PERSAINGAN DIMULAI

147 24 3
                                    

     Kedatangan Taeyong bersama Yuta dan Haechan membuat pertanyaan di benak Ku Seon. Apalagi ketiganya langsung ikut bergabung tanpa permisi dan meminta persetujuan. Haechan langsung menggeser kursi Ji Seon dan meletakkan kursi diantara Dita dan Ji Seon. Taeyong sendiri memberi isyarat agar Ga Eun berpindah tempat duduk.
     “Kalian ini apa-apaan? Datang-datang langsung kerusuhan!”ketus Ji Seon dengan ekspresi tidak sukanya, apalagi ke Taeyong yang menatapnya dengan senyum smirk diwajahnya.
     “Merusuh? Kami hanya ikut gabung disini dan kau menganggap kami merusuh? Benar-benar kau ini,”kilah Haechan sembari menggelengkan kepalanya.
     “Bukannya kalian bilang akan mengerjakan tugas di apartemen Taeyong?”Dita bertanya.
     “Itu, apa? Eh,”Taeyong mengode Haechan.
     “Ah, soal itu. Di apartemen Taeyong hyung tersangka sangat gerah karena AC sedang bermasalah jadinya saat ini sedang diperbaiki. Tidak mungkin sekali kami mengerjakan tugas disana,”Haechan mengedipkan matanya ke arah Yuta agar ikut menguatkan alasannya.
     “Ya, benar. Lagipula tidak ada salahnya kalau kami juga kesini untuk mengerjakan tugas kelompok bukan?”imbuh Yuta.
     Kelompok Dita,Ji Seon dan Ga Eun kembali lanjut untuk menyelesaikan segera tugas kelompok mereka. Meski haru diselingi masalah atas kejahilan yang Haechan lancarkan. Tampak Ji Seon berusaha menahan amarahnya, jika terpancing bukankah itu akan membuat citranya di depan Dita rusak.
     “Ji Seon tahan! Jangan buat buruk citranya di depan Dita. Jangan buat dia ilfil denganmu,”batin Ji Seon.
     Jika kelompok Dita sudah hampir selesai, kelompok Taeyong sendiri seolah abai akan tugas kelompok mereka. Justru tugas yang menurut mereka terpenting saat ini adalah mencegah segala bentuk kemodusan yang akan Ji Seon lancarkan. Mereka bisa sekali membaca segala kepura-puraan Ji Seon.
     “Eh, kalian ada disini juga?”sapa Ratna saat baru saja pulang membeli beberapa kebutuhan cafe bersama seorang karyawan.
     Ketiganya lalu bangkit dari duduknya dan membungkuk memberi hormat dengan sopan. Taeyong lantas mengambil alih beberapa bawaan Ratna dan membantunya membawa.
     “Kau ini memang anak yang baik,”puji Ratna membuat Taeyong tersenyum. Namun, hal berbeda justru ditunjukkan oleh Ji Seon yang memandang tidak suka kepada Taeyong.  Mereka kemudian membawa barang-barang tersebut ke dapur cafe.
     “Dasar caper!"ucap Ji Seon pelan namun bisa Haechan dengar dengan pasti.
     “Apa katamu? Kau ini benar-benar tidak bisa berpikir positif ke Taeyong Hyung!” Haechan dengan sengaja meninggikan suaranya membuat Ji Seon gelagapan.
     “Haechan-a! Sudah! Kalian juga lebih baik mengerjakan tugas kalian,”tegur Dita, Haechan menurut namun bisa ia pastikan Ji Seon syok berat saat ini. “Ada apa dengan mereka ini?”bati  Dita kebingungan melihat tingkah mereka bertiga. Belum lagi Taeyong yang seolah baru saja tertular virus Haechan. Yuta juga sama halnya.
     Meski dengan segala gangguan yang ada pada akhirnya tugas kelompok Dita,Ji Seon dan Ga Eun telah selesai. Ga Eun sendiri langsung pamit setelahnya karena jarak rumahnya lumayan jauh.
     “Heh, kau tidak kasihan melihat Ga Eun pulang sendiri? Rumahnya dari sini lumayan jauh. Gentle sedikit masbro!”sindir Haechan pada Ji Seon yang seolah masih disana bahkan setelah tugas kerja kelompok selesai.
     “Apa urusanmu?!”balas Ji Seon tidak kalah ketusnya. Oh, pantas saja Haechan melabelinya 'Si Ketus'.
     “Ini bukan tentang urusan siapa. Tapi, Ga Eun datang kesini bersama dirimu, maka sudah menjadi tanggung jawabku memastikan dia pulang kembali ke rumahnya dengan selamat,”imbub Taeyong menatap tajam Ji Seon. Kali ini ia sama sekali mengatakan itu agar Ji Seon segera pergi dan tidak lagi mencari-cari kesempatan mendekati Dita, melainkan murni mengingatkan Ji Seon akan tanggung jawabnya. Ga Eun datang bersama dengan Ji Seon, maka pulangnya pun harus begitu setidaknya Ga Eun tidak pulang sendirian.
     “Lagi pula tugas kalian sudah selesai,bukan? So , apa lagi?”Yuta menyahut membuat Ji Seon mendengus sebal.
     Ia kemudian merapikan beberapa buku serta alat tulisnya laku memasukkannya ke dalam ransel. Dengan sangat terpaksa, ia juga ikut pulang dan kembali mengantar Ga Eun hingga ke rumahnya. Jika menolak, bisa-bisa harga dirinya semakin diinjak-injak oleh mereka bertiga.
     “Kau kira aku bisa kau buat menyerah?"bisik Ji Seon seolah menantang ke telinga Taeyong kala melewatinya. Ia kemudian beralih menatap tajam Taeyong sembari menyeringai tipis. “Semuanya dimulai!”
     “Oh, kalau begitu jangan salahkan aku jika ujung-ujungnya kau akan menangis!”balas Taeyong tak gentar. Tatapannya tidak kalah mengintimidasi.
     Suasana sejenak hening saat mereka semua menandatangani kepergian Ji Seon dan Ga Eun dari cafe. Terlihat Haechan memberikan tanda hari jempol ke arah Taeyong dan Yuta.
     “Masih mau diam berdiri disana, tugas kalian bahkan belum ada yang kalian selesaikan satu pun,”ujar Dita.
     “Mudah saja. Semua ini akan mudah saat pikiran juga tenang,”sahut Taeyong yang ambigu bagi Dita.
     “Memangnya tadi keadaan pikiran kalian bertiga bagaimana? Sampai-sampai kalian belum mengerjakan bahkan belum mulai sama sekali untuk menyelesaikan tugas kalian,”tanya Dita panjang lebar.
     “Ia,sejak tadi pikiran Taeyong hyung sedang tidak...,”
     “Tidak usah dipikirkan,Dita. Kami pasti bisa menyelesaikan tugas ini. Gwencana!”Taeyong menutup rapat mulut Haechan yang embernya hampir bocor.

WHEREWHITAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang