Beberapa hari berlalu, meski Taeyong telah melewati masa kritisnya akan tetapi hingga saat ini ia masih dalam keadaan koma. Bahkan beberapa alat bantu masih menempel jelas di sekujur tubuhnya. Selama itu juga Dita rutin datang bahkan malam tahun baru ia minta agar diizinkan menemani Taeyong di rumah sakit. Hwan Jae yang memang telah mengizinkan asalkan Dita juga menepati janjinya. Meskipun beberapa kali harus bertemu dengan Ji Yun, Dita tidak peduli. Karena yang menjadi fokusnya saat ini adalah berada di samping Taeyong sebelum keputusan itu ia lakukan nantinya.
Hari ini, Taeyong telah dipindahkan ke ruang rawat. Sedikit demi sedikit alat-alat medis yang membuat ngeri saat melihatnya tidak lagi terus menempeli Taeyong.
“Dita, bibi ke toilet dulu,ya!"izin Haneul. Setelah mendapat anggukan, Haneul lantas keluar meninggalkan ruang rawat Taeyong.
Lagi dan lagi, Dita tidak kuasa menahan tangisnya melihat Taeyong yang masih belum sadarkan diri. Bahkan kondisi matanya saat ini benar-benar terlihat sembab sekali. Dengan pelan Dita meraih tangan kanan Taeyong, dielusnya pelan lalu dikecup dengan lembut.
“Tae, aku tau meski saat ini kau belum sadarkan diri tapi aku yakin kau bisa mendengarkanku. Aku tau kau kuat, kau pasti bisa melewati semua ini. Buktinya kau masih terus bisa bertahan sampai sejauh ini,”lirih Dita tepat di dekat daun telinga Taeyong. “Maaf! Maaf jika hanya untukku kau harus seperti ini. Maaf!”
Dita mengusap sejenak air matanya lalu kembali meluapkan segala isi hatinya pada sang kekasih yang terbaring.
“Tae, aku yakin kau pasti bisa secepatnya sadar. Tapi,...,”bibir Dita keluh tidak kuasa melanjutkan ucapannya. “Maaf, jika setelah kau tersadar aku tidak bisa lagi di dekatmu. Maaf, mungkin aku terdengar egois. Tapi, ini semua demi kebaikanmu. Aku tidak ingin semakin banyak hal buruk yang akan menimpamu jika terus bersamaku,aku tidak mau!”
Tidak lagi bisa berkata-kata, Dita memeluk Taeyong erat. Ia ingin Taeyong segera sadar dari komanya. Tapi, disisi lain ia tidak ingin menjauh dari Taeyong dengan cepat.
Haneul yang memang sedari tadi berada di balik pintu tidak kuasa menahan tangisnya. Ia lantas kembali masuk dan membawa Dita dalam dekapannya. Beberapa kali ia membujuk agar Dita tidak perlu mempedulikan perjanjiannya dengan Hwan Jae. Namun, Dita kukuh karena ia sepertinya benar-benar menganggap segala perkataan Hwan Jae benar.
“Ottoke? Lalu, setelah Tae bangun, apa yang harus bibi katakan padanya?"lirih Haneul sembari mengeratkan pelukannya pada Dita.
Hwan Jae yang datang hendak masuk namun urung. Ia melangkah sedikit menjauh dari ruang rawat putranya itu. Pemandangan yang ia lihat tadi benar-benar mengoyak hatinya. Ia merutuk dirinya sendiri. Ia merasa tidak tega pada Dita, tapi keadaannya saat ini benar-benar memaksanya untuk tega. Apalagi hal ini menyangkut kelangsungan rumah tangganya.
“Miane!!!”lirih Hwan Jae.
“Hwna Jae-a! Kau kenapa?”tanya sang ibu yang memang datang bersama Hwan Jae tadi. Tapi, ia ke toilet sejenak dan bingung melihat putranya yang memukul kepalanya sendiri. “Kau kenapa?"
“Ini, kepalaku hanya sedikit pusing,”alibi Hwan Jae pada sang ibu.*****
Kyun Sook dan Kwang Soo tampak membahas kembali tentang cabang perusahaan yang akan mereka bangun di Indonesia. Keduanya juga telah membicarakan hal ini dengan sang ibu. Keduanya paham bahwa sang ibu akan keberatan dengan keputusan mereka, apalagi tentu jika Kwang Soo ke Indonesia pasti tidak bisa sebentar.
“Eomma, tidak perlu khawatir. Aku usahakan kembali setiap 6 bulan sekali atau 2 kali,”ujar Kwang Soo.
“Tapi,Hyung. Apa kita undur sebulan atau sedikit lebih lama. Mengingat Dita saat ini,”usul Kyun Sook.
Kwang Soo merenung sejenak memikirkan usulan dari sang adik. Tapi, jika terus menunda bukankah para investor bisa hilang kepercayaan pada mereka dan tentunya akan membuat mereka kecewa. Padahal mereka telah berbesar hati menunggu setelah mengetahui jika ada masalah yang membuat rencana diundur. Jika kembali diundur maka semuanya bisa kacau.
“Akan kubicarakan dengan Dita. Jika memang dia belum bisa ikut, tidak mengapa? Aku paham ada banyak hal yang harus dia selesaikan saat ini,”ucap Kwang Soo lantas pamit meninggalkan kamar sang ibu. Diikuti Kyun Sook.
Kwang Soo yang keluar berpapasan dengan sang istri yang hendak menaiki anak tangga. Sebuah gelas berisikan teh hangat ia bawa dengan nampan. Kwang Soo lantas mengekor di belakang ikut masuk ke kamar Dita. Tampak Dita yang berbaring di sofa ya g sengaja ia yang menghadap ke jendela.
“Dita, tentang rencana ke Indonesia. Apa kau sudah memikirkannya baik-baik?”Kwang Soo memulai obrolan.
“Jika kau...,”
“Aku akan ikut!”sahut Dita memotong ucapan sang ibu.
Baik Ratna maupun Kwang Soo bersitatap, keduanya sedikit terkejut mendengar keputusan Dita. Padahal, kelihatan bagaimana awalnya Dita ragu untuk ikut. Keduanya tidak lagi bertanya perihal hal tersebut, jika itu sudah menjadi keputusan Dita sendiri.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
FanficBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.