Bab 27

13 2 0
                                    

"Lepas! " Alura memberontak di dalam pelukan Cakra, ia tidak menyukai situasi ini, situasi yang membuat ia akan semakin sulit melupakan Cakra. "Gue bilang lepas! Lo nggak dengar?! " teriak Alura murka.

Dengan sekuat tenaga yang ia punya Alura mendorong tubuh Cakra hingga pelukan itu terlepas.

"Alura--" Cakra menatap nanar Alura yang saat ini memandang ia dengan kebencian.

"Jangan sembarangan peluk gue! " pekik Alura marah. Tubuhnya mundur ke belakang menjauh dari Cakra. "Ingat, lo cuma orang asing! "

"Lo benci gue? " pertanyaan itu langsung Cakra layangkan ketika melihat raut wajah Alura. Setelah itu pandangan Cakra menunduk menatap lantai rumah sakit. "Wajar kok lo benci gue, karena ucapan gue udah kelewat batas, " lirihnya pelan namun masih di dengar oleh Alura.

Alura membuang muka, menatap kosong ke depan. "Gue cuma menjalankan apa yang lo bilang, lo nyuruh gue buat menjauh? Gue menjauh. Lo nyuruh gue buat benci lo? Gue udah benci lo. "

"Tapi kenapa ya gue merasa kehilangan? " Cakra terkekeh kecil setelah mengucapkan kata-kata itu. "Gue---"

"Kehilangan? Lo sadar nggak sih apa yang lo ucapin barusan? " Alura menyunggingkan senyum sinis. "Udah deh stop dramanya, " ujarnya sinis.

"Gue--" Cakra menghentikan ucapannya, ia nampak menghela napas sebelum kembali berucap. "Setelah kelulusan gue bakalan pergi ke luar negeri buat meraih impian gue, dan pulang kalau suatu saat nanti gue udah sukses, buat buktiin ke ayah dan semua orang yang udah pernah nyakitin gue dan ibu kalau gue bisa sukses tanpa bantuan mereka. " Cakra berbicara panjang lebar, sebenarnya bukan ini inti permasalahan yang ingin ia ucapkan, namun terlebih dahulu ia ingin mengatakan pada Alura rencana masa depannya.

Alura mendesah pelan mendengarnya. "Terus? Gue harus apa kalau udah tau semua impian lo? " tanyanya seolah tidak peduli, walaupun dalam hati rasanya remuk karena mengetahui Cakra akan pergi meninggalkan kota ini.

Cakra berdiri berjalan mendekati jendela kecil yang berada di dekat kasur Alura. Pandangannya ter-arah lurus ke depan dengan pikiran yang berada dalam angan-angan. "Sebelum gue pergi ada satu hal yang harus gue omongin ke lo, " tukasnya dengan nada tegas.

Dahi Alura berkerut bingung, apa yang ingin Cakra sampaikan?

"Tapi gue harap lo nggak benci ke gue setelah gue ucapin ini, " ujar Cakra lagi.

"Tck apaan sih, bertele-tele banget, " keluh Alura.

Cakra terkekeh kecil. Ia berdehem pelan dan setelah itu berucap kembali.
"Entah sejak kapan, tapi yang pasti senyum lo saat ini menjadi salah satu favorit gue, ketika lo marah dan kesal itu adalah hal yang paling lucu buat gue, entah sejak kapan juga ketika melihat mata bulat yang lo miliki gue jatuh terperangkap dalam mata itu. Gue juga bingung awalnya kenapa bisa menjatuhkan hati kepada orang yang berisik banget bagi gue, tapi inilah hati, gue nggak bisa bohongi hati gue untuk tidak mencintai lo. Gue jatuh cinta pada hal-hal sederhana yang lo miliki, " lirih Cakra di akhir kalimatnya.

Tuhan benarkah yang ada di depannya saat ini adalah Cakra? Laki-laki yang baru saja berkata hal yang sangat manis di dengar oleh telinga Alura, Alura bahkan sampai membeku di tempatnya karena syok dengan perkataan Cakra yang berisi kata-kata penuh cinta. Laki-laki yang sangat ia cintai kini menyatakan cinta padanya? Jika ini mimpi tolong jangan sadarkan Alura, karena inilah hal yang ia tunggu dari kemarin. Tapi bisakah mereka bersama dengan semua perselisihan yang terjadi kemarin?

Cakra berjalan dan membungkukkan badannya di hadapan Alura yang saat ini duduk di pinggiran kasur. "Maaf atas perlakuan ataupun perkataan kasar yang gue omongin ke lo waktu itu, gue tau perkataan itu nyakitin banget. "

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang