Bab 3

16 2 0
                                    

Cakra sudah berulang kali membolak-balikkan bukunya, namun gadis yang ia tunggu tidak kunjung muncul. Laki-laki itu menghembuskan napas kasar, sebentar lagi masuk dan mereka bahkan belum berangkat ke sekolah.

"Hai, maaf telat. "

Akhirnya, suara gadis itu membuat Cakra menoleh, di sampingnya Alura telah berdiri dengan memakai baju seragam sekolahnya. Perasaan Cakra saja, atau ada yang aneh dari penampilan gadis itu.

"Kenapa? " tanya Alura heran. Baru kali ini Cakra menatap wajahnya lama.

"Ayo." Bukannya menjawab, Cakra memilih pergi, diikuti oleh Alura.

"Kita naik mobil? " tanya Alura.

"Hm."

Alura tidak berkata lagi, ia masuk ke dalam mobil, dan duduk di samping Cakra.

"Lo emang bisa bawa mobil? " tanya Alura ragu.

"Tck, walaupun gue miskin, bukan berarti gue gak bisa bawa. "

"Yaudah si, gue cuman nanya. "

Mobil melaju kencang, membelah jalanan yang terlihat lenggang. Sedari tadi, mereka hanya diam tanpa ada yang memulai pembicaraan. Jujur saja Alura tidak nyaman dengan kondisi ini, karena gadis itu tidak menyukai keheningan ini.

"Mama lo nggak jadi tinggal di rumah gue? " tanya Alura memecah keheningan.

"Nggak, ibu gak mau ikut. "

"Kenapa? Padahal di rumah gue enak, mama lo gak perlu kerja, karena ada bibi yang melayani. "

Cakra menghela napas. "Kok sewot? Terserah ibu gue. "

Wajah Alura seketika masam. "Gue cuman nanya! " jawab Alura ngegas.

Cakra diam tidak menjawab.

"Lo kenapa sih kaku banget jadi orang, gue nggak bisa diam gini doang," keluh Alura.

"Terus lo mau gue joget? " kali ini sepertinya kesabaran Cakra sudah mulai habis.

"Ya nggak lah bego, gue cuman mau lo bicara, walaupun cuman sekedar basa basi. "

Cakra menaikkan satu alisnya. "Manfaat? "

"Untuk tumbuh kembang lo! Pake nanya manfaatnya, " ujar Alura kesal.

Cakra tidak lagi membalas perkataan Alura, laki-laki itu memilih diam sembari melajukan mobil lebih kencang.

"Nanti sepulang sekolah gue mau ke mall. " Kembali Alura berbicara.

"Oh."

"Gue tunggu lo di parkiran, jangan sampai telat. "

"Hm."

Akhirnya mereka berdua sampai ke sekolah, Cakra langsung saja memarkirkan mobil ke parkiran sekolah. Alura yang melihat itu menghela napas lega, jujur tadi ia sedikit takut mobil kesayangannya tergores, ternyata Cakra memarkirkan mobilnya dengan baik.

Gadis itu membuka pintu, dan hendak turun.

"Rambut lo nggak bagus di gituin. "

Tiba-tiba saja terdengar suara dingin Cakra, sontak Alura menoleh menatap wajah Cakra.

"Ha? Lo bilang apa barusan? "

Cakra berdehem. "Rambut lo nggak bagus di ikat. "

Alura sontak saja mengambil cermin dari tasnya, dan berkaca. "Bagus kok, " jawabnya polos.

Ketika Alura hendak menatap kembali Cakra, tiba-tiba saja tangan Cakra sudah lebih dahulu mengarah ke belakang kepalanya, dan menarik ikat rambut gadis itu, membuat rambut panjang Alura terurai dan menutupi leher putih Alura.

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang