Cklek...
Cakra membuka pintu rumah dengan pelan, ia masuk ke dalam dengan raut suram. Baru saja ia hendak masuk ke kamar tiba-tiba Haniya muncul dari dapur dan langsung mendekati Cakra.
"Cakra, sudah berbicara dengannya? "
Cakra memutar tubuhnya menghadap Haniya. "Ibu, " lirih Cakra pelan. "Sakit rasanya melihat ia terluka dan menangis karena aku, tapi aku pun tidak bisa--" Cakra menghentikan ucapannya, ia tidak sanggup untuk berkata-kata lagi. Bahunya yang tegap melemas perlahan dengan kepalanya yang perlahan menunduk dan terjatuh di pundak Haniya.
"Kamu harus kuat Cakra, cinta enggak boleh buat kamu lemah, " bisik Haniya lirih sembari mengelus pundak Cakra.
Cakra menutup matanya, masih ia ingat dengan jelas ekspresi terluka gadis itu ketika Cakra mengatakan untuk berhenti peduli padanya, namun Cakra pun sebenarnya merasa hancur ketika mengatakan itu. Bukan keinginannya untuk menjauh, namun ia juga di paksa untuk pergi menjauh dan meninggalkan segala yang dekat dengannya agar tidak ada lagi pihak yang terluka. Namun Cakra pun merasa inilah kebaikan untuk semuanya, mereka tidak perlu terganggu ataupun merasa terbebani dengan kehadiran Cakra dan Haniya di lingkup mereka, semuanya kembali normal berjalan seperti semula.
Namun rasanya untuk mengikhlaskan semua kenangan indah itu sangat sulit bagi Cakra, ia yang pertama kali terpana pada sosok gadis berkulit pucat, bermata bulat, hidung mancung, dan tubuh mungil itu terpaksa Cakra lupakan untuk menyelamatkan kehidupannya dan kehidupan orang lain. Padahal ini pertama kalinya Cakra benar-benar menaruh hati setelah sekian lama ia hanya fokus pada ibunya, sekolah, dan masa depan, namun sosok gadis itu datang memperondakkan hatinya hingga tujuan Cakra yang semula hanya untuk ibu dan masa depannya, kini juga bertambah satu dengan kehadiran gadis itu. Tapi segalanya telah usai, Cakra kalah sebelum menyatakan betapa cintanya ia pada sosok itu.
"Pada akhirnya orang miskin seperti kita pun tidak pantas untuk jatuh cinta, bu. Karena jika jatuh cinta dengan orang-orang seperti mereka maka kita harus siap dengan hinaan dan makian dari keluarganya, " lirih Cakra pelan. "Dunia enggak adil ya, bu. Padahal kita hanya ingin berbaur dan mengobrol dengan nyaman tanpa melibatkan status sosial, namun sepertinya itu sulit bagi mereka, " lanjut Cakra lagi.
Tangan Haniya yang semula mengelus punggung Cakra, beralih untuk mengelus kepala laki-laki itu. "Itu sebabnya bermimpilah Cakra, dan yakinlah bawa kamu akan menggapai mimpi itu. Bermimpi yang tinggi dan bungkam mereka dengan keberhasilanmu tunjukkan bahwa orang miskin pun bisa menjadi orang sukses tanpa melibatkan orang lain. "
Cakra mengulas senyumnya. "Cakra janji bu, akan membungkam semua mulut mereka yang telah menghina ibu dengan kesuksesan Cakra. " Cakra melepaskan pelukan Haniya, kedua tangannya memegang erat kedua bahu wanita itu. "Itu sebabnya izinkan Cakra untuk pergi berkelana untuk meraih mimpi itu. "
Mata Haniya membulat. "Kenapa harus pergi----"
"Sulit bagi Cakra untuk tetap berada di kota ini, bu. Kenangannya terlalu menyakitkan, Cakra tidak bisa fokus untuk meraih cita-cita, Cakra. " Cakra menghembuskan napas dalam-dalam. "Setelah kelulusan satu minggu lagi, Cakra akan pergi dari kota ini, jadi Cakra meminta doa dan restu ibu untuk mengawali perjalanan Cakra, " ujar Cakra dengan wajah memohon pada Haniya.
Mata Haniya berkaca-kaca, lidahnya kelu untuk menjawab ucapan Cakra. Ia merasa sangat berat untuk melepaskan laki-laki itu, karena bagaimanapun hanya Cakra satu-satunya yang ia miliki di dunia ini dan kehadiran Cakra lah yang membuat ia kuat sampai saat ini.
"Ibu, ibu tidak merestui Cakra? " tanya Cakra dengan tatapan cemasnya. "Ibu mengatakan untuk meraih mimpiku 'kan? Aku ingin membuktikan ucapan ibu barusan, sudah cukup rasa sakit yang ibu rasakan dari dulu karena hinaan mereka. Sekarang saatnya aku membalas ucapan mereka, bu! "

KAMU SEDANG MEMBACA
Status Sosial
ActionCakrawala Abirama "Setiap manusia itu sama, hanya berbeda takdir dengan manusia lainnya. " Cakrawala Abirama, hanya laki-laki sederhana bermata elang, berbadan tegap, dan memiliki wajah rupawan. Ia memiliki semua keindahan itu, namun tidak dengan ta...