ORIENTASI & ADAPTASI

479 41 12
                                    

     Mentari sebentar lagi akan kembali ke peraduannya. Cahaya jingganya kini menghipnotis menelisik setiap sudut alam. Tidak terkecuali pada sebuah toko sederhana yang terletak di sudut jalan. Tampak seorang gadis sedang menatap serius layar ponselnya. Ekspressinya tampak gusar sembari sesekali menangkap wajahnya.
     “Dit! Memangnya pengumuman hasil tesnya pukuk berapa?”gadis bernama Dita itu tersenyum kecil sembari menggaruk pelan kepalanya. “Lah,ditanya malah cengengesan.”
     “Pukul 5 lewat 10,Bu!”Dita kembali menatap layar ponselnya yang ia sandarkan pada setumpuk buku.
     Sang Ibu hanya menggeleng kecil dikarenakan jam dinding di toko mereka baru menunjukkan pukul 4 lewat 55, itu artinya masih ada sekitar 15 menit lagi hasil pengumuman tes beasiswa keluar. Sedangkan Dita sudah menunggu dengan gusar di depan ponselnya.
     Detak jantung Dita benar-benar semakin berdegup kencang, seolah ia baru saja lari berkilo-kilo meter jauhnya. Menit demi menit berlalu membuat pengumuman hasil tes semakin dekat. Ia kian gusar dengan ekspresi wajah menyiratkan rasa takut.
     “Come on!”ucapnya tidak sabar.
     Namun, semua itu rasa takut itu sirna saat sebuah nama 'Park Aditya Karang ' terpampang nyata sebagai salah satu dari 10 siswa yang berhasil lolos di Fast Art International High School. Ia berjingkrak menunjukkan kebahagiannya.
     “Dit! Ada apa?!”sang ibu datang dengan tergopoh-gopoh.
     “Ada apa? Dit?”seorang lelaki paru bayah yang baru saja datang juga tampak kebingungan dan khawatir.
     “Appa!Ibu! Dita lolos!”ujarnya sembari memeluk kedua orang tuanya. Meski sempat dibuat kebingungan, keduanya kini semakin mengeratkan pelukan pada putrinya itu. Mereka benar-benar bangga akan apa yang telah dicapai oleh putri mereka saat ini.
     Tidak henti-hentinya ucapan selamat mereka ucapkan pada Dita sore itu. Dengan penuh senyum dan kebahagiaan, mereka mulai menutup toko sebelum pulang kembali ke kediaman mereka.
     “Ibu dan Appa benar-benar bangga sama kamu,Dit!”ucap sang ibu.
     “Apa yang ibumu katakan benar,Dit!”sang ayah membenarkan. “Appa juga mau minta maaf,Dit!”Dita mengernyitkan keningnya. “Jika saja appa bisa bekerja keras dan mendapatkan uang yang lebih, mungkin saja jalur beasiswa tidak menjadi satu-satunya jalan yang bisa kau tempuh dan harapkan  agar bisa masuk ke sekolah impianmu. Jadi, kamu tidak terlalu terbebani.”
     “Apa yang appa bicarakan? Aku sama sekali tidak merasa terbebani. Justru ini menjadi tantangan bagiku meski awalnya aku sempat pesimis karena kuota beasiswanya hanya ada 10. Tapi, syukur pada akhirnya aku termasuk kedalam daftar 10 itu. Jadi, appa dan ibu jangan merasa bersalah,”ujar Dita.
     Fast Art International High School (FAIHS) memang telah menjadi sekolah impian Dita bahkan sebelum lulus sekolah menengah pertama. Selain karena masuk dalam jajaran sekolah favorit, kesukaan Dita akan seni menjadi salah satu alasan utamanya. Berbagai persiapan sudah disiapkan oleh Dita sejak lama. Jika ada waktu senggang Dita akan menyempatkan waktu untuk mencari tahu tentang FAIHS melalui internet.
     Dita tahu benar, jika setelah ini justru perjuangannya baru dimulai. Dimana ia harus bisa menjaga dengan baik image dirinya. Setidaknya ia tidak boleh melakukan kesalahan meski hal itu terdengar mustahil. Itu semua tentunya dikarenakan menjadi siswa baru dengan jalur beasiswa prestasi, tentu hal tersebut membuat para penerima beasiswa yang sama seperti Dita seolah mendapat perhatian besar dari pihak sekolah. Melakukan pelanggaran-pelanggaran sekecil apapun itu tentunya sangat diperhitungkan.
     “Fighting,Dita!”ucapnya menyemangati dirinya sebelum tidur.
     Park Aditya Karang, ia merupakan anak blasteran Korea Selatan-Indonesia. Sang ayah yang bernama Park Kwang Soo merupakan warga negara Korea Selatan sedangkan sang ibu bernama Dwi Ratna berkewarganegaraan Indonesia. Dita merupakan anak tunggal, bahkan kedua orang tuanya mengalami penantian panjang sebelum kehadiran Dita ditengah-tengah mereka. Butuh waktu 5 tahun setelah pernikahan barulah kehadiran Dita melengkapi kebahagiaan mereka. Kebahagiaan yang selama ini terasa kurang.
     Ada begitu banyak cerita yang telah mereka lalui bersama. Berbagai hal, termasuk masalah-masalah kecil yang sering datang. Namun, hal tersebut jugalah yang semakin menguatkan ikatan mereka bertiga. Park Kwang Soo ayah Dita bekerja sebagai keamanan di sebuah mall sedang ibu Dita bekerja di toko roti sederhana milik mereka. Biasanya Dita akan ke toko jika telah pulang dari sekolah, meski baik Ratna ataupun Kwang Soo melarang.
   
*****

WHEREWHITAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang