Pagi ini, Dita memutuskan ke apartemen Taeyong untuk melanjutkan dekor apartemen yang terus tertunda. Kemarin Dita sempat memberitahukan dan Taeyong pun juga setuju karena mereka libur sebelum semester dimulai. Meski Taeyong mengatakan akan menjemput, Dita memutuskan untuk berangkat seorang diri. Karena ia sudah menduga jika Taeyong pasti akan telat bangun apalagi mengingat hari ini mereka libur. Belum lagi semalaman Taeyong menghabiskan waktu bermain game di apartemennya saat Mark dan Yuta datang.
“Sudah kuduga, dasar!”ucap Dita pelan saat panggilan ponselnya tidak terjawab.
Setelah merapikan makanan yang ia masak untuk Taeyong, Dita gegas ke depan. Sopir keluarga menawarkan diri untuk mengantar, namun Dita tolak. Ia akan berangkat menggunakan taksi yang telah ia pesan. Semakin banyak yang mengetahui alamat apartemen Taeyong maka kemungkinan besar Ji Yun juga akan mengetahuinya.
Setelah keluar dari lift, Dita gegas memencet bel namun sama sekali tidak ada jawaban. Ia pun memutuskan memasukkan kode apartemen yang telah Taeyong beritahu pada Dita.
“Oh My God!”kata pertama yang Dita ucapkan setelah masuk dan melihat bagaimana pemandangan yang ada di ruang tengah apartemen yang menyerupai kapal pecah. “Tae!!!”teriak Dita sembari meletakkan rantang berisi makanan ke atas meja makan.
Dita bergegas ke kamar si empunya apartemen dan membangunkannya. Namun, bagaimanapun cara Dita membangunkannya Taeyong masih terus meringkuk mempertahankan selimut tebalnya.
“Lima menit lagi!”Taeyong semakin menenggelamkan tubuhnya hingga tertutupi secara keseluruhan oleh selimut berwarna hitam miliknya itu.
Dita hanya menghela napas mendengarnya. Ia lantas memutuskan untuk merapikan kekacauan yang ada di ruang tengah sembari menunggu Taeyong bangun. Hanya beberapa menit saja waktu yang Dita butuhkan untuk merapikan ruang tengah hingga semua telah kembali ke tempatnya masing-masing. Lantainya juga telah Dita bersihkan menggunakan vacum cleaner.
“Wannginya!!!”seru Taeyong yang baru saja bangun dan mendapati Dita di dapur. Baru saja ia hendak menyendok sup yang telah Dita tuang ke mangkok, namun sudah dicegah.
“Sikat gigi dulu, setelah itu mandi baru makan!”titah Dita membuat Taeyong mengerucutkan bibirnya.
“Sesendok saja!”pinta Taeyong namun Dita sama sekali tidak mengizinkannya. Ia pun pasrah dan dengan langkah malas ke kamar untuk mandi sesuai dengan perintah Dita. Namun, sebuah ide usil muncul dalam benaknya saat melihat Dita masih sibuk memindahkan beberapa makanan ke piring.
“Tae!!!”pekik Dita saat Taeyong mengecup pipinya kemudian berlari dengan cepat ke kamar meninggalkan Dita di dapur yang masih dengan ekspresi terkejutnya.*****
“Ya, Ji Yun-a! Kenapa kau memintaku ke kantor polisi dan membuatmu menunggu hampir 1 jam begini,hah?!"protes Ji Seon pada Ji Yun yang baru saja tiba. Ji Seon yang sudah datang sesuai dengan waktu yang Ji Yun katakan kesal dikarenakan Ji Yun justru terlambat dan membuatnya menunggu. “Jika ini soal kerja sama lagi, sebaiknya kau langsung katakan saja apa rencanamu! Tapi, sampai sekarang kau bahkan belum menemukan cara apa yang akan kau lakukan untuk memisahkan mereka!”
“Kau bisa diam atau tidak?!”sergah Ji Yun yang tampak emosi bahkan sejak awal kedatangannya. “Ikut aku!”
Meski kesal, Ji Seon melangkah mengikuti Ji Yun yang masuk ke kantor polisi. Setelah menunggu beberapa saat, keduanya kemudian menuju ke ruang jenguk. Ji Yun memeluk erat ibunya yang sudah beberapa hari ini tidak datang ia temui. Gi Nam tampak bingung saat melihat kehadiran Ji Seon bersama Ji Yun.
“Ini Ji Seon orang yang kuberitahu tempo hari,eomma! Ji Seon, ini eommaku!”Ji Seon sedikit membungkuk memberi hormat pada Gi Nam.
“Apa kau yakin, dia bisa dipercaya?!"bisik Gi Nam yang tampak ragu melihat Ji Seon.
Ji Yun meyakinkan sang ibu jika Ji Seon bisa sangat berguna bagi kelancaran rencana mereka. Meski awalnya ragu, Gi Nam pada akhirnya sedikit percaya saat Ji Yun mengatakan jikalau Ji Seon itu sangat mencintai Dita. Meski demikian, Gi Nam tetap mewanti-wanti Ji Yun untuk tetap menaruh kewaspadaan pada Ji Seon.
“Baiklah, saya harap kau bisa benar-benar kami percaya. Lancarnya rencana tergantung dari diri kita masing-masing, dan jika semua lancar masing-masing dari kita juga akan untung,”ujar Gi Nam.
“Tidak masalah, tapi sama seperti awalnya. Aku sama sekali tidak ingin rencana yang akan kita lakukan menyakitinya sedikitpun. Aku tidak mau,”jelas Ji Seon yang diangguki oleh Gi Nam dan Ji Yun.
“Kau tenang saja, tidak akan ada yang terluka secara fisik nantinya. Mungkin hanya terluka secara psikis saja, thats it,”imbuh Ji Yun.
“Kita bicarakan kembali dengan matang-matang rencana ini setelah aku keluar. Sebentar lagi aku akan keluar dari sini,”ucap Gi Nam.
Selanjutnya Ji Seon memutuskan pulang lebih dulu karena ada urusan yang harus ia selesaikan. Sebelum itu, baik Gi Nam dan Ji Yun kembali memperingati Ji Seon agar tidak mencoba untuk membelot dan mengkhianati kesepakatan. Ji Seon pun meyakinkan mereka.
Ji Yun kembali duduk, wajahnya ia tekuk. Melihat itu, Gi Nam menatap lekat putrinya itu. Beberapa kali Ji Yun mengacak frustasi rambutnya membuat Gi Nam dengan cepat menenangkannya.
“Ji Yun-a, tenang! Eomma saat ini kau pasti semakin tersiksa melihat mereka. Tapi, kau harus tetap tenang. Akan tiba saatnya kau mendapatkan apa yang kau mau selama ini,”ucap Gi Nam meyakinkan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
FanficBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.