghargaiku.
Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa tidak akan ada kata menyerah untuk terus mencarimu. Sudah kutanamkan dalam diriku untuk terus mencarimu sampai kapanpun dan dimanapun itu.Taeyong POV end
*****
Taeyong saat ini seolah telah kehilangan sebagain semangatnya dalam menjalani hari-harinya. Bahkan setelah kenaikan kelas, ia yang mendapat banyak ajakan liburan dari teman-temannya justru menolak. Ia memilih berdiam diri di apartemen. Beberapa kali ia mengunjungi cafe Dita yang sampai saat ini masih berjalan dengan harapan tiba-tiba Dita ada disana atau kedua orang tuanya yang kesana untuk mengecek cafe. Namun, nyatanya tidak begitu.
Sebentar lagi libur panjang akan berakhir. Taeyong yang sedang menikmati secangkir kopi hangat di balkon apartemen tersenyum getir melihat kalender yang ada di sebuah meja. Hari ini merupakan hari ulang tahunnya. Menurutnya tidak lagi ada yang spesial saat tanggal itu tiba. Bel berbunyi membuat Taeyong meletakkan gelasnya lalu bergegas untuk membuka pintu.
“Salahkah jika aku berharap yang di depan pintu itu kau?”batin Taeyong membayangkan jika yang memencet bel tadi adalah Dita.Bersambung...
Maaf part yg hanya bisa segini 🙏😁
Bagian ini khusus untuk isi hati si bapak 🌹
Eh itu yang mencetak bel, si Mbak ⛅?
🤔Jangan lupa vote,komen dan follow yah!!!
Terima kasih!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
FanficBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.