"Apa-apaan sih! " Alura membalikkan badannya dan segera menjauh dari Cakra. Alura dapat merasakan kedua pipinya yang memanas, sudah di pastikan pipinya pasti sudah merah seperti tomat.
Senyuman tipis terbit di bibir Cakra, baru kali ini ia melihat gadis itu salah tingkah di depannya, dan itu adalah perbuatannya? Bolehkah Cakra sedikit bangga.
"Hmm, lo mau main itu? " Cakra menunjuk sebuah permainan.
Alura menatap permainan yang Cakra tunjuk, dapat ia lihat banyak orang berkerumun memainkannya. Ia menganggukan kepalanya.
"Boleh."
Cakra mengulurkan satu tangannya. "Tangan lo. "
Alura menggigit bibirnya, entah apa yang terjadi pada Cakra saat ini.
"Tangan gue di anggurin? Gue cuman gak mau lo hilang. "
"Gue gak bakalan hilang! "
Cakra berdecak. "Lo itu pendek, kalau hilang bakalan susah ketemu. "
"Ap--a? Kok lo ngatain gue! " Alura teriak tidak menerima.
"Sstt, jangan ribut. "
Alura menghela napas, dengan malu-malu ia menerima uluran tangan Cakra. Namun Cakra kembali menarik tangannya dan memasukkan tangannya ke saku celana. Tangan Alura mengembang di atas, gadis itu melirik tajam Cakra yang sedang tersenyum puas melihatnya.
"Cowo gila! "
Akhirnya setelah perdebatan panjang, Alura dan Cakra pun memutuskan untuk bermain capit boneka, Alura sebenarnya tidak mau memainkan permainan ini, tapi Cakra terus memaksa.
"Lo kek anak cewe tau, suka boneka lu? " Alura menatap heran Cakra yang tengah fokus memainkan capit boneka.
"Bukan buat gue. "
"Terus? "
"Diem, gue lagi konsentrasi. "
Alura berdecak, ia pada akhirnya hanya pasrah menunggu Cakra selesai memainkan permainan itu.
"Lo--" Ucapan Cakra terhenti sesaat.
"Kenapa? "
"Lo---suka boneka yang mana? "
Alura mengeryitkan kedua alisnya, ia terlihat mencerna perkataan Cakra barusan. Ini dia tidak salah dengar? Alura melirik Cakra sekilas, dan setelah itu menatap boneka yang berada dalam kotak capit itu. Banyak sekali berbagai macam boneka, ada yang kecil dan ada yang besar.
"Yang itu, " tunjuk Alura.
Cakra mendengkus. "Selera lo jelek. "
Wajah Alura memberengut seketika. "Ya terus ngapain lo suruh gue milih. "
Alura mengalihkan perhatiannya menatap ke penjuru festival, tempat ini bukannya sepi, malah semakin banyak yang berdatangan, sehingga banyak terdengar suara mikrofon yang menyuarakan orang hilang.
Perhatian Alura teralihkan pada sebuah stand yang menjual es krim, senyumnya mengembang melihat itu.
"Cakra, gue mau es krim, " ujar Alura menarik baju Cakra.
"Tunggu gue, jangan pergi sendiri. "
"Tck lo lama, keburu di serbu orang. "
Cakra menoleh ke stand yang menjual es krim tersebut, tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.
"Yaudah sana beli, gue tunggu disini. "
Alura memberikan jempolnya, ia dengan semangat berjalan menuju kerumunan itu, menerjang semua orang untuk bisa membeli es krim kesukaannya. Namun ternyata tidak semudah yang Alura kira, karena tubuhnya yang mungil, Alura tidak dapat melawan arus orang-orang yang berlawanan arah, apalagi tubuh mereka yang lebih besar dari Alura.
Tubuh gadis itu terdorong semakin jauh dari stand es krim, namun Alura pun belum sadar ternyata ia sudah jauh dari tempat yang ingin ia beli.
****
"Akhirnya." Cakra tersenyum puas melihat boneka yang dia inginkan sudah ada di tangannya."Alura, gue--" Cakra mengalihkan sekelilingnya, namun ia tidak menemukan Alura. Tanpa pikir panjang, Cakra langsung berlari ke stand es krim yang Alura katakan, namun gadis itu tidak ada di sana.
Cakra mengacak rambutnya, sial ia kehilangan Alura, gadis itu sudah pasti mencarinya saat ini. Dari banyaknya orang yang berkerumun, membuat Cakra susah untuk menemukan gadis bertubuh mungil itu.
Ia menepi ke tempat yang sepi, setelah itu mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Alura. Namun tidak ada sahutan, yang ada hanya suara operator yang terdengar, Cakra semakin kacau, ia dengan tergesa-gesa kembali menerobos kerumunan mencari Alura.
"Alura! " Tanpa malu, Cakra meneriakkan nama gadis itu kencang.
"Alura! " Kembali Cakra berteriak, Orang-orang menatap heran Cakra yang berteriak sekencang itu, namun ia tidak memperdulikan orang-orang yang menatapnya, dan tetap fokus pada pencarian.
"Ini semua salah gue, gue yang salah karena biarin dia pergi, " lirih Cakra menyesal. "Tolonglah, semoga Alura baik-baik saja, " Cakra meracau tidak jelas.
"Cakra! "
Langkah Cakra terhenti, samar-samar ia dapat mendengar seseorang memanggilnya, ia menajamkan pendengarannya dan fokus pada panggilan itu.
"Cakra, tolong! "
Kali ini suara Alura teedengar jelas, ia menoleh menatap ke arah sumber suara, matanya membulat lebar melihat Alura terjatuh di kerumunan orang-orang.
"Alura! " Cakra menerobos orang-orang yang menghalangi jalannya, ia berlari menghampiri Alura yang sudah lemas tidak berdaya. Cakra membopong tubuh gadis itu dan membawanya ke tempat yang lebih sepi, ia meletakkan Alura di kursi panjang yang terletak di bawah pohon.
"Alura, lo dengar gue? " Cakra menatap cemas Alura yang terbaring tidak berdaya, tentu saja itu akibat orang-orang yang menginjak tubuh mungil gadis itu.
Napas Alura tersengal, ia menatap Cakra sayu. "Gue takut, " lirihnya.
Cakra mengenggam tangan gadis itu erat. "Gue disini, jangan takut. "
Air mata meluncur bebas dari mata gadis itu, baru pertama kali ini ia setakut ini, apalagi tubuhnya yang bergetar hebat sedari tadi.
"Cakra, " lirihnya menahan tangis.
Grep..
Cakra memeluk Alura erat, membawa kepala gadis itu bersandar di dada bidangnya, sembari mengelus kepala Alura lembut.
"Maaf, maaf karena gue lo jadi luka, " bisik Cakra pelan.
Alura mencengkram kuat baju Cakra, dengan air mata yang mulai mengalir deras, mengeluarkan semua ketakutan yang baru saja ia alami. Berada di pelukan Cakra menenangkan, ia merasa terlindungi oleh laki-laki itu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Status Sosial
ActionCakrawala Abirama "Setiap manusia itu sama, hanya berbeda takdir dengan manusia lainnya. " Cakrawala Abirama, hanya laki-laki sederhana bermata elang, berbadan tegap, dan memiliki wajah rupawan. Ia memiliki semua keindahan itu, namun tidak dengan ta...