"Omo,Daebak!"ucap Doyoung.
“Selamat datang di penginapan SunVilla!"ucap Dita membuat Haechan berbalik dan sukses membuat keduanya terkejut tidak percaya. Doyoung yang kini berbalik juga terdiam tidak percaya. Bahkan Dita yang sebelumnya memegang kalungan bunga kini mematung tidak percaya.
"Dita noona!!!"seru Haechan dengan volume suara yang tinggi.
“Kalian?”
Dita sama terkejutnya saat melihat rombongan turis yang menyewa villanya merupakan teman-temannya. Teman yang telah lama tidak bertemu dengannya. Mereka yang Dita pikir mungkin telah membencinya. Haechan yang memang telah menganggap Dita sebagai kakaknya sendiri langsung memeluk Dita dengan erat.
“Noona, aku sangat merindukanmu. Kenapa kau selama ini tidak ada kabar?”cicitnya.
Dita terdiam, ia sama sekali tidak bisa mengeluarkan satu katapun dari mulutnya. Gadis-gadis kini melangkah maju dan sama-sama memeluk Dita. Mereka semua melepas kerinduan yang teramat dalam. Tangisan haru mengiringi pertemuan tersebut.
“Mau peluk juga!”celetuk Doyoung yang justru mendapatkan rangkulan dari Jonhy di lehernya.
“Nih, peluk!”
Dita yang juga tidak kuasa mehana tangisnya sesekali tertawa saat mendengar bagaimana teman-temannya mengomeli dirinya. Dita juga merasa lega karena pikiran buruknya yang mengira jikalau mereka sudah melupakannya nyatanya keliru. Ia lantas mengusap air matanya dan mulai mengalungkan kalungan bunga pada teman-temannya satu persatu.
“Masih ada dua, Bu,”Dayu mengangkat sedikit nampan yang ia pegang. Masih ada dua kalungan bunga.
“Maaf, tadi ada sedikit barang yang kami periksa,”Jaehyun muncul seraya memperlihatkan ranselnya. “Ia,kan,hyung?”
Taeyong hanya mengangguk kecil memberi balasan. Kedua manik matanya menatap Dita yang justru menunduk seolah enggan untuk melihatnya. Bahkan saat mengalungkan bunga, Dita sama sekali tidak mengarahkan pandangan pada Taeyong yang terlihat berkaca-kaca.
“Kamar kalian semuanya sudah disiapkan, sisanya akan dijelaskan oleh Dayu. Aku pergi dulu.”
Namun langkah Dita masih kalah cepat dengan Taeyong yang meraih pergelangan tangannya. Dita kini berada dalam dekapan Taeyong. Bisa Dita dengan bagaimana suara Taeyong bergetar menyatakan betapa rindunya ia pada Dita. Tidak ada kata lain yang bisa lagi diucapkan oleh Taeyong selain kata 'rindu'.
“Nomu bogoshippoyo! ”lirih Taeyong membuat Dita kembali berderai air mata.
“Semoga saja mereka berdua bisa menemukan solusi atas hubungan mereka,”ucap Yuta yang diangguki oleh yang lainnya. Mereka bahkan ikut terharu menyaksikan kedua teman mereka itu. Mereka menjadi saksi bagaimana kerasnya Taeyong berusaha mencari keberadaan Dita selama bertahun-tahun, hingga tahun ini semua berbuah manis.
“Dita!!!”
Dita melepas dengan paksa pelukan Taeyong dan melenggang pergi dengan cepat dari villa. Bahkan panggilan dari Taeyong sama sekali tidak dihiraukan oleh Dita. Taeyong tidak mengejar, ia berpikir mungkin ini terlalu mendadak dan Dita perlu waktu sejenak. Mereka lantas diantar ke kamar masing-masing oleh Dayu dan yang lainnya untuk segera beristirahat.
“Apa pria tadi memiliki hubungan spesial dengan Bu Dita?”tanya salah seorang karyawan pada Dayu.
“Hus! Apapun itu, kita sama sekali tidak punya hak untuk ikut campur!”ujar Dayu.*****
Pagi harinya saat sarapan, Dita hanya melamun. Tangannya hanya menggerakkan sendok dan garpu diatasi makanannya. Sama sekali belum ada makanan yang ia masukkan ke dalam mulutnya. Kwang Soo dan Ratna hanya bertukar pandangan saling melempar pertanyaan.
“Makanannya bisa ngambek kalau cuman diaduk saja,Dit!”ucap Ratna memecah lamunan sang putri. “Ada apa? Apa ada masalah dengan villa atau cafemu?”Dita menggeleng.
“Lalu apa? Semalam kau tidak ikut ke pesta karena ada urusan di villa. Ada tamu penting kan katamu? Apa ada kaitannya dengan itu?”lagi dan lagi Dita hanya menggeleng sebagai jawaban untuk sang ayah.
“Rombongan turis yang semalam datang itu teman-temanku. Taeyong dan yang lainnya. Mereka yang datang,”ucap Dita cukup membuat sang ibu dan ayahnya tampak terkejut. Dita menyipitkan kedua matanya, “jangan bilang appa dan ibu yang memberitahukan semua pada Taeyong. Saat kalian ke Korea,benar?”
“Dua bulan lalu saat kami ke Korea, memang kami bertemu dengan Taeyong. Tapi, pertemuan itu juga tidak sengaja. Ibu dan appamu yang baru saja bertemu kolega di restoran berpapasan dengannya.”
“Ya,apa yang ibu katakan itu benar,Dit. Bahkan saat itu Taeyong ternyata sudah tahu yang sebenarnya. Tapi, dia sengaja menunggu waktu yang pas karena apa? Karena dia paham apa yang kamu alami dan memberikan waktu lagi agar kamu bisa pulih. Agar rasa takut itu benar-benar hilang dari diri kamu,”tutur Kwang Soo berusaha meyakinkan Dita.
Meski hendak berangkat ke cafe tanpa menghabiskan sarapan, namun Ratna tidak membiarkan hal tersebut. Barulah setelah Dita menghabiskan sarapannya ia dibiarkan pergi oleh sang ibu.
Jika boleh jujur, ingin rasanya Dita segera mungkin ke villa guna menemui Taeyong dan yang lainnya. Namun, rasa takut itu terus menghantuinya. Rasa takut itu seolah benar-benar telah mengambil alih dirinya. Ia rindu pada Taeyong, namun ia juga takut jika ia kembali dekat-dekat dengan Taeyong maka bisa jadi hal buruk akan menimpa Taeyong. Hal tersebut masih diyakini Dita hingga saat ini.
“Bu Dita!”panggil karyawan cafe namun tampaknya Dita tidak mendengarnya. “Bu Dita! Bu Dita mau kemana?”
“Mau ke cafe. Kamu send...,”ucapan Dita terhenti saat menyadari jika hampir saja melewati cafenya,“astaga!”Dita menepuk jidatnya sendiri saat menyadari kekeliruannya.
“Makanya saya tanya. Soalnya saya bingung lihat Bu Dita terus jalan melewati cafe.”
Dita menggeleng lalu masuk ke dalam cafe. Tampaknya disana ada Soodam dan Jungwoo yang sedang menikmati kopi mereka. Soodam bangkit dari duduknya dan memeluk Dita, tampaknya ia masih begitu rindu pada sang sahabat.
“Yang lain sepertinya masih tidur. Aku sengaja bangun pagi, soalnya mau ke pantai melihat sunrise,”ujar Soodam seraya tersenyum lebar menampilkan jajaran gigi putihnya.
“Dita-si, ternyata vibes cafe mu ini sangat sama dengan yang di Korea. Bahkan beberapa dekorasinya aku lihat sama persis. Jika berada disini, seperti berada di cafemu yang ada di Korea. Tidak ada bedanya,”ujar Jungwoo. Kedua bola matanya menyusuri setiap sudut cafe.
“Jungwoo-ya!”tegur Soodam saat menyadari jika apa yang kekasihnya ucapkan tadi sepertinya kurang tepat momennya.
“Maaf, tapi aku...,”
“Tidak apa-apa. Lagipula, apa yang kau katakanemang benar. Aku memang sengaja membuat cafe ini seperti dengan cafeku yang ada di Korea. Segala furnitur dan tata letak benda-benda yang ada sengaja kubuat sama persis. Ya, setidaknya saat aku merindukan suasana disana cafe ini bisa sedikit mengobatinya. Meski pada dasarnya tidak akan terasa sama,”ujar Dita.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEREWHITAL (TAMAT)
FanfictionBerusaha sama-sama kuat atas apa yang bertubi-tubi datang. Hingga saat salah satunya memilih mundur dengan dalih untuk kebaikan sang kekasih. Namun, nyatanya itu justru membuatnya sakit dan terpuruk bagi keduanya.