“Kalau suka, sampaikan cepat. Jangan sampai seseorang mendahuluimu,”pernyataan sang nenek cukup membuyarkan lamunan Taeyong yang sedari tadi bisa ia pastikan sedang memikirkan Dita. “Nenek lihat Dita tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain. Sikapnya yang ramah dan parasnya yang menis, bisa membuat siapa saja tahun cinta padanya,”Taeyong menggeleng pelan.
Beberapa saat Taeyong terdiam tampak mencerna ucapan sang nenek.
“Tae!”sang nenek meraih tangan Taeyong yang duduk disebelahnya. “Dari kecil kau sudah sangat dekat dengan nenek. Nenek bisa tahu kapan kamu berkata jujur dan kapan kamu menutupi sesuatu. Sulit menemukan gadis yang seperti Dita,Tae!”ujar sang nenek seraya menatap dalam manik mata cucunya itu.
Taeyong menuruni mobil setelah tiba di halaman apartemen. Sang nenek mengajaknya untuk ke rumah, namun ia juga paham jika tampaknya Taeyong butuh waktu sendiri. Syukur-syukur ia bisa menyadari perasaannya pada Dita.
“Pak Han bawa mobilnya hati-hati,ya!”sang sopir mangangguk patuh mendengarnya. “Nenek jangan lupa kabari aku saat tiba nanti,”Taeyong memeluk erat sang nenek.
“Kau juga segera atur dekorasi apartemenmu. Jangan sampai furniture dan hiasan-hiasan yang nenek beli tadi kau anggukan di kardus,”Taeyong hanya menyengir sembari menggaruk kepalanya lalu mengangguk pelan.TAEYONG POV
Suasana hatiku benar-benar tidak karuan, bahkan hingga sekolah dimulai. Segala hal yang beberapa minggu terakhir terus saja menghantuiku. Keputusanku tinggal di apartemen sama sekali tidak membantu. Hal itu pula yang membuatku seolah tidak bersemangat saat di sekolah.
Namun, semua itu perlahan berubah dan sedikit demi sedikit membuatku kembali ke pribadiku yang dulu. Dita! Gadis itu sekelas denganku dan setiap harinya terus saja mengajakku mengobrol, bahkan tanpa adanya respon dariku sama sekali tidak menyurutkannya. Ya, kuakui tingkahnya yang hampir sama seperti Haechan membuat ia mudah akrab dengan orang lain. Ia ramah, periang, dan juga rendah hati. Hanya saja cerewet dan agak ceroboh. Terbukti beberapa kali ia melakukan hal ceroboh dan menyulitkan dirinya sendiri.
Hari ini aku yang sedang menemani nenek belanja, lebih tepatnya belanja untukku. Dia seolah baru saja menginspeksi mendadak apartemenku. Mengomentari look apartemenku yang kosong. Memang pada dasarnya aku yang malas untuk sekedar menambahkan beberapa furniture untuk lebih menghidupkan suasana di apartemen. Pasalnya saat di apartemen teman-teman memberi beberapa barang-barang yang bisa digunakan untuk dekorasi.
Aku pamit ke nenek saat panggilan alam tiba. Namun, sama sekali tidak menyangka jika pukulan demi pukulan akan menyambutku saat selesai. Dita. Ia gadis itu tiba-tiba saja memukuliku dan menuduhku menelantarkan nenek dengan banyak belanjaan. Baru saja aku ingin menyapanya, tapi tangannya itu lebih dulu menyapaku. Jangan katakan jika ia sekedar bercanda memukuliku, karena nyatanya ia pukulannya terasa sakit. Jika melihat postur tubuhnya yang mungil, tidak akan pernah kalian sangka kekuatannya.
Sedikit kekesalan karena pertemuannya dengan nenek malah berakhir menjadikanku bahan roasting. Tapi, jujur beberapa kali aku memperhatikannya saat asyik berbincang bersama nenek membuatku ikut tersenyum meski ekspresinya harus kuubah saat dia mulai sadar.
Aku memasuki apartemen dan merebahkan tubuhku di atas sofa. Perkataan nenek barusan benar-benar terus terngiang di kepalaku saat ini. Jujur, aku belum bisa mengatakan apakah perasaanku saat ini bisa dibilang cinta atau tidak. Aku masih bimbang.
Banyaknya momen yang kami lewati bersama membuat kami dekat akhir-akhir ini. Bahkan sebelumnya sama sekali tidak kusangka akan sedekat ini. Apa aku ini benar-benar sudah jatuh cinta padanya? Tapi, bagaimana jika perasaan yang kumiliki tidak ia miliki. Maksudku, bagaimana jika Dita memang hanya menganggap ku sebagai temannya, sama seperti yang lainnya.TAEYONG POV END
*****“Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Taeyong!” Hwan Jae memijat pelipisnya. Tampaknya ia masih sangat kesal dengan tindakan yang Taeyong lakukan saat di pesta Pak Jun beberapa waktu yang lalu. Belum lagi sejak saat itu Taeyong masih di apartemen dan sama sekali tidak ke rumah untuk sekedar meminta maaf.
“Tapi, bukankah saat itu Tae mengirim pesan bahwa ia sedang sakit perut,"Haneul berucap.
“Dan kau percaya?”Haneul mengangguk pelan. “Kau ini seperti tidak mengenal putramu itu. Itu hanya sekedar alibi semata. Dia memang selalu saja memberontak,”rutuk Hwan Jae.
“Harusnya kalian berdua menjadikan ini untuk mengoreksi diri kalian!”sahut Lee Yoo Mi, nenek Taeyong yang baru saja tiba. Tatapannya tajam ke arah mereka berdua. “Kau mengatakan bahwa putramu pemberontak? Sebaiknya kau tanyakan pada dirimu sejak kapan ia menjadi pemberontak pada kalian? Apa kalian lupa jika sebelumnya ia anak yang penurut, bahkan sampai saat ini. Tingkah yang kalian anggap sebagai pemberontakan hanya sebuah pembelaan yang ia lakukan agar tidak kalian atur dia seenak dan semau kalian saja! Dia sudah dewasa, dia berhak menentukan pilihan hidupnya sendiri. Itu bukan berarti menjadikannya seorang anak yang durhaka. Sekali lagi kalian camkan bahwa Taeyong masih Taeyong yang dulu, hanya saja karena ketamakan kalian membuat sisi lain darinya bangkit melawan!”
Bagai Sambaran petir, Hwan Jae dan Haneul terdiam membatu. Mulut keduanya tertutup rapat, tidak lagi ada kata-kata yang mereka keluarkan. Bahkan setelah kepergian Goo Mi keadaan masih hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
FanficBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.