Bab 34

8 2 0
                                    

Alura berlari kencang melewati lorong-lorong rumah sakit, tidak ia pedulikan tatapan orang-orang yang menusuk tidak suka karena keributan dari langkah kakinya. Saat ini yang ada dalam otaknya adalah bertemu secepatnya dengan sosok yang saat ini terbaring tidak berdaya di ranjang rumah sakit.

"CAKRA! " teriak Alura mendekati lelaki jangkung yang tengah bersandar di dinding rumah sakit.

"Jangan lari-lari nanti lo jatuh, " tegur Cakra ketika Alura sudah berada di dekatnya dengan napas yang ngos-ngosan.

"Gimana keadaan Bara? Nggak parah 'kan? " tanya Alura cepat.

Cakra tidak menjawab, ia malah menatap lekat ruangan yang saat ini di isi oleh Bara, Alura mengikuti arah pandangan Cakra dan dalam sekejap tubuhnya melemas seketika melihat tulisan yang berada di atas ruangan itu.

"UGD? " lirih Alura tidak percaya. "Lukanya parah banget ya sampai masuk UGD? " Ia menatap lekat Cakra meminta penjelasan.

"Bara saat ini sedang koma, Alura. Ia memiliki luka cedera yang parah akibat benturan keras di kepalanya, " jelas Cakra pelan.

Lutut Alura melemas mendengar itu, ia jatuh terduduk di kursi. Cakra dengan sigap ikut duduk di sebelah Alura dan mengelus pundak gadis itu guna memberikan ketenangan.

"Paman Theo udah tau? " tanya Alura lirih.

Cakra mengangguk.

"Terus kemana mereka? Kenapa tidak ada satupun keluarga Bara disini? Dan nenek juga dimana? "

Cakra menghela napas. "Ayah sedang mengurus tante Ghea di rumah mereka, karena tindakan tante Ghea sudah membahayakan nyawa Bara, dan nenekmu juga ikut disana untuk menyelesaikan masalah itu. "

Kerutan di dahi Alura terlihat mendengar itu, bukan karena penjelasan Cakra namun panggilan yang Cakra sematkan untuk Theo.

"Ayah? Tumben sekali panggil paman seperti itu. "

"Gue udah baikan sama Ayah, kemarin dia datang menjelaskan semuanya, " jawab Cakra singkat.

Senyuman tipis muncul di bibir Alura, ia turut bahagia karena Cakra mau menerima Theo kembali. Namun ia kembali teringat satu hal.

"Apa ini penyebab tante Ghea mengamuk? " tanya Alura dengan pelan.

Cakra mengendikkan bahunya.

Alura menatap kembali ruangan yang tertutup itu. "Bara itu anak yang baik banget, dia yang selalu ada buat gue dan selalu jadi pelindung gue kalau gue kesusahan. Bahkan ketika banyak keluarga yang menghakimi gue, dia yang selalu pasang badan dan membantah omongan itu, " ujar Alura sendu. "Dia selalu berusaha ceria di depan gue dan nutupin segala rasa sakit dia, " lirih Alura.

"Waktu kecil dia juga menderita, dia sering jadi saksi bisu tante Ghea yang melakukan percobaan bunuh diri berulang kali jika bertengkar dengan paman. Gue bahkan sering lihat Bara meringkuk di bawah meja makan karena takut menyaksikan ibunya bunuh diri." Kedua bola mata Alura perlahan memanas ketika mengingat betapa tersiksanya Bara setiap hari harus menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya dan Ghea yang sering kali melakukan aksi bunuh diri.

Cakra menyentuh kepala Alura dan menyandarkan kepala itu dengan lembut ke bahunya.

"Tapi begitu pun tidak pernah gue dengar keluhan keluar dari mulut Bara, ia selalu menyimpan kesedihan itu di dadanya bahkan gue baru tau tante Ghea sering melakukan aksi itu ketika Bara marah saat itu dan jelasin semuanya ke gue. " Sungguh Alura sangat terpukul mendengar curhatan Bara saat itu, ia yang sejak kecil merasa tidak adil dengan kehidupan Bara yang Alura anggap sempurna karena semua orang menyayanginya ternyata menyimpan banyak luka yang tidak pernah ia beritahu ke orang-orang.

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang