“Sebenarnya malas sekali jika harus memohon kepada mereka. Tapi, ini semua kulakukan agar Kyun Sook tidak menceraikan ku!”batin Gi Nam.
Gi Nam lantas bersimpuh di depan Kwang Soo dan Ratna. Ia menunduk suaranya terdengar lirih namun justru membuat Kyun Sook tersenyum pahit mendengarnya. Ratna yang hendak meraih bahu Gi Nam agar bangkit dicegah oleh Kyun Sook. Sebuah gelengan ia perlihatkan.
Sementara itu, Dita masih berdiri di tempat sama seperti Ji Yun saat ini. Keduanya tampak masih belum percaya atas kebenaran tentang mereka. Beberapa kali Dita berusaha melempar senyum pada Ji Yu ditengah suasana tidak menentu ini, namun Ji Yun justru memberinya tatapan permusuhan. Bukankah memang sejak awal bertemu Ji Yun selalu menatap Dita demikian.
“Gi Nam-si, bangunlah! Jangan seperti ini!”ucap Ratna namun mendapat gelengan dari Gi Nam.
“Aku akan terus bersimpuh meminta maaf pada kalian. Aku, aku benar-benar meminta maaf atas kesalahan yang aku lakukan,”tutur Gi Nam dengan deraian air mata.
“Sebaiknya kau simpan air mata palsumu itu! Semuanya tidak mempan karena semuanya akan tetap seperti yang kukatakan!”tegas Kyun Sook. “Ayo! Pergi dari sini!”Kyun Sook membungkuk dan hendak menyeret Gi Nam pergi dari sana.
“Tidak! Aku tidak mau pergi dari sini. Aku tidak ingin berpisah darimu,”rengek Gi Nam namun sama sekali tidak membuat Kyun Sook goyah atas apa yang telah ia putuskan. “Kumohon maafkan aku!”
Gi Nam terus memohon pada Kyun Sook. Ratna bahkan merasa iba menyaksikannya, namun dengan cepat Kwang Soo menyadarkannya jika semua itu pantas Gi Nam terima atas apa yang telah ia lakukan. Jika saja ini bukan rumah sakit, maka kemungkinan Kwang Soo juga akan melampiaskan amarahnya pada Gi Nam. Namun, menurutnya cukup Kyun Sook saja apalagi disana juga ada anak-anak mereka.
Setelah beberapa saat, Kyun Sook kembali tiba bersamaan dengan dokter yang telah memeriksa ibu mereka di ruang ICU. Setelah pertimbangan dokter, mereka diizinkan masuk menjenguk secara bergantian karena masih di ruangan ICU.
Dengan ditemani Ratna, Kwang Soo masuk. Kwang Soo tidak kuasa menahan tangisnya setelah melihat keadaan sang ibu yang terbaring lemah. Setelah belasan tahun mereka akhirnya bertemu kembali. Tapi, bukan bertemu dalam keadaan seperti ini yang Kwang Soo harapkan. Bukan sama sekali.
“Aku yakin eomma kuat. Kau bisa melewati masa-masa sulit ini,”lirih Kwang Soo di daun telinga milik ibunya.
Setelah giliran Kwang Soo kini giliran Dita yang masuk ditemani Kyun Sook. Untuk pertama kalinya Dita melihat sang nenek. Sosok yang selama ini selalu ia tanyakan kepada kedua orang tuanya tiap menjelang libur sekolah. Harapan dan mimpi-mimpi tersebut kini terkabul.
“Selamat siang,nenek! Ini aku Dita. Maaf jika Dita baru datang sekarang,”ucap Dita terdengar suaranya bergetar.
“Nenekmu pasti sangat senang saat sadar dan bertemu denganmu,Dita,”Kyun Sook menepuk pelan bahu sang keponakan yang sudah berlinang air mata itu.
*****Dita menghela napas saat Ji Yun beserta dua orang yang mungkin saja baru direkrutnya untuk menjadi temannya. Karena di kelas jika dilihat semua enggan menjadi teman Ji Yun atas apa yang telah ia lakukan hingga membuat Ga Eun harus dipindahkan ke kelas lain.
“Jika ada hal yang ingin kau katakan, katakan sekarang! Aku sama sekali tidak punya waktu lama-lama,”ucap Dita sembari melipat kedua tangannya membuat Ji Yun membulatkan kedua bola matanya. “Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?!”protes Dita.
“Berani-beraninya kau..,”
“Apa? Kau ingin menamparku?”Dita maju selangkah membuat Ji Yun menurunkan kembali tangannya. “Sekali lagi kukatakan, jika kalian tidak ada hal yang ingin kalian sampaikan sebaiknya minggir!”
“Ok! Begini,”Ji Yun mendekat. “Jangan sampai kau mengatakan kepada semua orang jika kita ini sepupuan. Aku sama sekali tidak sudi jika orang-orang tau, terlebih lagi Tae tau jika kau itu sepupuku,tidak sudi!”bisik Ji Yun penuh penekanan membuat Dita berdecih.
Tanpa mengatakan 'ia' atau 'tidak', Dita melenggang pergi dan segera masuk ke dalam toilet. Sedangkan Ji Yun hanya memandang kesal Dita yang bahkan tidak menjawab sepatah katapun peringatannya.
“Mungkin sekarang kau bisa merasa menang,Dita. Tapi ingat, aku punya segala cara. Mungkin cara saat itu tidak berhasil karena Tae yang datang membantumu. Tapi, bukan berarti cara lain akan bisa tetap membuat Tae percaya padamu,bukan!”batin Ji Yun. Ia tersenyum smirk kemudian berlalu dari koridor toilet kembali ke kantin diikuti oleh dua orang teman barunya.
Saat ke kantin, dari kejauhan Ji Yun melihat keberadaan Ji Seon yang berjalan berlawanan dengannya. Ji Seon yang melihat kehadiran Ji Yun hendak putar balik, namun tangan Ji Yun lebih cepat meraih lengannya dan menariknya ke tempat sepi.
“Bagaimana soal penawaranku waktu itu? Apa kau sama sekali tidak tertarik bekerja sama denganku?!”Ji Yun kembali mengulang tawarannya pada Ji Seon kala itu.
“Ya, aku akui bahwa aku menyukai Dita. Tapi, aku tidak b*doh untuk melakukan hal-hal yang bisa menyakitinya. Aku tidak mau!”Ji Yun tertawa kecil mendengar penolakan Ji Seon atas tawarannya.
“Ya, Ji Seon-si! Siapa juga yang meminta kau menyakitinya? Tidak ada!”Ji Yun kembali tertawa diujung kalimatnya membuat Ji Seon mengerutkan keningnya. “Aku menyukai Taeyong dan kau menyukai Dita. Tawaran kerja sama dariku bukan berarti kita akan melakukan hal yang membuat keduanya terluka,Ji Seon-si. Tapi, kau tinggal katakan saja setuju atau tidak bekerja sama denganku. Setelahnya kau tinggal kuberitahu rencana untuk membuat Taeyong dan Dita saling tidak mencintai lagi satu sama lain. Just it!”
Ji Seon terdiam, sementara Ji Yun tersenyum senang. Mungkin karena Ji Seon saat ini terlihat mulai memikirkan tawarannya, meski belum mengatakan 'ia'. Tapi, Ji Yun tampaknya percaya jikalau Ji Seon akan menerima tawarannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
FanfictionBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.