Langkah Haniya berhenti seketika ketika melihat sosok lelaki tinggi yang tidak asing lagi baginya, walaupun Haniya hanya melihat dari punggung saja ia sudah dapat mengenali siapa orang itu.
"Mau ngapain lagi dia, " lirih Haniya. Ia buru-buru mendekati lelaki yang tengah berdiri di depan rumahnya.
Baru saja Haniya hendak menegur lelaki itu, tiba-tiba saja sorot cahaya motor menerangi penglihatannya, mata Haniya terbeliak lebar melihat motor Cakra sudah berhenti tepat di teras rumah. Ia membeku seketika pandangannya beralih pada lelaki yang sudah membalikkan badannya dan menatap Haniya dan Cakra bergantian.
Cakra datang mendekati Haniya, ia menatap tajam sosok lelaki itu. "Dia siapa, bu? " tanya Cakra tanpa mengalihkan perhatiannya.
Lidah Haniya seakan beku, ia tidak dapat berbicara karena terlalu syok. Ya Tuhan mengapa situasi ini harus terjadi, mengapa Cakra harus bertemu lelaki itu disini.
"Jangan mendekat! " ujar Cakra tegas ketika melihat lelaki itu hendak menyentuh Haniya. "Siapa anda dan apa gerangan anda datang kesini? "
"Kamu---"
Alis Cakra mengerut melihat kedua mata lelaki itu berkaca-kaca. "Ibu, sebenarnya siapa dia? Kenalan ibu? " tanya Cakra semakin bingung.
"Haniya---tolong jawab saya, mengapa dia---" Lelaki itu tertegun menatap Cakra lekat. "Ia sangat mirip dengan saya, " lirihnya melanjutkan.
Haniya menghembuskan napas panjang, mengapa berat sekali untuk berbicara kebenaran yang selama ini ia tutupi selama 18 tahun lamanya. Rasanya ia tidak sanggup untuk membuka luka lama itu kembali apalagi di hadapan Cakra dan lelaki di depannya ini. Rasanya terlalu sakit bagi Haniya, padahal Haniya sudah berusaha untuk menjauh dan tak pernah membalas pesan ataupun telepon dari lelaki itu, tetapi tetap saja lelaki itu nekat selalu mendatangi rumahnya.
"Ibu---apa dia ayahku? "
Haniya sontakcmenoleh ke arah Cakra, dapat ia lihat kedua mata Cakra memerah seperti menahan tangis.
"Jawab Cakra, bu! " desak Cakra dengan suara bergetar.
"Kita masuk dulu yuk, ibu akan menjelaskan di dalam. " Haniya membuka pintu dan menyuruh Cakra untuk masuk ke dalam. "Kamu---kamu juga masuk, " ujar Haniya datar sembari masuk ke dalam tanpa melihat lelaki itu.
Setelah mereka bertiga duduk, lelaki itu kembali menatap Haniya meminta penjelasan atas seorang anak remaja yang sangat mirip dengannya sewaktu muda dulu.
"Apa ini sebenarnya Haniya, mengapa dia sangat mirip denganku? Sebenarnya apa yang terjadi 18 tahun yang lalu? "
Haniya menghela napas panjang, ia menyentuh lengan Cakra lembut. "Cakra, maaf karena selama ini menyembunyikan kebenaran yang tidak kamu ketahui. Ibu bersalah karena menyembunyikan rahasia ini, tapi ketahuilah Cakra ibu melakukannya agar hidup ibu dan hidup Cakra dapat tenang tanpa gangguan dari siapapun. " Kembali Haniya menghembuskan napas panjang menetralisir rasa sakit di dadanya. "Tapi entah mengapa beberapa bulan ini mereka kembali mengusik hidup kita, membuat ibu semakin cemas dan takut kamu terluka oleh mereka. Maafkan ibu, sekarang ibu sepertinya sudah siap menceritakan ini, " jelas Haniya panjang,
Kemudian pandangan Haniya beralih pada lelaki yang masih diam memandang Cakra lekat. "Theo, anak yang sedang kamu tatap saat ini adalah anak kandung kamu yang selama ini saya sembunyikan keberadaannya, maaf karena saya telah menyembunyikan hal besar ini. "
Lelaki bernama Theo itu tak dapat membendung perasaannya, perasaan rasa bersalah dan beban berat di pundaknya seakan menguap dan menghilang begitu saja. Delapan belas tahun ia selalu di hantui rasa bersalah karena mengira dia lah penyebab keguguran Haniya waktu itu, bahkan Theo dengan berat hati harus menceraikan Haniya karena tidak sanggup lagi melihat tekanan dan penderitaan yang Haniya rasakan selama berada di rumahnya, ia membiarkan Haniya bebas dengan perasaan yang hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Status Sosial
AkčníCakrawala Abirama "Setiap manusia itu sama, hanya berbeda takdir dengan manusia lainnya. " Cakrawala Abirama, hanya laki-laki sederhana bermata elang, berbadan tegap, dan memiliki wajah rupawan. Ia memiliki semua keindahan itu, namun tidak dengan ta...